Pengertian Kondensasi, Penyebab, Jenis, Hasil, dan Dampaknya

Rabu, 02 Juli 2025 | 15:50:05 WIB
pengertian kondensasi

JAKARTA - Pengertian kondensasi sering kali tidak disadari meski kita melihat buktinya setiap hari. Seperti apa penyebab hingga dampaknya?

Adapun contohnya, ketika pagi tiba, kamu mungkin memperhatikan adanya titik-titik air yang menempel di permukaan daun. 

Fenomena ini biasa dikenal sebagai embun pagi dan menjadi pemandangan alami yang menyejukkan, terutama jika kamu tinggal di pedesaan yang masih dipenuhi dengan tanaman hijau dan pepohonan rindang.

Waktu kecil, banyak dari kita pernah menyentuh embun ini hanya karena bentuknya yang unik dan jernih. Bahkan, tak sedikit yang mencoba menampungnya di telapak tangan dengan hati-hati agar tidak pecah. 

Sayangnya, karena embun hanyalah air yang mengalami perubahan wujud, maka sangat mudah baginya untuk hancur saat disentuh.

Tapi, pernahkah kamu bertanya dari mana asal tetesan-tetesan embun ini? Ternyata, embun terbentuk melalui proses alami yang dikenal sebagai kondensasi. 

Meski istilah ini terdengar asing bagi sebagian orang, prosesnya sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Istilah ini memang tidak banyak dikenal luas, bahkan mungkin terlupakan meskipun pernah diajarkan saat duduk di bangku sekolah. Tak heran jika masih banyak yang belum memahami bagaimana proses kondensasi bekerja.

Kalau kamu termasuk yang penasaran dan ingin tahu lebih lanjut, sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengenalnya. 

Mari pelajari lebih dalam pengertian kondensasi dan bagaimana proses ini menciptakan fenomena alam yang sederhana namun menakjubkan seperti embun pagi.

Pengertian Kondensasi

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, istilah kondensasi memang tidak begitu familiar bagi banyak orang. 

Namun walaupun namanya jarang terdengar, sebenarnya proses ini sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Salah satu bentuk nyata dari proses ini adalah embun yang sering muncul di pagi hari.

Secara sederhana, pengertian kondensasi adalah perubahan dari bentuk gas menjadi cair. Jika kamu sudah mengenal proses penguapan atau evaporasi, maka kamu akan tahu bahwa kondensasi merupakan kebalikannya. 

Dalam evaporasi, air menguap menjadi gas, sedangkan pada kondensasi, gas berubah kembali menjadi air.

Proses ini juga dikenal dengan nama lain, yaitu pengembunan. Istilah ini muncul karena hasil dari proses tersebut berupa tetesan-tetesan air kecil yang kita kenal sebagai embun.

Seperti halnya evaporasi, kondensasi juga merupakan proses alami yang berlangsung tanpa campur tangan manusia. 

Biasanya, peristiwa ini terjadi saat malam menjelang pagi, namun ada pula cara tertentu untuk mengamati kondensasi dalam kondisi berbeda.

Penyebab Terjadinya Kondensasi

Perubahan dari gas menjadi cair merupakan proses alami yang berlangsung karena dua faktor utama, yaitu ketika uap air bersentuhan dengan permukaan bersuhu lebih rendah dan ketika uap mengalami tekanan tertentu.

1. Uap Bertemu Permukaan yang Lebih Dingin

Proses ini terjadi apabila uap air bersinggungan dengan benda atau permukaan yang suhunya lebih rendah dari suhu tertentu yang dikenal sebagai titik jenuh uap. Pada suhu ini, gas akan mulai berubah menjadi cair. 

Contoh mudahnya adalah terbentuknya tetesan air di pagi hari. Karena suhu malam cenderung lebih rendah dibandingkan siang hari, uap air yang mengambang di udara mengalami pendinginan saat malam tiba. 

Ketika suhu cukup rendah, uap tersebut akan berubah menjadi butiran air kecil yang menempel di rerumputan atau daun-daunan. 

