BMKG

BMKG Ungkap Penyebab Peningkatan Potensi Hujan Lokal di Indonesia: Ini Penjelasan Lengkapnya

BMKG Ungkap Penyebab Peningkatan Potensi Hujan Lokal di Indonesia: Ini Penjelasan Lengkapnya
BMKG Ungkap Penyebab Peningkatan Potensi Hujan Lokal di Indonesia: Ini Penjelasan Lengkapnya

JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi adanya peningkatan potensi hujan lokal di sejumlah wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan. Fenomena ini dipicu oleh beberapa faktor meteorologis yang saling berinteraksi selama masa peralihan musim.

Menurut BMKG, perbedaan suhu udara yang signifikan antara pagi dan siang hari menyebabkan proses konvektif yang tinggi. Kondisi ini mendorong pembentukan awan konvektif yang berpotensi memicu hujan lokal pada sore hingga malam hari. "Intensitas radiasi matahari yang tinggi pada pagi hingga siang hari meningkatkan potensi terjadinya proses konvektif, sehingga hujan lokal lebih mungkin terjadi pada sore hingga malam," ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, dalam keterangan tertulisnya.

Faktor lain yang memperkuat kemungkinan hujan adalah keberadaan fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) di wilayah selatan Indonesia. Fenomena atmosfer global ini diperkirakan akan tetap aktif beberapa hari mendatang, memperkuat pertumbuhan awan hujan di sejumlah wilayah. Selain MJO, gelombang atmosfer seperti Rossby Ekuatorial, Kelvin, dan Low Frequency juga turut berperan dalam meningkatkan potensi cuaca ekstrem.

BMKG juga melaporkan adanya bibit siklon tropis 91W yang terpantau di Laut Cina Selatan. Bibit siklon ini memiliki kecepatan angin maksimum sebesar 15 knots dan tekanan di pusatnya mencapai 1007 hPa. "Sistem ini memengaruhi daerah perlambatan kecepatan angin dari Kalimantan hingga Selat Makassar dan Laut Cina Selatan," kata Guswanto.

Interaksi antara berbagai fenomena atmosfer tersebut menyebabkan pembentukan sirkulasi siklonik di berbagai wilayah seperti Samudra Hindia barat Sumatra Barat, perairan selatan Banten, hingga Laut Banda. Sirkulasi ini turut meningkatkan curah hujan yang bisa menjadi indikator cuaca ekstrem. Meski cakupannya tidak sebesar pada musim hujan, masyarakat tetap diminta waspada.

"Kami mengingatkan masyarakat untuk tetap memperhatikan perkembangan informasi cuaca, terutama bagi wilayah yang rentan terhadap dampak cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, dan petir," imbuhnya.

Selain hujan, BMKG juga mencatat pengaruh massa udara kering dari Australia yang menurunkan curah hujan di wilayah Indonesia bagian selatan. Hal ini menandai awal musim kemarau di beberapa daerah dan meningkatkan kecepatan angin serta tinggi gelombang di Laut Andaman, perairan selatan Jawa, Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Laut Coral.

BMKG merinci wilayah yang perlu meningkatkan kewaspadaan pada periode 28-29 Mei 2025, antara lain:

-Hujan intensitas sedang: Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua, dan Papua Selatan.

-Status Siaga (Hujan lebat – sangat lebat): Aceh dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

-Angin Kencang: Aceh dan Jawa Barat.

Untuk potensi hujan ringan hingga sedang masih berlangsung di wilayah-wilayah tersebut. Beberapa daerah tambahan dengan status Siaga antara lain Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi Barat, dan Papua Selatan. Angin kencang juga diperkirakan melanda Kepulauan Riau.

BMKG memberikan sejumlah imbauan untuk masyarakat agar meminimalisir risiko dampak cuaca ekstrem:

-Gunakan pelindung atau tabir surya untuk menghindari paparan langsung sinar matahari.

-Cukupi asupan cairan, terutama bagi yang beraktivitas di luar ruangan.

-Waspadai hujan lebat disertai petir dan angin kencang dengan menghindari area terbuka.

-Jauhi pohon, bangunan tua, dan infrastruktur rapuh saat terjadi angin kencang.

-Siaga terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan banjir bandang.

Dengan potensi cuaca ekstrem yang masih tinggi dalam waktu dekat, BMKG menegaskan pentingnya kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat. "Kami harap masyarakat tetap waspada dan mengikuti informasi cuaca terkini dari BMKG sebagai acuan dalam beraktivitas sehari-hari," tutup Guswanto.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index