apa itu biosolar

Apa Itu Biosolar: Kandungan, Kegunaan, hingga Harganya

Apa Itu Biosolar: Kandungan, Kegunaan, hingga Harganya
apa itu biosolar

JAKARTA - Apa itu biosolar? Ini adalah inovasi bahan bakar ramah lingkungan yang berasal dari sumber nabati sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil. 

Biosolar umumnya diolah dari biji tanaman atau buah, sehingga dapat diperbarui secara berkelanjutan tanpa risiko kelangkaan seperti minyak bumi.

Untuk memahami lebih lanjut tentang apa itu biosolar, termasuk fungsinya, bahan pembuatannya, perbedaannya dengan solar, serta informasi lengkap lainnya, simak pembahasan selengkapnya dalam artikel ini!

Apa Itu Biosolar?

Apa itu biosolar? Ini adalah bahan bakar ramah lingkungan yang dihasilkan dari campuran biodiesel berbasis minyak nabati dengan bahan bakar solar. 

Sementara solar berasal dari energi fosil yang tidak dapat diperbarui, biosolar hadir sebagai solusi untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya yang semakin menipis.

Meskipun Indonesia merupakan negara penghasil minyak, sumber daya ini tetap terbatas dan tidak dapat diperbarui. 

Oleh karena itu, biosolar diharapkan menjadi alternatif energi yang lebih berkelanjutan, terutama karena bahan bakunya berasal dari tanaman seperti kelapa sawit yang dapat terus dibudidayakan.

Selain mendukung ketahanan energi, penggunaan biodiesel dalam biosolar juga berkontribusi terhadap lingkungan dengan mengurangi emisi gas rumah kaca. 

Saat ini, biosolar di Indonesia dikenal dengan merek dagang Bio Solar B30, yang mengandung 30% bahan nabati dan 70% bahan bakar solar.

Bahan Pembuatan Biosolar

Biosolar yang beredar di pasaran saat ini dihasilkan dari berbagai jenis minyak nabati yang berasal dari tumbuhan dengan kandungan kalori tinggi. 

Beberapa biji tanaman dan buah tertentu dapat diolah menjadi minyak nabati yang menjadi bahan utama dalam pembuatan biosolar. Beberapa jenis tanaman yang umum digunakan sebagai bahan baku biosolar antara lain:

-Biji Jarak Pagar

-Buah Kemiri

-Buah Sawit

-Nyamplung

-Kacang Tanah

-Biji Kapuk atau Biji Pondok Randu

Seperti yang telah diketahui, sumber utama energi biosolar berasal dari tumbuh-tumbuhan yang banyak ditemukan di Indonesia dan dapat dibudidayakan dengan mudah. 

Kondisi ini menjadi keuntungan bagi Indonesia karena memiliki potensi besar untuk mengelola serta memproduksi bahan baku biosolar secara mandiri.

Perbedaan Solar dengan Biosolar

Ada beberapa perbedaan mendasar antara solar dan biosolar yang bisa menjadi pertimbangan dalam memilih bahan bakar yang sesuai dengan kebutuhan. Berikut adalah beberapa aspek yang membedakan keduanya:

1. Jumlah Energi

Perbedaan utama antara solar dan biosolar terletak pada jumlah energi yang dihasilkan. Karena bahan baku yang digunakan berbeda, biosolar menghasilkan energi sekitar 11% lebih rendah dibandingkan dengan solar biasa. 

Akibatnya, konsumsi bahan bakar biosolar cenderung lebih banyak dibandingkan solar konvensional.

2. Kandungan Residu Sulfur

Dalam hal emisi, biosolar lebih unggul dibandingkan solar karena mengandung residu sulfur yang lebih rendah. Residu sulfur pada sistem pembakaran kendaraan biasanya berikatan dengan karbon dioksida yang dilepaskan ke udara. 

Dengan kadar sulfur yang lebih minim, biosolar dianggap lebih ramah lingkungan dibandingkan solar biasa.

3. Ketahanan terhadap Oksidasi

Proses oksidasi berkaitan dengan ketahanan bahan bakar terhadap pengaruh eksternal seperti panas, udara, cahaya, dan logam. 

Biosolar memiliki ketahanan oksidasi yang lebih rendah dibandingkan solar, yang berpotensi menyebabkan penumpukan plak pada mesin dalam jangka panjang jika digunakan secara terus-menerus.

Apa Kegunaan Biosolar sebagai Jenis Energi Alternatif?

Kemajuan teknologi energi terbarukan bertujuan untuk mengurangi emisi karbon, termasuk melalui penggunaan bahan bakar biosolar. 

