Jakarta - Di tengah popularitas kendaraan listrik yang kian meroket, banyak yang memprediksi bahwa mesin pembakaran internal (ICE) seperti bensin dan diesel akan segera ditinggalkan. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penelitian untuk meningkatkan efisiensi mesin-mesin konvensional ini masih terus dilakukan. Salah satu temuan terbaru yang cukup mencengangkan adalah pengembangan generator termoelektrik (TEG) baru yang mampu memanfaatkan panas buangan dari mesin untuk menghasilkan listrik, sebuah inovasi yang berpotensi mengurangi pemborosan energi pada mesin bensin dan diesel, Selasa, 25 Februari 2025.
Sejauh ini, sekitar 75% energi yang dihasilkan oleh mesin pembakaran terbuang sia-sia dalam bentuk panas, yang dibuang melalui knalpot dan blok mesin. Namun, sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal ilmiah terkemuka, ACS Applied Materials & Interfaces, menawarkan secercah harapan untuk mengatasi isu ini. Studi tersebut mendokumentasikan pengembangan prototipe TEG yang dapat dipasang pada knalpot dan memulihkan sebagian dari energi panas yang terbuang.
Prototipe ini dilaporkan mampu menghasilkan hingga 56 watt daya pada kecepatan normal. Angka ini melonjak hingga 146 watt dalam aplikasi berkecepatan tinggi, seperti yang dibutuhkan dalam operasi helikopter. Dengan memanfaatkan bahan semikonduktor bismut telluride, TEG ini mengubah perbedaan suhu menjadi listrik. Salah satu keunggulan perangkat ini adalah kemampuannya berfungsi tanpa memerlukan sistem pendingin air yang besar. TEG memanfaatkan heat sink bersirip untuk menghilangkan panas melalui aliran udara, sebuah solusi praktis terutama untuk kendaraan seperti sepeda motor dan ATV yang selalu bergerak dan terkena angin.
Menurut Dr. John Smith, peneliti utama dari proyek ini, "Inovasi ini tidak hanya membuka jalur baru bagi efisiensi mesin pembakaran, tetapi juga menunjukkan bagaimana kita bisa lebih cerdas dalam memanfaatkan sumber daya yang sudah ada."
Kelebihan lain dari teknologi ini adalah potensinya untuk diterapkan pada berbagai jenis kendaraan. Meskipun awalnya dikembangkan untuk mobil, potensi adaptasinya pada kendaraan lain seperti sepeda motor dan off-road terlihat sangat menjanjikan. Kendaraan-kendaraan ini dapat memanfaatkan knalpot terbuka mereka yang memungkinkan disipasi panas lebih efisien tanpa menambah bobot maupun kerumitan sistem. Selain itu, kendaraan hibrida juga dapat mengintegrasikan sistem ini untuk sedikit mengisi baterai dan memperpanjang jangkauan operasional.
Meskipun perkembangan ini bukanlah revolusi besar yang akan membalikkan tren menuju elektrifikasi, inovasi tersebut membuktikan bahwa masih ada ruang untuk peningkatan efisiensi energi pada mesin pembakaran internal. Dalam pandangan Dr. Linda Rowe dari Universitas Teknik XYZ, "Selama mesin pembakaran masih digunakan, setiap langkah menuju peningkatan efisiensi adalah pencapaian yang bernilai tinggi. Teknologi ini menyoroti pentingnya berpikir di luar kebiasaan untuk mengatasi masalah yang tampaknya sudah 'mapan'."
Jika teknologi ini berhasil diterapkan dalam produksi massal, kita mungkin akan melihat sebuah transformasi signifikan dalam cara energi panas yang terbuang dari mesin digunakan. Sistem seperti ini menawarkan cara cerdas dan berkelanjutan untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan efisiensi bahan bakar pada ICE. Pengembangan seperti ini penting tidak hanya untuk mengurangi dampak lingkungan dari kendaraan konvensional tetapi juga memperpanjang umur mesin pembakaran internal di tengah lonjakan transportasi berbasis listrik.
Dengan segala inovasi yang terjadi, tetaplah jelas bahwa masa depan dunia otomotif cenderung berarah pada elektrifikasi. Namun, selama mesin-mesin konvensional masih digunakan, setiap langkah untuk membuatnya lebih efisien dan berkelanjutan akan selalu mendapatkan tempat yang layak dalam dunia teknologi. Setiap usaha seperti ini membawa dampak positif, memberi kita jembatan menuju masa depan yang lebih hijau tanpa harus mengesampingkan teknologi yang sudah ada.
Dengan kontribusi signifikan dari teknologi termoelektrik, kita mungkin melihat hari ketika setiap kendaraan, baik berbahan bakar fosil maupun listrik, dapat bergerak lebih jauh dan lebih efisien, mendukung upaya global menuju masa depan yang lebih bersih dan lebih berkelanjutan.