Harga Sembako Jatim Stabil, Cabai Keriting dan Telur Ayam Naik

Minggu, 05 Oktober 2025 | 11:20:46 WIB
Harga Sembako Jatim Stabil, Cabai Keriting dan Telur Ayam Naik

JAKARTA - Fluktuasi harga kebutuhan pokok di Jawa Timur kembali menjadi perhatian masyarakat.

Beberapa komoditas utama menunjukkan perubahan harga, di mana cabai keriting dan telur ayam kampung mengalami kenaikan, sementara daging ayam kampung justru menurun. Komoditas lainnya relatif stabil tanpa perubahan berarti.

Bagi masyarakat, memantau harga sembako setiap hari merupakan langkah penting agar pengeluaran rumah tangga tetap terkontrol di tengah dinamika harga yang sering berubah. Informasi ini juga membantu pemerintah daerah menjaga kestabilan pasokan dan daya beli masyarakat.

Daftar Harga Sembako Terbaru

Sembako, singkatan dari sembilan bahan pokok, merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang harus selalu tersedia. Komponen utama sembako meliputi beras, gula pasir, minyak goreng dan mentega, daging sapi serta ayam, telur ayam, susu, bawang merah dan bawang putih, gas elpiji dan minyak tanah, serta garam.

Selain itu, harga cabai juga menjadi perhatian penting karena berpengaruh langsung terhadap inflasi pangan di tingkat rumah tangga. Berdasarkan data rata-rata harga di Jawa Timur, harga beras premium tercatat Rp15.224 per kilogram, sedangkan beras medium Rp12.931 per kilogram.

Gula kristal putih berada di angka Rp16.223 per kilogram. Minyak goreng curah dijual Rp18.852 per kilogram, sedangkan kemasan premium Rp20.179 per liter, kemasan sederhana Rp17.404 per liter, dan merek Minyakita Rp16.495 per liter.

Daging sapi paha belakang bertahan di Rp119.178 per kilogram. Untuk daging ayam ras sebesar Rp36.104 per kilogram dan ayam kampung Rp66.081 per kilogram. Telur ayam ras dijual Rp27.630 per kilogram, sementara telur ayam kampung mencapai Rp47.356 per kilogram.

Produk susu juga menunjukkan harga bervariasi, dengan susu kental manis merek Bendera Rp12.370 per 370 gram dan merek Indomilk Rp12.358 per 370 gram. Untuk susu bubuk, harga merek Bendera Rp41.285 per 400 gram dan merek Indomilk Rp41.392 per 400 gram. Garam bata dijual Rp1.632 dan garam halus Rp9.475 per kilogram.

Sementara itu, harga cabai merah keriting naik menjadi Rp44.993 per kilogram, cabai merah besar Rp43.737 per kilogram, cabai rawit merah Rp30.752 per kilogram, bawang merah Rp32.285 per kilogram, dan bawang putih Rp30.190 per kilogram. Harga gas elpiji rata-rata berada di kisaran Rp19.796.

Kenaikan dan Penurunan Harga Komoditas

Dari data tersebut, cabai merah keriting mengalami kenaikan Rp1.076 atau sekitar 2,45 persen dibanding sebelumnya. Telur ayam kampung juga naik sebesar Rp842 atau 1,81 persen. Sebaliknya, daging ayam kampung mengalami penurunan Rp2.479 atau 3,62 persen.

Perubahan harga ini menunjukkan adanya pergeseran pada pasokan dan permintaan di tingkat pedagang maupun konsumen. Meski sebagian harga naik, secara umum kondisi pasar masih tergolong stabil. Masyarakat diimbau tetap bijak dalam berbelanja serta memperhatikan kebutuhan prioritas agar pengeluaran tidak membengkak.

Pemerintah daerah dan dinas terkait juga terus melakukan pengawasan melalui sistem informasi ketersediaan dan perkembangan harga bahan pokok (Siskaperbapo) untuk memastikan distribusi berjalan lancar di seluruh kabupaten dan kota.

Faktor yang Mempengaruhi Harga Sembako

Perubahan harga sembako tidak terjadi tanpa sebab. Ada banyak faktor yang mempengaruhi naik turunnya harga, mulai dari produksi hingga kondisi ekonomi nasional. Ketika permintaan meningkat sementara pasokan terbatas, harga otomatis naik.

Sebaliknya, jika pasokan melimpah di tengah permintaan rendah, harga akan turun. Faktor cuaca ekstrem, bencana alam, atau perubahan musim juga memengaruhi hasil pertanian dan menyebabkan gangguan pasokan.

Selain itu, kebijakan pemerintah seperti pembatasan impor, perubahan pajak, atau subsidi bahan pokok turut menentukan harga pasar. Kenaikan biaya produksi, bahan bakar, pupuk, dan upah tenaga kerja dapat memicu peningkatan harga jual di pasar.

Nilai tukar mata uang juga berperan penting, terutama untuk bahan impor, karena depresiasi rupiah akan membuat harga bahan impor lebih mahal. Inflasi dan ketidakstabilan ekonomi semakin memperparah situasi apabila tidak diimbangi dengan pengawasan distribusi yang efektif.

Masalah logistik, kemacetan, atau keterlambatan distribusi juga berpotensi menyebabkan kelangkaan sementara di beberapa wilayah. Karena itu, pengawasan harga harus dilakukan secara berkelanjutan agar kestabilan pasar dan kesejahteraan masyarakat tetap terjaga.

Terkini