Sebagai bagian dari upaya ini, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mendorong penerapan Bio Solar B30 guna memperkuat ketahanan serta kemandirian energi dalam negeri.

Agar biaya perbaikan kendaraan tidak menjadi beban finansial, ada baiknya mempertimbangkan asuransi mobil all risk yang dapat memberikan perlindungan menyeluruh terhadap biaya perbaikan di bengkel terbaik.

Selain itu, pengembangan biosolar juga diharapkan dapat membantu mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM, yang selama ini menyerap anggaran belanja negara dalam jumlah besar.

Kelebihan dan Kekurangan Biosolar 

Sebelumnya telah dibahas mengenai biosolar serta perbedaannya dengan solar biasa. Sekarang, mari kita lihat kelebihan dan kekurangan dari penggunaan biosolar sebagai bahan bakar alternatif.

1. Kelebihan Biosolar

Sebagai salah satu sumber energi terbarukan, biosolar memiliki sejumlah manfaat, terutama dalam skala yang lebih luas. Berikut beberapa keunggulannya:

Dibandingkan bahan bakar fosil, biosolar menghasilkan emisi yang lebih rendah, sehingga lebih ramah lingkungan.

Proses produksinya tidak menimbulkan dampak lingkungan yang besar dan tidak menyebabkan kerusakan permanen.

Biosolar berasal dari sumber nabati seperti biji jarak, pohon randu, dan kacang tanah, yang dapat terus dibudidayakan, menjadikannya sumber energi yang dapat diperbarui.

Campuran minyak nabati dalam biosolar memiliki angka cetana berkisar antara 51 hingga 55, lebih tinggi dibandingkan standar solar biasa yang berada di angka 48. Sebagai informasi, cetana adalah indikator kualitas pembakaran bahan bakar, serupa dengan oktan pada bensin.

2. Kekurangan Biosolar

Meskipun memiliki berbagai keunggulan, biosolar juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan:

-Daya yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan solar biasa, sehingga kurang optimal bagi kendaraan yang membutuhkan tenaga dan kecepatan tinggi.

-Masih terdapat kekhawatiran terhadap penggunaannya pada kendaraan bertonase besar seperti bus dan truk yang menggunakan mesin diesel konvensional, bukan modern common rail.

-Sifat pembersih biosolar dapat menyebabkan penyumbatan pada filter bahan bakar, yang sering terjadi pada mobil diesel keluaran lama, terutama dari era 1980-an.

Jika disimpan terlalu lama dalam tangki, biosolar lebih mudah mengalami perubahan bentuk dan berisiko menjadi lumpur, yang dapat mengurangi efisiensinya.

Mengapa Biosolar tidak Cocok untuk Kendaraan Angkut Beban? 

Secara keseluruhan, biodiesel memiliki daya yang lebih rendah dibandingkan solar murni, sehingga kurang optimal untuk kendaraan bermotor yang membutuhkan tenaga besar dan kecepatan tinggi. 

Selain itu, biosolar masih menghadapi tantangan dalam hal efisiensi serta biaya produksi yang relatif tinggi.

Namun, berbagai penelitian dan inovasi terus dikembangkan guna meningkatkan kapasitas dan efisiensi biosolar. Harapannya, di masa depan, bahan bakar ini dapat lebih dioptimalkan untuk kendaraan berat dan berbagai kebutuhan industri lainnya.

Konsumen yang Berhak Membeli Biosolar

Penggunaan biosolar bersubsidi diatur dalam Peraturan Presiden No. 191 Tahun 2014, yang menetapkan kelompok konsumen yang berhak menggunakan biosolar (B30) bersubsidi.

Berikut adalah kategori kendaraan dan sektor yang diperbolehkan menggunakan biosolar subsidi:

-Usaha Mikro: Digunakan untuk mesin perkakas dalam kegiatan usaha skala kecil.

-Perikanan: Diperuntukkan bagi kapal ikan dengan kapasitas maksimal 30 GT yang terdaftar di Kementerian Kelautan dan Perikanan.

-Pertanian: Digunakan pada alat dan mesin pertanian serta perkebunan dengan kapasitas lahan maksimal 2 hektar. Mesin peternakan skala kecil juga termasuk dalam kategori ini.

-Pelayanan Umum: Mencakup fasilitas ibadah, krematorium, serta sumber energi bagi rumah sakit, panti asuhan, dan panti jompo.

Transportasi:

-Kendaraan Darat: Meliputi kendaraan pribadi untuk angkutan orang dan barang, serta kendaraan umum seperti ambulans, mobil pengangkut sampah, mobil jenazah, dan pemadam kebakaran.