Semakin rendah suhu malam hari, maka jumlah uap yang berubah menjadi cairan pun semakin banyak, sehingga embun akan lebih melimpah keesokan paginya.

2. Uap Mengalami Tekanan atau Kompresi

Selain karena perbedaan suhu, perubahan wujud ini juga bisa terjadi akibat tekanan yang dialami uap. Ketika gas ditekan dan tidak bisa keluar, maka akan kembali ke bentuk cair. 

Contohnya bisa dilihat ketika menuangkan air panas ke dalam gelas lalu menutupnya. Uap yang naik dari air panas akan terjebak di bawah tutup gelas, tidak bisa keluar, dan akhirnya membentuk tetesan-tetesan air di permukaan bagian dalam penutup.

Contoh lainnya dapat dilihat pada kaleng minuman dingin. Saat dikeluarkan dari lemari es, suhu luar kaleng jauh lebih rendah daripada suhu udara di sekitarnya. 

Akibatnya, uap dari udara sekitar akan berkondensasi di permukaan kaleng yang dingin, membentuk butiran air. 

Fenomena ini tidak terbatas pada minuman soda saja, melainkan bisa terjadi pada botol atau wadah lain yang didinginkan, lalu dikeluarkan ke suhu ruangan.

Faktor-faktor yang Menyebabkan Kondensasi

Setelah memahami penjelasan sebelumnya, kita telah mengetahui bahwa perubahan wujud dari gas menjadi cair merupakan proses kebalikan dari penguapan. 

Proses ini bisa terjadi karena dua hal, yaitu ketika uap melewati permukaan bersuhu rendah dan ketika uap mengalami tekanan atau desakan tertentu.

Selain penyebab utama tersebut, terdapat beberapa faktor tambahan yang turut mempercepat terjadinya proses ini. Ada tiga hal penting yang berperan dalam mendukung terbentuknya perubahan wujud tersebut.

1. Tingkat Kelembapan Udara dalam Ruangan

Kandungan uap air yang tinggi dalam udara menjadi pemicu terjadinya proses perubahan ini. Ketika tingkat kelembapan di suatu ruangan melebihi batas yang bisa ditahan oleh udara, maka uap tersebut mulai berubah menjadi titik-titik air. 

Misalnya, jika kamu tinggal di rumah dengan lantai semen yang cukup licin, pada pagi hari tertentu lantainya bisa terasa sedikit basah. Hal ini umum terjadi saat malam sebelumnya terasa lebih dingin dari biasanya.

2. Rendahnya Suhu Udara

Setelah kelembapan, suhu lingkungan juga merupakan faktor utama yang berpengaruh. Seperti dijelaskan sebelumnya, proses perubahan wujud ini terjadi ketika uap air menyentuh permukaan dengan suhu yang lebih rendah. 

Maka dari itu, suhu memiliki peranan besar terhadap proses tersebut. Semakin dingin suatu tempat, semakin banyak uap yang akan berubah menjadi cairan. 

Sebaliknya, jika suhu meningkat, maka proses penguapanlah yang akan mendominasi, di mana air akan berubah bentuk menjadi gas dan naik ke atmosfer.

3. Ventilasi yang Kurang Efektif

Saluran udara seperti ventilasi merupakan elemen penting yang sebaiknya ada di setiap sudut rumah. Fungsinya tidak hanya untuk memperindah tampilan, melainkan juga memiliki peran vital dalam menjaga sirkulasi udara agar tetap lancar.

Ventilasi memungkinkan udara bergerak bebas keluar dan masuk, sehingga ruangan tidak terasa sumpek. Selain itu, keberadaan ventilasi juga berfungsi untuk mengurangi kemungkinan terbentuknya tetesan air di dalam ruangan akibat perubahan suhu.

Ketika sirkulasi udara terhambat dan uap tertahan di dalam ruangan, suhu yang menurun di malam hari bisa menyebabkan uap tersebut berubah menjadi titik-titik air. Akibatnya, permukaan seperti lantai atau dinding bisa menjadi lembap atau basah.

Jenis-jenis Kondensasi

Informasi berikutnya berkaitan dengan variasi dalam proses perubahan uap menjadi cairan. 

