Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) terus memperkukuh posisinya sebagai pionir dalam pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia. Setelah resmi ditunjuk sebagai salah satu pengelola bisnis bank emas atau bullion bank pertama di Indonesia pada 26 Februari 2025, BSI berkomitmen untuk mengembangkan emas sebagai komoditas unggulan dalam sektor perbankan syariah, Senin, 10 Maret 2025.
Anton Sukarna, Direktur Sales & Distribution BSI, menyatakan bahwa peran emas sangat signifikan dan dapat menjadi inovasi penting bagi industri perbankan syariah. "Dengan potensi besar yang dimiliki emas, kami melihatnya sebagai alternatif investasi yang dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat,” ungkap Anton, menegaskan bagaimana BSI mengintensifkan langkah untuk memperkuat ekosistem ekonomi syariah.
Peluang Emas dalam Pasar Syariah
Melihat data dari McKinsey yang menunjukkan bahwa emas yang beredar di Indonesia mencapai 1.800 ton, Anton menyoroti potensi besar yang belum tergarap sepenuhnya. Ditambah dengan cadangan emas sebesar 2.600 ton dan produksi emas domestik yang terus meningkat, Indonesia menempatkan dirinya dalam posisi strategis di pasar emas global.
"Di BSI, kami melihat peluang besar untuk mengoptimalkan rantai pasok emas. Dengan memonetisasi aset emas yang kurang produktif, kami dapat memberikan kemudahan alternatif investasi syariah bagi masyarakat," tambah Anton. Emas per kapita Indonesia yang masih rendah, hanya 0,16 gram per orang di Asia Tenggara, membuka banyak kesempatan untuk pertumbuhan.
Indonesia, sebagai salah satu produsen emas terbesar di dunia, memproduksi sekitar 100 ton emas pada tahun 2020. Ini menambah kekuatan BSI dalam perannya sebagai pionir bank emas pertama di Indonesia.
Layanan Inovatif Bank Emas BSI
Bank Emas BSI tidak hanya menjadi kebanggaan nasional tetapi juga menawarkan layanan inovatif yang menjanjikan seperti BSI Gold Karatase 99,99% SNI dan Sertifikat MUI. Memanfaatkan lebih dari 110.000 agen di seluruh Indonesia, BSI menyediakan akses yang sangat mudah dengan aplikasi super app BYOND by BSI yang memungkinkan nasabah untuk bertransaksi emas kapan pun dan di mana pun.
"Selain itu, kami juga mengembangkan BSI ATM Emas yang pertama di Indonesia, memberikan kemudahan bagi nasabah untuk mencetak emas secara langsung di pusat dan cabang BSI," ujar Anton. Keunggulan ini semakin menguatkan posisi BSI dalam pasar emas domestik.
Pertumbuhan Signifikan dan Fokus Masa Depan
Selama tahun 2024, BSI mencatat pengelolaan total emas sebanyak 17,5 ton dengan volume transaksi mencapai 29,7 ton. Dengan potensi pertumbuhan yang sangat besar, fokus utama BSI pada tahun 2025 adalah pada pengembangan dua layanan utama, yakni penitipan emas dan perdagangan emas. Ini didukung oleh tiga layanan utama: BSI Emas Digital, BSI Gold, dan pengembangan BSI ATM Emas.
Anton mencatat bahwa investasi emas bisa menjadi solusi investasi jangka panjang, khususnya sebagai persiapan pelunasan ibadah haji, dengan masa tunggunya yang bisa mencapai 15 hingga 20 tahun. "Nilai emas yang terus naik setiap tahunnya menjadikannya sebagai pilihan investasi yang sangat relevan, terutama bagi mereka yang ingin merencanakan masa depan keuangan mereka," tambah Anton.
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Syariah di Indonesia
Dengan lebih dari 21 juta nasabah aktif dan 8 juta pengguna aplikasi BYOND, serta jaringan kantor cabang yang mencapai 1.130 outlet, BSI terus berupaya mengoptimalkan ekosistem bank emas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia. Anton secara optimis menyebutkan bahwa BSI senantiasa berkomitmen menghadirkan solusi keuangan yang tidak hanya inovatif tetapi juga berkelanjutan, memberikan manfaat nyata bagi masyarakat sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Sebagai instansi pionir dalam dunia perbankan syariah, BSI optimis langkah mereka dalam pengelolaan dan pengembangan bank emas akan menjadi turning point penting dalam sejarah ekonomi syariah di tanah air, menjawabi tantangan finansial dengan pendekatan yang sesuai dengan prinsip syariah dan sekaligus mengakomodasi kebutuhan masyarakat modern.