Harga Minyak

Harga Minyak Naik Tipis di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Tarif AS

Harga Minyak Naik Tipis di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Tarif AS
Harga Minyak Naik Tipis di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Tarif AS

Jakarta – Harga minyak dunia menunjukkan kenaikan tipis pada penutupan perdagangan Jumat, 7 Maret 2025, meskipun masih dibayangi oleh kebijakan tarif kontroversial Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Kebijakan ini telah menimbulkan dampak signifikan pada pergerakan pasar global. Dalam sepekan, tercatat sebagai penurunan terbesar sejak Oktober 2024.

Melansir dari laporan Reuters, harga minyak berjangka Brent mengalami peningkatan sebesar 13 sen atau sekitar 0,19 persen, sehingga mencapai US$69,59 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik sebesar 8 sen atau 0,08 persen menjadi US$66,44 per barel. Namun, dalam sepekan, Brent tercatat mengalami penurunan drastis hingga 4,9 persen, mencatat penurunan mingguan terbesar sejak Oktober. Sementara WTI juga mencatat penurunan signifikan hingga 4,8 persen, Jumat, 7 Maret 2025.

Pasar global, termasuk sektor minyak, sedang dalam kondisi gejolak akibat kebijakan perdagangan yang tidak pasti di AS, yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia. Pada Kamis (6/3), Presiden Trump memutuskan untuk menangguhkan tarif 25 persen yang sebelumnya diberlakukan pada sebagian besar barang dari Kanada dan Meksiko hingga 2 April. Meskipun demikian, tarif pada baja dan aluminium tetap berlaku dan akan diberlakukan pada 12 Maret sesuai jadwal.

Kendati demikian, kebijakan tarif ini tidak sepenuhnya mencakup produk energi dari Kanada, karena negara tersebut dikenakan pungutan terpisah sebesar 10 persen. Menurut beberapa analis, tarif tersebut dipandang sebagai penghambat pertumbuhan ekonomi serta permintaan minyak. Ketidakpastian yang menyelimuti kebijakan ini juga menghambat keputusan bisnis dan memberikan dampak negatif terhadap perekonomian global.

Pada Rabu, 5 Maret 2025, harga minyak mentah Brent sempat menyentuh level terendah sejak Desember 2021, setelah laporan menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS meningkat. Selain itu, keputusan OPEC+ untuk meningkatkan kuota produksi juga menambah tekanan terhadap harga. OPEC+ telah mengumumkan rencananya untuk melanjutkan penambahan produksi minyak sebesar 138.000 barel per hari mulai April mendatang.

Menurut seorang analis energi dari New York, “Ketidakpastian kebijakan tarif ini benar-benar menambah volatilitas pasar. Pelaku pasar harus bersiap dengan segala kemungkinan perubahan yang dapat mempengaruhi pergerakan harga minyak ke depannya.”

Peningkatan produksi yang direncanakan oleh OPEC+ dilakukan meskipun adanya tekanan dari negara-negara konsumen agar mereka menahan diri untuk tidak menambah pasokan. Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan pasar dan mendorong kestabilan harga minyak di tengah tantangan ekonomi global yang ada.

Sementara itu, beberapa pelaku pasar masih mengkhawatirkan dampak jangka panjang dari kebijakan tarif AS ini. Mereka menyebut bahwa peningkatan ketegangan perdagangan dapat mengganggu rantai pasokan global dan menimbulkan efek domino yang berpotensi memperburuk kondisi ekonomi dunia.

Di tengah dinamika ini, para pengamat menyarankan agar investor tetap waspada dan memperhatikan perkembangan terbaru terkait kebijakan perdagangan dan keputusan OPEC+. Harga minyak yang volatil dapat menjadi indikator bagi kesehatan ekonomi global secara keseluruhan.

Sampai hari ini, pasar minyak dunia masih menghadapi ketidakpastian yang tinggi. Dalam waktu dekat, pasar akan terus memantau respon dari negara-negara terkait kebijakan tarif AS dan langkah selanjutnya yang mungkin diambil oleh OPEC+ dalam upaya menjaga stabilitas harga di pasar global.

Sebagai penutup, produsen serta konsumen energi diharapkan dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kebijakan dan kondisi pasar yang dinamis ini. Hal ini menjadi kunci untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah tantangan global yang semakin kompleks.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index