Meski terlihat sederhana, fenomena ini sebenarnya memiliki dua kategori utama berdasarkan lokasi terjadinya, yaitu di luar dan di dalam ruangan. Penjelasan masing-masing disampaikan sebagai berikut:

1. Proses di Luar Ruangan

Jenis yang pertama berlangsung di area terbuka. Sesuai dengan namanya, perubahan ini terjadi ketika uap bersentuhan dengan permukaan luar, terutama saat suhunya lebih rendah dari titik di mana uap mulai berubah menjadi cairan.

Fenomena ini biasa ditemukan ketika uap mengenai permukaan seperti kaca atau logam. Bahan-bahan tersebut dikenal memiliki kemampuan untuk menyerap panas maupun dingin dengan cepat. 

Saat suhu udara menurun drastis, permukaan tersebut menjadi sangat dingin, bahkan bisa membeku. Ketika uap mengenai permukaan yang sudah sangat dingin ini, maka terbentuklah tetesan air di sana.

Kondisi seperti ini sering terlihat pada malam hari, khususnya setelah siang yang panas, ketika suhu tiba-tiba menurun cukup tajam.

2. Proses di Dalam Ruangan

Kebalikan dari yang pertama, jenis kedua ini terjadi dalam area tertutup. Umumnya ditemukan di ruangan tanpa ventilasi yang memadai atau bahkan sama sekali tidak memiliki sirkulasi udara.

Saat udara tidak bisa keluar, dan suhu di luar sangat rendah, uap yang terperangkap di dalam akhirnya berubah menjadi cairan dalam jumlah yang lebih besar. 

Akibatnya, bukan hanya kaca yang terlihat berkabut dari dalam, tapi juga lantai atau dinding ruangan dapat menjadi lembap.

Fenomena ini paling sering terjadi pada malam hari ketika suhu turun, tetapi bisa juga muncul di siang hari saat kondisi cuaca seperti hujan atau salju membuat lingkungan menjadi sangat dingin.

Hasil dari Proses Kondensasi

Selain dikelompokkan berdasarkan lokasi terjadinya, proses kondensasi juga menghasilkan berbagai bentuk yang bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. 

Walaupun tahapan terjadinya tidak kasatmata, wujud akhirnya sering kali sangat jelas terlihat. Jadi, apa saja bentuk yang muncul sebagai hasil dari proses ini?

1. Embun

Salah satu bentuk paling umum dari hasil kondensasi adalah embun. Ketika kita melihat dedaunan atau rumput yang tampak basah di pagi hari, mungkin timbul pertanyaan, dari mana air ini berasal?

Embun terbentuk ketika uap air di atmosfer berubah menjadi cairan saat menyentuh permukaan yang bersuhu rendah di malam hari. 

Uap tersebut akan menempel dan berubah menjadi butiran kecil air di permukaan benda seperti rumput, daun, atau bahkan kaca jendela rumah. Inilah sebabnya mengapa embun sangat sering dijumpai di pagi hari.

2. Kabut

Berbeda dari embun yang biasa dijumpai, kabut adalah fenomena yang tidak selalu muncul dan umumnya hanya terjadi pada kondisi tertentu. Di daerah perkotaan yang banyak tercemar dan minim ruang hijau, keberadaan kabut tergolong jarang. 

Namun, di daerah pedesaan atau pegunungan, kabut lebih mudah ditemukan, terutama saat pagi hari atau sesudah hujan reda.

Kabut merupakan kumpulan tetesan air yang sangat kecil yang menggantung di udara. Tetesan ini terbentuk dari uap yang mengalami kondensasi dalam jumlah besar. 

Karena jumlahnya begitu banyak dan tersebar di atmosfer, kabut bisa menghalangi pandangan. Makin banyak partikel air mikroskopis di udara, makin terbatas pula jarak pandang yang kita miliki.

Meski terlihat memukau dan menambah suasana sejuk, kabut bisa menjadi bahaya tersendiri. Banyak kasus tersesatnya para pendaki gunung disebabkan oleh jarak pandang yang terganggu akibat kabut tebal. 

