Minyak

Pasokan Melimpah Bikin Harga Minyak Brent dan WTI Melemah

Pasokan Melimpah Bikin Harga Minyak Brent dan WTI Melemah
Pasokan Melimpah Bikin Harga Minyak Brent dan WTI Melemah

JAKARTA - Sepanjang pekan terakhir, pergerakan harga minyak dunia mengalami tekanan cukup signifikan.

Kondisi ini terjadi seiring meningkatnya pasokan dari sejumlah produsen utama dan kekhawatiran terhadap perlambatan permintaan energi global. Selama periode 29 September hingga 4 Oktober 2025, harga minyak mentah jenis Brent dan West Texas Intermediate (WTI) tercatat melemah cukup dalam.

Awal pekan dibuka dengan penurunan harga setelah ekspor minyak dari wilayah Kurdistan, Irak kembali berjalan, serta adanya rencana peningkatan produksi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+).

Kedua faktor tersebut memicu kekhawatiran pasar akan terjadinya kelebihan pasokan di pasar global, sehingga menekan harga komoditas energi ini.

Pergerakan Harian Harga Minyak

Pada awal perdagangan, harga minyak Brent melemah 0,4% ke posisi US$ 68,72 per barel, sedangkan WTI turun 0,5% menjadi US$ 64,27 per barel. Pelemahan berlanjut pada hari berikutnya, setelah laporan menunjukkan kenaikan cadangan minyak mentah Amerika Serikat.

Brent turun menjadi US$ 68,15 per barel dan WTI merosot ke US$ 63,88 per barel.

Kendati sempat menunjukkan tanda pemulihan di pertengahan pekan, penguatan harga hanya berlangsung sesaat. Pada Rabu, harga sempat naik tipis didorong oleh pelemahan dolar AS dan berkurangnya jumlah rig pengeboran aktif di Amerika Serikat. Brent naik ke level US$ 68,59 per barel dan WTI menguat ke US$ 64,10 per barel.

Namun, penguatan tersebut tidak bertahan lama. Memasuki Kamis, pasar kembali dibayangi kekhawatiran terhadap lemahnya permintaan energi global. Harga Brent terkoreksi 0,6% ke posisi US$ 64,98 per barel, sementara WTI jatuh ke US$ 60,25 per barel.

Kondisi Pasar di Akhir Pekan

Menjelang akhir pekan, harga minyak dunia bergerak terbatas. Pada Jumat, harga Brent ditutup di posisi US$ 64,90 per barel, sedangkan WTI sedikit naik ke US$ 60,30 per barel. Kenaikan tipis ini lebih disebabkan oleh aksi tunggu investor menjelang sinyal baru dari OPEC+ dan kebijakan suku bunga The Federal Reserve.

Para pelaku pasar tampak menahan diri karena masih menanti arah kebijakan produksi lanjutan dari kelompok produsen minyak utama serta pandangan terhadap perekonomian global. Ketidakpastian ekonomi yang masih tinggi turut membuat permintaan energi belum menunjukkan tanda penguatan signifikan.

Penurunan Terburuk dalam Dua Bulan Terakhir

Secara keseluruhan, kinerja harga minyak dunia dalam sepekan terakhir mencatat pelemahan cukup tajam. Harga minyak mentah Brent turun sekitar 8,3%, sementara WTI melemah 7,7% dibandingkan pekan sebelumnya. Angka tersebut menjadi penurunan mingguan terbesar dalam dua bulan terakhir.

Tekanan terhadap harga minyak terjadi akibat kombinasi faktor pasokan yang meningkat, ekspor yang kembali dari kawasan konflik, serta proyeksi ekonomi global yang masih tidak menentu. Kondisi ini mempertegas tantangan yang dihadapi pasar energi di tengah fluktuasi permintaan dan kebijakan produksi dari para produsen utama dunia.

Para analis menilai, meskipun OPEC+ telah berupaya menjaga stabilitas harga melalui kebijakan pengendalian produksi, surplus pasokan tetap sulit dihindari. Di sisi lain, sentimen negatif dari ekonomi global—terutama di sektor manufaktur dan industri berat—turut mengurangi proyeksi konsumsi minyak dalam jangka pendek.

Jika tekanan terhadap harga ini terus berlanjut, kemungkinan besar para produsen akan kembali meninjau kebijakan produksi mereka demi menjaga keseimbangan pasar.

Sementara itu, para investor global masih akan mencermati arah pergerakan minyak dunia dalam beberapa pekan mendatang, terutama menjelang pertemuan lanjutan OPEC+ dan perkembangan ekonomi global berikutnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index