Jakarta - Dalam upaya memperkokoh pertahanan negara, Satgas Operasi Trisila 2025 telah melibatkan diri secara aktif untuk memberikan dukungan logistik kepada prajurit Marinir yang bertugas menjaga kawasan strategis di pulau terluar, tepatnya di Pulau Sekatung, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, pada Senin, 24 Februari 2025. Momen ini menandai tekad kuat TNI Angkatan Laut dalam menjaga kedaulatan Indonesia, khususnya di wilayah-wilayah terujung yang menjadi garda terdepan pertahanan negara, Selasa, 25 Februari 2025.
Wakil Komandan Satgas Operasi Trisila, Kolonel Laut (P) Yusup Yanto, tak lupa menghaturkan apresiasi yang mendalam kepada para prajurit Marinir yang bertugas di Pulau Sekatung. "Kita harus memahami bahwa pengamanan pulau terluar adalah tugas yang sangat penting dan berat. Kita harus bekerja sama, disiplin, dan waspada dalam melaksanakan tugas ini," ucapnya. Pernyataan ini disampaikan melalui keterangan Pasmar 1, Selasa, 25 Februari 2025. Ucapan tersebut menggarisbawahi esensi daripada tanggung jawab serta komitmen tinggi yang harus dimiliki para penjaga batas kedaulatan negara ini.
TNI Angkatan Laut menunjukkan taringnya dalam Operasi Trisila 2025 tahap I dengan pengerahan dua kapal perang andalan, yakni KRI Bontang-907 dan KRI Teluk Celukan Bawang-532. Kedua kapal ini dipimpin oleh Komandan Gugus Tempur Laut (Danguspurla) Koarmada I, Laksamana Pertama Mohamad Taufik. Kapal-kapal tersebut menjadi bagian dari bawah kendali operasi (BKO) Komando Armada Republik Indonesia (Koarmada RI) dan berangkat dari dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) di Jakarta menuju Natuna, pada Rabu, 19 Februari 2025 yang lalu.
"Satgas Operasi Trisila 2025 merupakan bagian dari upaya Koarmada I dalam menjalankan tugas pengawasan dan patroli maritim, mengerahkan dua kapal unggulan untuk mendukung misi tersebut," jelas Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) Koarmada I, Kolonel Laut (P) Yoni Nova Kusumawan dalam pernyataannya pada Kamis, 20 Februari 2025. Pernyataan ini menegaskan pentingnya dukungan infrastruktur maritim dalam mendukung pengawasan dan strategi pertahanan yang kokoh demi menjaga persatuan dan integritas wilayah NKRI.
Dalam operasi ini, KRI Bontang dan KRI Teluk Celukan Bawang ditugaskan menjalankan patroli sektor, meliputi kegiatan hailing (panggilan komunikasi), pengejaran, penangkapan, serta penyelidikan terhadap kontak yang mencurigakan. Selain itu, latihan internal juga dilakukan untuk meningkatkan kesiapan tempur prajurit serta pengamanan perairan secara menyeluruh. Langkah-langkah ini penting untuk mengantisipasi potensi ancaman yang bisa saja datang sewaktu-waktu.
Operasi Trisila 2025 tak hanya berfokus pada patroli dan latihan, tetapi juga menyoroti pentingnya dukungan logistik berkelanjutan. Dalam konteks ini, prajurit Marinir yang bertugas di Pulau Sekatung mendapatkan dukungan logistik yang esensial, termasuk bahan makanan, peralatan, dan kebutuhan dasar lainnya. Dukungan logistik ini krusial untuk memastikan prajurit dapat melaksanakan tugas mereka secara optimal tanpa terhambat oleh keterbatasan sumber daya.
Dalam penjabaran tugas dan tanggung jawab Marinir, Kolonel Yusup Yanto menekankan pentingnya kerjasama dan disiplin dalam menunaikan tugas. "Dukungan dan kesiagaan prajurit tidak bisa dipisahkan dari elemen kerjasama tim yang kuat. Hanya dengan disiplin dan kesiapan yang matang kita bisa menghadapi tantangan ini," jelasnya.
Melalui Operasi Trisila 2025, TNI Angkatan Laut tak hanya menegaskan kehadirannya di wilayah strategis namun juga menunjukkan kebersamaan dan dukungan yang kuat terhadap prajurit di lapangan. Upaya ini memastikan bahwa penjagaan dan pengawasan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap kuat, efektif, dan responsif. Operasi ini adalah gambaran nyata dari komitmen TNI AL dalam memastikan setiap penjuru negeri, terutama wilayah terdepan, terlindungi secara optimal dari berbagai ancaman demi menjaga keharmonisan dan keamanan nasional di atas panggung internasional.