Anies Baswedan

Anies Baswedan Bawa Visi Global Indonesia

Anies Baswedan Bawa Visi Global Indonesia
Anies Baswedan Bawa Visi Global Indonesia

JAKARTA - Dalam sebuah forum kebangsaan yang sarat pemikiran strategis, Anies Baswedan menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya peran Indonesia di panggung global. Menurutnya, Indonesia tidak hanya berperan sebagai negara di dalam batas-batas wilayahnya, tetapi juga memiliki tanggung jawab sebagai bagian dari warga dunia.

Anies hadir sebagai pembicara utama dalam acara Dialog Kebangsaan VOX POPULI dengan tajuk “Geopolitik Global dan Masa Depan Indonesia”, yang berlangsung di Hotel Aryaduta Menteng, Jakarta Pusat. Dalam sambutannya, ia langsung mengangkat urgensi pembahasan isu geopolitik yang menurutnya sangat relevan dengan masa depan Indonesia.

“Izinkan saya menyampaikan sebuah tugas tentang Geopolitik dan Indonesia ke depan,” ujar Anies, membuka pemaparannya dengan nuansa reflektif sekaligus penuh semangat.

Ia menekankan bahwa Indonesia merupakan bagian penting dari Asia Tenggara, kawasan yang dihuni sekitar 650 juta jiwa, dengan sekitar 280 juta di antaranya adalah penduduk Indonesia. Artinya, Indonesia memiliki posisi demografis dan geopolitik yang sangat strategis di tengah dinamika kawasan.

Menurut Anies, di sisi timur Indonesia terdapat kekuatan besar seperti Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Korea Utara. Kawasan ini, katanya, tengah diliputi ketegangan. Demikian pula di Asia Selatan, ada India, Pakistan, Bangladesh, hingga Afghanistan yang juga tidak lepas dari konflik dan dinamika politik.

Namun di tengah wilayah tersebut, Asia Tenggara justru menjadi kawasan yang relatif stabil dan damai. “Wilayah ini tidak tegang, wilayah ini teduh dan Indonesia harus menjaga keteduhan,” tegasnya.

Berdasarkan pengalaman panjang menjaga stabilitas regional, Anies menilai Indonesia punya bekal untuk menjadi kekuatan masa depan di Asia, bahkan di dunia. Bukan hanya sebagai negara besar dari sisi jumlah penduduk, tetapi juga dari segi pengalaman dan kapasitas menjaga harmoni regional.

Dalam paparannya, Anies juga menyinggung tonggak sejarah penting pada 1965 saat para Menteri Pendidikan Asia Tenggara bertemu dan melahirkan inisiatif yang kelak menjadi cikal bakal ASEAN. Menurutnya, pertemuan itu menunjukkan bahwa keteduhan dan stabilitas kawasan dimulai dari kolaborasi antarsektor, termasuk pendidikan.

“Jadi, pertama pertemuan pendidikan kemudian gagasan, lalu terbentuk ASEAN. Dan terjadilah wilayah baru yang kita kenal kolaborasinya bernama ASEAN. Ibu kota ASEAN yaitu Jakarta,” jelasnya.

Menyoal peran Indonesia di tingkat internasional, Anies menekankan pentingnya membereskan urusan dalam negeri terlebih dahulu. Persoalan-persoalan seperti lingkungan hidup, hak asasi manusia (HAM), dan kualitas demokrasi harus diperbaiki agar kewibawaan internasional bisa terbangun.

“PR domestiknya harus beres. Kewibawaan internasional maka dimulai dari kewibawaan domestik,” ujarnya.

Lebih lanjut, Anies menjelaskan bahwa Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945 bukan hanya hadir untuk rakyat di dalam negeri, tetapi juga memiliki tugas global. Ia mengajak agar Indonesia aktif dalam berbagai forum internasional sebagai representasi nilai dan kepentingan nasional yang berwawasan global.

“Untuk itu sebabnya harus muncul di pertemuan-pertemuan global,” katanya.

Anies mengkritisi posisi Indonesia yang menurutnya sempat pasif dalam forum-forum global seperti PBB. Ia menilai sudah waktunya Indonesia mengambil sikap lebih aktif dan menjadi bagian penting dari solusi global.

Tak hanya dari sisi diplomasi, Anies juga menyoroti potensi ekonomi Indonesia yang besar. Dengan jumlah penduduk yang masif, Indonesia menurutnya memiliki pasar yang sangat menjanjikan. Namun hal ini hanya akan optimal jika pelaku-pelaku ekonomi nasional dipersiapkan secara matang.

“Indonesia sebagai penduduk besar di dunia memiliki pasar yang sangat menarik. Untuk itu Indonesia harus bisa menyiapkan pelaku-pelaku ekonomi yang bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri sekaligus menjadi tamu yang mempesona di negeri orang,” paparnya.

Ia mendorong agar perusahaan-perusahaan Indonesia, khususnya yang sudah besar, berani melangkah ke pasar internasional sebagai representasi bangsa. Brand Indonesia, menurutnya, perlu hadir dan bersaing di panggung global.

“Sudah saatnya korporasi Indonesia berlagak di luar negeri, berperan di dunia,” kata Anies.

Sementara itu, pelaku usaha kecil dan menengah juga perlu diperkuat di dalam negeri agar ekosistem ekonomi semakin kokoh. Ia menekankan pentingnya keadilan dan pemerataan dalam pembangunan ekonomi.

Di penghujung pemaparannya, Anies menegaskan pentingnya demokrasi yang sehat dan kondusif, baik untuk kepentingan dalam negeri maupun persepsi internasional. Demokrasi, menurutnya, harus mencerminkan aspirasi rakyat secara utuh.

“Demokrasi ini penting, apa yang sudah disusun sebagai rencana negara harus sesuai dengan aspirasi rakyat,” ujarnya.

Ia berharap forum kebangsaan tersebut dapat menjadi momentum penting bagi masyarakat untuk terus berkontribusi positif. “Semoga forum ini menjadi catatan penting bagi kontribusi rakyat dari orang-orang baik,” tutup Anies.

Dengan perspektif yang luas dan berorientasi ke depan, Anies Baswedan menunjukkan bagaimana Indonesia dapat berperan secara aktif dan konstruktif dalam geopolitik global, dengan tetap berpijak pada kekuatan domestik yang kokoh. Pesan utamanya jelas: Indonesia bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk dunia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index