Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) semakin serius dalam menggarap potensi pasar emas di Indonesia, sejalan dengan visinya mengembangkan ekonomi syariah sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional. Setelah ditunjuk secara resmi sebagai pengelola bisnis bank emas atau bullion bank pertama di Indonesia pada 26 Februari lalu, BSI tengah mempersiapkan berbagai strategi untuk mengoptimalkan ekosistem ekonomi syariah melalui bisnis emasnya, Selasa, 11 Maret 2025.
Menurut Regional CEO BSI Semarang, Ficko Hardowiseto, potensi pengembangan bisnis emas di Indonesia masih sangat besar. "Hal tersebut didasari potensi dan peluang pengembangan alternatif bisnis yang memberikan nilai investasi bagi masyarakat," kata Ficko di Semarang, Senin, 10 Maret 2025.
Ficko menambahkan, ditunjuknya BSI sebagai entitas yang mengelola bank emas membuka peluang besar bagi masyarakat, industri, dan ekonomi nasional untuk memaksimalkan potensi yang ada. "Peluang untuk mengembangkan pasar emas Indonesia juga sangat besar, karena permintaan emas per kapita Indonesia masih terendah di Asia Tenggara, 0,16 gram per orang," tegasnya.
Lebih lanjut, mengacu pada kajian yang dilakukan oleh McKinsey, emas yang beredar di masyarakat Indonesia mencapai 1.800 ton, beredar dari sektor hulu ke hilir. Ini termasuk jumlah perhiasan dan emas batangan sebesar 321 ton, yang merupakan aset yang dapat dimonetisasi. Potensi ini berpeluang untuk terus meningkat, mengingat Indonesia menempati posisi ke-6 sebagai negara dengan cadangan emas terbesar di dunia, setara dengan 2.600 ton.
Indonesia juga termasuk dalam jajaran 10 besar produsen emas global, dengan produksi sekitar 100 ton emas pada 2020. Menurut Ficko, melalui usaha bank emas, BSI dapat menangkap nilai ekonomi di seluruh rantai pasok emas dan memberikan kemudahan alternatif investasi syariah.
"Tidak terlepas dari misi BSI untuk melanjutkan arahan pemerintah sebagai lokomotif ekonomi syariah nasional, upaya ini juga mendukung visi pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang diproyeksikan mencapai 8 persen pada 2029," ungkap Ficko.
Ia juga menegaskan, bisnis bank emas yang digarap BSI ini memiliki daya tarik bagi para pelaku industri dari hulu hingga hilir, memperkuat bisnis rantai produksi emas dan memberikan nilai tambah. "Hilirisasi logam mulia bisa meningkatkan nilai tambah bijih emas hingga 10 kali lipat," jelas Ficko.
Dalam menjalankan operasionalnya, BSI menawarkan beberapa keunggulan untuk memperkuat posisinya sebagai pionir bank emas di Indonesia. Salah satu produk andalannya adalah BSI Gold dengan karatase 99,99% SNI dan Sertifikat MUI. "Dengan jaringan BSI Agen yang lebih dari 110.000 di seluruh Indonesia, layanan bank emas ini bisa diakses di mana pun dan kapan pun melalui platform BYOND by BSI," tambahnya.
Bisnis emas BSI terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan melalui produk seperti Gadai Emas, Cicil Emas, Tabungan E-Mas, dan BSI Gold. Sepanjang 2024, baki debit mengalami kenaikan sebesar 78%, dari Rp6,9 triliun menjadi Rp7,1 triliun secara tahunan.
Dengan semakin berkembangnya bisnis bank emas ini, BSI optimis dapat melengkapi ekosistem ekonomi syariah yang telah terbentuk sebelumnya dan memberikan kontribusi nyata terhadap ekonomi nasional. Ini tidak hanya akan membawa manfaat bagi industri dan masyarakat, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam peta pasar emas global.