Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap strategi agresif untuk menjaring perusahaan besar atau jumbo agar melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Langkah ini menjadi bagian dari upaya memperdalam pasar modal nasional serta memperkuat struktur keuangan domestik, Rabu, 9 April 2025.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menegaskan bahwa OJK mengambil pendekatan inklusif dengan membuka diri terhadap berbagai peluang demi mendorong lebih banyak perusahaan masuk ke bursa.
Danantara Jadi Kunci Pendalaman Pasar Modal
Menurut Inarno, kehadiran Badan Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) menjadi salah satu katalis utama dalam mendorong lebih banyak perusahaan, termasuk perusahaan anak usaha maupun swasta non-BUMN, untuk melantai di BEI. Danantara dinilai sebagai platform strategis untuk meningkatkan jumlah dan kualitas emiten di pasar modal.
"Jadi kami upayakan segala cara bagaimana cara untuk meningkatkan pendalaman pasar. Dengan adanya Danantara atau apapun itu, akan lebih mudah juga untuk kami dorong untuk masuk ke pasar modal," ujar Inarno saat ditemui wartawan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu, 9 April 2025.
Ia menambahkan bahwa potensi perusahaan-perusahaan berkualitas yang siap IPO sangat besar, termasuk dari kalangan anak usaha BUMN maupun swasta berskala besar. Meski belum merinci pipeline IPO, Inarno tetap optimistis terhadap potensi penghimpunan dana di pasar modal sepanjang tahun 2024.
Target Penghimpunan Dana Rp200 Triliun
Sejalan dengan optimisme tersebut, OJK menargetkan penghimpunan dana atau fundraising melalui penawaran umum di pasar modal mencapai kisaran Rp175 triliun hingga Rp200 triliun pada 2024. Target ini mencerminkan harapan kuat terhadap meningkatnya minat perusahaan untuk masuk ke lantai bursa, sekaligus menegaskan kepercayaan terhadap daya tarik pasar modal Indonesia.
"Kami masih cukup optimistis untuk fundraise-nya itu tetap di Rp200 triliun. Kami optimistis bisa tercapai," tegas Inarno.
Perkuat Likuiditas dan Stabilitas Pasar Modal
Senada dengan Inarno, Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menyatakan bahwa Danantara memegang peranan strategis dalam menjaga kestabilan pasar modal nasional, terutama dari ancaman arus keluar dana asing (capital outflow) yang kerap mengganggu stabilitas pasar.
Menurut Mahendra, Danantara merupakan bagian dari inisiatif pemerintah untuk memperkuat struktur pasar modal dalam negeri dan meningkatkan likuiditas. Ia menyebut kolaborasi berbagai pemangku kepentingan menjadi kunci agar pasar modal Indonesia semakin kuat dan stabil.
"Komitmen bersama untuk pasar modal kita menjadi jauh lebih kuat, menjadi jauh lebih stabil, juga meningkatkan likuiditasnya dan merupakan komitmen bersama," kata Mahendra kepada wartawan di BEI, Jakarta, Selasa (8/4).
Lebih lanjut, Mahendra menyebut bahwa meskipun saat ini belum ada kajian teknis terkait dampak kehadiran Danantara terhadap pasar secara keseluruhan, ia tetap optimistis bahwa langkah ini akan berdampak positif.
“Tapi saya tidak masuk rinci dulu, mungkin lebih baik kita lakukan tindak lanjut dan operasinya sampai level teknis sebelum kami bisa sampaikan penjelasan lebih detailnya,” jelas Mahendra.
Dorong Perusahaan Potensial Masuk Bursa
OJK juga menegaskan bahwa fokus IPO ke depan tidak hanya terbatas pada anak usaha BUMN. Semua perusahaan dengan prospek dan kapasitas yang baik akan didorong untuk go public. Pendekatan ini diharapkan bisa memperluas basis investor dan meningkatkan volume perdagangan di pasar modal Indonesia.
“Kami tidak hanya fokus pada anak usaha BUMN, tetapi semua perusahaan yang punya potensi. Dengan adanya platform seperti Danantara, peluang itu jadi semakin besar untuk kami dorong,” ujar Inarno.