-Kendaraan Air: Termasuk kapal bermotor, kapal pelayaran rakyat, serta kapal perintis.

-Kereta Api: Berlaku untuk kereta api yang mengangkut penumpang maupun barang.

-Melalui regulasi ini, pemerintah berupaya memastikan distribusi energi yang lebih merata dan berkeadilan. 

Harapannya, berbagai sektor usaha dapat merasakan manfaat dari biosolar sebagai alternatif bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dibandingkan solar konvensional.

Mengenal Biosolar B20, B30, dan B100

Pemerintah Indonesia terus berinovasi dalam mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan dengan berbagai varian, termasuk B20, B30, dan B100. 

Ketiga jenis biodiesel ini merupakan hasil terobosan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral guna memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Berikut adalah penjelasan masing-masing jenis biodiesel yang telah dikembangkan:

1. B20

Biodiesel B20 merupakan campuran 20% biodiesel dan 80% bahan bakar solar.

Program ini menjadi langkah awal pemerintah dalam menerapkan teknologi bahan bakar nabati (biofuel) yang diatur melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 12 Tahun 2015.

2. B30

Pada tahun 2020, pemerintah mewajibkan penggunaan B30, yaitu campuran 30% biodiesel dan 70% bahan bakar solar. 

Langkah ini bertujuan untuk memperluas pemanfaatan biodiesel dalam berbagai sektor industri, termasuk transportasi, pembangkit listrik, dan sektor komersial lainnya.

3. B100

Biodiesel B100 merupakan bahan bakar yang sepenuhnya berasal dari bahan nabati, khususnya dari ester metil asam lemak (fatty acid methyl ester/FAME). 

Proses produksinya melalui transesterifikasi untuk mempercepat reaksi antara metanol atau alkohol yang digunakan. Saat ini, B100 masih dalam tahap pengembangan agar dapat digunakan secara luas di berbagai jenis kendaraan dan industri.

Dengan adanya inovasi ini, pemerintah berharap penggunaan bahan bakar berbasis nabati dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil serta menekan emisi karbon demi lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Harga Biosolar di Indonesia 

Pemerintah terus melakukan evaluasi terhadap harga biosolar dengan mempertimbangkan prinsip keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat. Per 15 Januari 2023, harga biosolar ditetapkan sebesar Rp6.800 per liter.

Penetapan ini merujuk pada Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022, yang merupakan revisi dari Kepmen No. 62 K/12/MEM/2020 mengenai formula harga dasar dalam perhitungan harga jual eceran bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin dan solar yang dipasarkan melalui SPBU.

Sebagai bagian dari Jenis BBM Penugasan Khusus (JBPK), biosolar mendapatkan subsidi dari pemerintah, sama seperti Pertalite. 

Bahkan, besaran subsidi untuk biosolar mencapai 1,5 kali lipat dari harga jualnya, sehingga masyarakat dapat mengakses energi ini dengan harga yang lebih terjangkau.

Tips Merawat Mobil yang Menggunakan Bahan Bakar Biosolar 

1. Perawatan Filter Bahan Bakar

Salah satu manfaat biosolar adalah kemampuannya dalam membersihkan sistem bahan bakar. Namun, hal ini juga dapat menyebabkan kotoran menumpuk pada filter. 

Oleh karena itu, penting untuk menggunakan filter bahan bakar yang asli dan menggantinya secara rutin. Filter yang kotor bisa menghambat suplai bahan bakar ke mesin, yang ditandai dengan suara brebet saat mobil digas.

2. Menjaga Sistem Injeksi

Perawatan sistem injeksi bisa dilakukan bersamaan dengan servis rutin di bengkel.

Beberapa langkah yang diperlukan antara lain membersihkan throttle body untuk memastikan aliran udara yang optimal, serta memeriksa dan membersihkan bagian solar hingga filter bahan bakar.

3. Memeriksa Level Pelumas

Pengontrolan pelumas secara berkala sangat penting untuk memastikan oli tidak terkontaminasi oleh biosolar. Kontaminasi ini bisa terjadi akibat filter yang tidak berfungsi dengan baik atau adanya kebocoran pada sistem injeksi.

4. Menggunakan Pelumas Khusus

Penggunaan pelumas khusus dapat menjadi solusi efektif dalam mengurangi dampak negatif biosolar, seperti penumpukan kotoran dalam mesin. Dengan pelumas yang sesuai, performa mesin bisa tetap optimal dan lebih tahan lama.

Sebagai penutup, memahami apa itu biosolar membantu kita mengenali potensinya sebagai energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index