Industri Fintek P2P

Industri Fintek P2P Lending Diproyeksikan Melonjak di 2025: PT Sahabat Mikro Fintek Siapkan Strategi Inovatif

Industri Fintek P2P Lending Diproyeksikan Melonjak di 2025: PT Sahabat Mikro Fintek Siapkan Strategi Inovatif
Industri Fintek P2P Lending Diproyeksikan Melonjak di 2025: PT Sahabat Mikro Fintek Siapkan Strategi Inovatif

Jakarta - Industri finansial berbasis teknologi atau fintech, khususnya di sektor peer-to-peer (P2P) lending, diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan yang signifikan pada tahun 2025. Optimisme ini disuarakan oleh PT Sahabat Mikro Fintek (Samir), yang mencanangkan target ambisius untuk tetap sustain dan berinovasi di tengah persaingan pasar yang semakin ketat serta penyesuaian regulasi baru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Selasa, 11 Maret 2025.

Di tahun 2024, industri P2P lending berhasil mencatat laba sebesar Rp1,65 triliun, mengalami lonjakan sebesar 245% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp478,15 miliar. Hal ini menunjukkan betapa cepatnya sektor ini berkembang dan menarik perhatian berbagai pemangku kepentingan di industri keuangan.

CEO Samir, Yonathan Gautama, mengungkapkan bahwa perusahaan tetap optimis akan keberlanjutan tren positif ini. "Tahun 2025 diproyeksikan sebagai tahun pertumbuhan bagi industri pinjaman daring, seiring dengan pemulihan ekonomi dan peningkatan adopsi teknologi finansial," ujarnya dalam wawancara dengan Bisnis pada Selasa, 11 Maret 2025. Namun, Yonathan juga menyadari tantangan utama yang akan dihadapi, seperti peningkatan persaingan dan penyesuaian regulasi.

Yonathan menyatakan bahwa Samir menyambut baik regulasi baru yang diterapkan oleh OJK, meski memerlukan penyesuaian strategis. Mulai 1 Januari 2025, OJK telah menentukan batas bunga bagi pinjaman konsumtif dengan tenor hingga enam bulan sebesar 0,3% per hari, dan untuk tenor lebih panjang sebesar 0,2% per hari. Sedangkan, suku bunga untuk pinjaman produktif usaha mikro dan ultra mikro dibatasi 0,275% per hari untuk tenor hingga enam bulan dan 0,1% untuk tenor lebih panjang. Untuk pinjaman produktif kelas kecil dan menengah, bunga ditetapkan pada 0,1% per hari tanpa memandang tenor.

Yonathan menekankan pentingnya stabilitas kebijakan untuk menciptakan ekosistem yang sehat. "Dalam jangka panjang, suku bunga yang ideal perlu mempertimbangkan keberlanjutan industri serta keseimbangan antara akses pendanaan yang terjangkau bagi borrower dan daya tarik investasi bagi lender," katanya.

Untuk mengantisipasi perubahan dinamis dalam industri, Samir berencana untuk fokus pada peningkatan volume pinjaman berkualitas. Perusahaan berkomitmen untuk memanfaatkan teknologi dan analitik data dalam manajemen risiko guna meningkatkan credit scoring dan deteksi dini terhadap potensi gagal bayar. Selain itu, diversifikasi produk dan kolaborasi strategis dengan berbagai ekosistem keuangan juga menjadi prioritas.

Samir tidak hanya berfokus pada penguatan operasional dan pengelolaan risiko, tetapi juga pada peningkatan literasi keuangan. Yonathan menekankan, "Peningkatan literasi keuangan tetap menjadi fokus kami agar borrower dapat lebih bijak dalam mengelola pinjaman dan lender memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai risiko dan potensi imbal hasil."

Menambah pandangan dari sisi teknologi, Direktur Teknologi Informasi Samir, Andreas, menyebutkan bahwa Samir akan menargetkan peningkatan portofolio pembiayaan ke segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). "Di tahun 2025, target kami adalah meningkatkan porsi ini menjadi 30% dari total pendanaan dengan strategi yang lebih terarah," jelas Andreas kepada Bisnis pada Senin (24/2/2025). Pada tahun sebelumnya, portofolio pendanaan Samir ke UMKM telah mencapai 28%.

Dengan strategi dan fokus yang diterapkan oleh Samir, industri P2P lending di Indonesia diharapkan dapat terus berkembang sambil menjaga keseimbangan ekosistem keuangan secara berkelanjutan. Inovasi teknologi dan pengembangan produk menjadi kunci bagi para pelaku industri dalam memanfaatkan peluang pertumbuhan di tengah lanskap regulasi dan kompetisi yang terus berubah.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index