Jakarta – Knight Frank Indonesia mengungkapkan potensi besar dari sektor industri dan logistik sebagai salah satu subsektor properti yang menjanjikan risiko minim dengan prospek pertumbuhan tinggi, khususnya di kawasan Asia Pasifik termasuk Asia Tenggara. Di tengah dinamika ekonomi global, subsektor ini tetap menarik perhatian investor yang mencari peluang di tengah ketidakpastian pasar, Jumat, 7 Maret 2025.
Willson Kalip, Country Head Knight Frank Indonesia, menyoroti kawasan Greater Jakarta dan Subang sebagai submarket paling potensial saat ini. "Sektor auto-related, terutama yang berhubungan dengan pengembangan produksi kendaraan listrik (EV) dan berbagai industri turunannya, menjadi motor penggerak utama di wilayah tersebut," katanya, Jumat, 7 Maret 2025. Kawasan ini diyakini akan terus menjadi magnet investasi, mengingat peningkatan kebutuhan terhadap produk ramah lingkungan dan energi terbarukan.
Sejak tahun 2021, sektor pusat data (data center) di Greater Jakarta telah aktif menyerap lahan industri. Namun, tren ini diperkirakan akan mengalami perubahan pada akhir tahun 2024, dimana pusat data tidak lagi menjadi pengguna utama dengan total serapan lahan tidak setinggi dua tahun sebelumnya.
Performa sektor industri di Indonesia mencatatkan hasil positif terbaik sejak awal pandemi. Beberapa kawasan industri di Jabodetabek kini berencana menambah pasokan lahan untuk memenuhi lonjakan permintaan dari pelaku bisnis dan pengembang kawasan. Subang merupakan salah satu wilayah yang gencar melakukan pengembangan untuk mendukung pertumbuhan ini. Hingga semester II tahun 2024, total kawasan industri di Greater Jakarta dan sekitarnya telah bertambah menjadi sekitar 15.729 hektare.
Di periode ini, total serapan lahan mencapai 77 hektare dengan kawasan Subang, Bekasi, dan Karawang sebagai submarket potensial. Harga sewa kawasan industri tetap stabil dan cenderung meningkat, terutama di lokasi yang memiliki daya saing tinggi seperti di koridor timur Jakarta.
Memasuki tahun 2024, Knight Frank menandai pencapaian terbaik dalam lima tahun terakhir dengan permintaan lahan sekitar 312 hektare. Sektor auto-related menonjol sebagai pengguna lahan paling aktif di akhir tahun tersebut. "Serapan lahan kawasan industri di tahun 2024 menunjukkan performa tertinggi sejak pandemi. Gelombang masuknya manufaktur dari regional Asia, seperti Tiongkok, Vietnam, dan Korea Selatan, memberikan efek positif terhadap performa kawasan industri dalam negeri," jelas Kalip.
Relokasi pabrik sebagai dampak dari Perang Dagang AS-Tiongkok juga membawa dampak signifikan, terutama di Jawa Tengah. Peluang ini, menurut Kalip, harus dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah dan pengembang kawasan industri. "Ini adalah kesempatan emas mengingat sektor manufaktur akan berperan sebagai katalis dalam menjaga dan meningkatkan performa sektor industri di Greater Jakarta dan secara nasional," tambahnya.
Kesiapan pemerintah dan pihak swasta dalam menangkap peluang ini dinilai sangat penting. Selain meningkatkan daya saing, Indonesia harus memastikan bahwa infrastruktur dan regulasi yang mendukung kemudahan investasi terus diperbarui dan ditingkatkan. Ini adalah kunci untuk menarik lebih banyak investor sekaligus menjadikan Indonesia sebagai pusat industri dan logistik terkemuka di kawasan.
Dengan tren positif ini, sektor industri dan logistik diharapkan tidak hanya memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi nasional, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di kancah global sebagai destinasi investasi yang menguntungkan. Sebagai langkah konkret, Knight Frank Indonesia terus mendorong dialog antara pemerintah, pelaku industri, dan investor untuk memaksimalkan potensi yang ada.
Di tengah perubahan global yang dinamis, sektor industri dan logistik tetap menjadi sektor andalan dengan prospek cerah. Dengan strategi yang tepat dan dukungan infrastruktur yang memadai, Indonesia siap menyambut era baru pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di sektor ini.