Bukan hanya para pendaki, pengendara kendaraan juga sering menghadapi risiko kecelakaan karena sulit melihat jalan ketika kabut menyelimuti wilayah tertentu.

Namun, kabut biasanya hanya bertahan sebentar. Begitu matahari mulai terbit dan suhu perlahan meningkat, tetesan air yang membentuk kabut akan kembali menguap ke udara, membuat kabut tersebut menghilang secara alami.

3. Embun Beku

Jika keberadaan kabut saja sudah jarang dijumpai, maka embun beku merupakan fenomena yang jauh lebih sulit ditemukan—terutama bagi kita yang tinggal di wilayah beriklim tropis dengan suhu yang cenderung hangat seperti Indonesia.

Untuk kamu yang belum bisa membayangkan wujudnya, embun beku merupakan lapisan tipis es yang terbentuk di atas permukaan benda padat. 

Contoh paling terkenal di Indonesia adalah peristiwa membekunya tanaman di kawasan Dieng, yang kerap terjadi saat musim kemarau, meskipun sinar matahari bersinar cukup terik di siang hari.

Seperti halnya embun dan kabut, embun beku juga berasal dari proses kondensasi. Perbedaannya terletak pada suhu di mana proses ini berlangsung. Embun beku terbentuk ketika suhu titik embun turun lebih rendah dari titik beku air. 

Dalam kondisi ini, uap air yang biasanya akan berubah menjadi embun cair malah langsung berubah menjadi kristal es berukuran sangat kecil dan menempel di permukaan benda-benda dingin.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana perbedaan suhu bisa menghasilkan bentuk hasil kondensasi yang berbeda-beda, dari embun biasa hingga partikel es yang membeku secara alami.

Dampak dari Kondensasi

Meskipun hasil dari proses kondensasi seperti embun, kabut, atau embun beku tampak menenangkan dan indah dipandang, ternyata tidak selamanya proses ini bersifat aman atau tidak merugikan. 

Di balik keindahan tersebut, kondensasi ternyata dapat membawa dampak negatif bagi kehidupan manusia.

1. Dapat Menimbulkan Korsleting Listrik

Di kawasan permukiman, proses kondensasi yang menyebabkan terbentuknya tetesan air pada permukaan dingin bisa memicu korsleting listrik. 

Ketika uap air yang mengembun mengenai instalasi atau perangkat listrik, aliran arus dapat terganggu dan berisiko menyebabkan hubungan pendek. 

Jika tidak segera ditangani, korsleting ini berpotensi menimbulkan kebakaran besar yang bisa mengancam keselamatan penghuni serta menimbulkan kerugian material yang tidak sedikit bagi lingkungan sekitar.

2. Merusak Tanaman dan Mengakibatkan Gagal Panen

Di dataran tinggi seperti kawasan Dieng, suhu udara saat malam hari pada musim kemarau bisa anjlok drastis hingga di bawah nol derajat. 

Ketika hal itu terjadi, tanaman dan rumput yang tumbuh di area terbuka akan dilapisi lapisan es tipis akibat embun yang membeku. Jika peristiwa ini hanya berlangsung sesekali, mungkin dampaknya tidak begitu besar. 

Namun, ketika fenomena ini berulang terus-menerus, tanaman bisa membusuk karena membeku, dan pada akhirnya tidak bisa dipanen. 

Hal ini tentu menjadi kerugian besar bagi para petani yang telah menghabiskan waktu dan tenaga untuk bercocok tanam.

Sebagai penutup, pengertian kondensasi adalah proses perubahan uap menjadi cairan yang terjadi saat suhu turun, dan sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Terkini

Lenovo 300E Chromebook Generasi Dua Laptop Murah Fleksibel

Jumat, 12 September 2025 | 17:15:53 WIB

6 Shio Mendapat Kesempatan Membuka Hati dan Menerima Kasih

Jumat, 12 September 2025 | 17:15:51 WIB

Haechan NCT Bersinar Debut Solo Lewat Album TASTE

Jumat, 12 September 2025 | 17:15:50 WIB