Jakarta - Di tengah tren penurunan yang sedang melanda Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kabar baik akhirnya datang sebagai angin segar bagi pelaku pasar modal Indonesia. Sinyal positif muncul dari beberapa sektor strategis yang menunjukkan potensi pemulihan signifikan, memunculkan optimisme baru di kalangan investor, Senin, 14 April 2025.
Sepanjang pekan lalu, IHSG terpantau mengalami pelemahan yang cukup signifikan, ditutup di level 6.812, turun sekitar 1,4% dibandingkan pekan sebelumnya. Tekanan jual yang cukup tinggi membuat pelaku pasar cenderung wait and see. Namun, analis dan pelaku pasar menilai kondisi ini masih bersifat sementara dan terbuka peluang pembalikan arah dalam waktu dekat.
Menurut analis pasar dari Samuel Sekuritas Indonesia, Rifan Kurniawan, situasi saat ini memang penuh tantangan, tetapi bukan tanpa peluang. “Kami melihat adanya sektor-sektor yang justru mulai menunjukkan ketahanan dan bahkan potensi rebound. Terutama sektor energi dan keuangan yang mulai mencatatkan kinerja positif secara mingguan,” ujar Rifan dalam keterangan tertulis, Senin, 14 April 2025.
Sektor Energi dan Keuangan Jadi Pendorong Optimisme
Sektor energi menjadi salah satu penopang utama dalam menyemai harapan baru di tengah turunnya IHSG. Kenaikan harga komoditas global, seperti batu bara dan minyak mentah, dinilai menjadi katalis utama. Saham-saham emiten seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mengalami penguatan yang cukup signifikan dalam dua hari terakhir.
“Ketika IHSG mengalami tekanan, sektor energi tetap tangguh. Kinerja emiten batu bara dan migas justru mendapat sentimen positif dari kenaikan harga global. Ini jadi indikasi bahwa tidak semua sektor ikut melemah,” kata Rifan.
Selain energi, sektor keuangan juga menunjukkan perbaikan yang cukup stabil. Emiten perbankan besar seperti Bank Central Asia (BBCA) dan Bank Mandiri (BMRI) melaporkan pertumbuhan kredit yang solid di kuartal pertama 2025. Hal ini mengindikasikan kepercayaan publik terhadap sistem keuangan masih terjaga.
Investor Asing Mulai Masuk Lagi
Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) juga menunjukkan adanya arus masuk dana asing (foreign inflow) secara bertahap. Pada perdagangan akhir pekan lalu, investor asing tercatat melakukan net buy sebesar Rp312 miliar. Ini menjadi sinyal penting bahwa investor luar negeri mulai melihat potensi pemulihan ekonomi domestik dan mempercayai stabilitas fundamental pasar modal Indonesia.
“Masuknya investor asing bisa jadi sinyal awal kebangkitan pasar. Biasanya mereka bergerak berdasarkan proyeksi makro dan fundamental jangka panjang, jadi ini kabar baik yang harus disambut positif,” ungkap Rifan.
Pemerintah dan BI Dorong Stabilitas
Upaya pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas makroekonomi turut berperan dalam menjaga kepercayaan investor. Inflasi yang terkendali di kisaran 2,8% year-on-year serta stabilitas nilai tukar rupiah menjadi faktor penting yang mendukung daya tarik pasar modal nasional.
BI juga menegaskan komitmennya untuk tetap menjaga suku bunga di level akomodatif guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Langkah ini diharapkan mampu mendorong konsumsi dan investasi, termasuk ke sektor pasar modal.
“Kami percaya bahwa koordinasi antara pemerintah, regulator, dan pelaku pasar menjadi kunci untuk menjaga momentum pemulihan ini,” ujar Rifan Kurniawan.
Peluang Masih Terbuka Lebar
Meski tantangan eksternal masih menghantui, termasuk ketidakpastian suku bunga global dan ketegangan geopolitik, para analis tetap melihat peluang yang cukup besar dalam jangka menengah. Saham-saham blue chip yang terdiskon serta potensi kenaikan laba emiten menjadi daya tarik tersendiri.
Bagi investor ritel, kondisi saat ini dinilai sebagai momen yang tepat untuk melakukan akumulasi secara selektif. Strategi beli saat harga turun (buy on weakness) bisa menjadi pendekatan yang bijak, terutama pada sektor-sektor defensif seperti konsumer, perbankan, dan energi.