Minyak

Minyak Nilam Aceh Tembus Pasar Eropa, Ekspor Perdana Lewat Udara ke Paris dari Bandara SIM

Minyak Nilam Aceh Tembus Pasar Eropa, Ekspor Perdana Lewat Udara ke Paris dari Bandara SIM
Minyak Nilam Aceh Tembus Pasar Eropa, Ekspor Perdana Lewat Udara ke Paris dari Bandara SIM

Jakarta - Minyak nilam asal Aceh kembali menunjukkan taringnya di pasar internasional. Untuk pertama kalinya, komoditas unggulan ini diekspor langsung menggunakan transportasi udara dari Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, Aceh Besar, menuju Paris, Perancis, pada Senin, 14 April 2025.

Pengiriman ini menandai langkah maju dalam upaya membangkitkan kejayaan minyak nilam Aceh sebagai produk andalan ekspor, sekaligus menandai era baru dalam sistem logistik komoditas tersebut. Selama ini, ekspor minyak nilam Aceh dilakukan melalui jalur darat ke Medan, sebelum diteruskan ke luar negeri.

Ekspor tersebut merupakan hasil kerja sama antara PT U Green Aromatic International—perusahaan binaan Atsiri Research Center (ARC) Universitas Syiah Kuala—dengan maskapai nasional Garuda Indonesia. Pengiriman dilakukan melalui rute Banda Aceh – Jakarta – Amsterdam – Paris.

Menjawab Tantangan Logistik dan Efisiensi Waktu

Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal, menyebutkan bahwa lebih dari satu ton minyak nilam diterbangkan pada pengiriman perdana ini. Menurutnya, penggunaan jalur udara menjadi solusi atas keterbatasan yang selama ini dihadapi dalam proses ekspor.

Ia menjelaskan bahwa sebelumnya, pengiriman minyak nilam Aceh membutuhkan waktu hampir sebulan melalui jalur laut. Kini, berkat inovasi rute ekspor langsung lewat udara, waktu tempuh dapat dipangkas drastis menjadi hanya dua hari.

Meski PT U Green Aromatic International telah 30 kali mengekspor minyak nilam ke Paris, namun ini merupakan kali pertama pengiriman dilakukan langsung melalui Bandara Sultan Iskandar Muda menggunakan pesawat kargo.

Dukungan Pemerintah Kota Banda Aceh

Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, menyambut baik capaian ini sebagai bentuk nyata kemajuan sektor industri kreatif dan hilirisasi produk pertanian di Aceh. Ia mengatakan bahwa ekspor ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga Aceh.

Illiza juga menegaskan komitmen Pemerintah Kota Banda Aceh dalam mendukung hilirisasi produk nilam, termasuk pengembangan produk turunan seperti parfum, skincare, dan kosmetik berbasis bahan alami.

Untuk memastikan keberlanjutan pasokan bahan baku, Pemerintah Kota Banda Aceh juga akan bersinergi dengan berbagai daerah penghasil nilam di Aceh, seperti Aceh Besar, Aceh Barat, dan Sabang.

ARC USK Jadi Garda Terdepan

ARC Universitas Syiah Kuala, yang telah lama melakukan riset dan pengembangan minyak atsiri, menjadi aktor penting di balik keberhasilan ekspor ini. Dengan fasilitas laboratorium modern dan dukungan akademik, ARC USK berhasil meningkatkan kualitas minyak nilam Aceh hingga mampu bersaing di pasar Eropa.

Langkah ini sekaligus membuka peluang lebih luas bagi pelaku usaha mikro dan petani nilam di Aceh untuk masuk dalam rantai pasok global. Ekspor ke pasar Eropa juga diharapkan dapat mendongkrak nilai tambah produk nilam Aceh secara signifikan.

Menuju Kebangkitan Komoditas Lokal

Minyak nilam Aceh dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia, terutama karena kandungan patchoulol yang tinggi. Komoditas ini telah lama menjadi incaran industri parfum internasional. Namun, tantangan logistik, kualitas produksi, serta pemasaran global menjadi penghambat utama dalam mengembangkan nilam sebagai produk unggulan ekspor.

Dengan adanya dukungan berbagai pihak—termasuk pemerintah, perguruan tinggi, dan sektor swasta—kebangkitan komoditas lokal ini menjadi semakin nyata.

Ekspor minyak nilam Aceh lewat udara ke Paris merupakan awal baru yang tidak hanya mencerminkan inovasi dalam sistem logistik, tetapi juga tekad untuk menjadikan Aceh sebagai pemain utama dalam industri atsiri global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index