Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) merespons isu yang tengah ramai diperbincangkan mengenai rekrutmen 14 mantan karyawan PT Lion Mentari Airlines atau Lion Air yang dialihkan ke Garuda Indonesia dengan gaji mencengangkan hingga Rp117 juta per bulan. Informasi ini sebelumnya sempat menjadi viral di berbagai platform media sosial, memicu beragam reaksi dan spekulasi dari publik, Rabu, 5 Maret 2025.
Perusahaan maskapai pelat merah ini saat ini dinakhodai oleh Wamildan Tsani, yang pernah menjabat sebagai CEO di Lion Air. Fakta ini semakin menarik perhatian publik atas perpindahan pegawai antar kedua perusahaan tersebut.
Menurut data yang beredar di media sosial, 14 mantan karyawan Lion Air tersebut mengisi berbagai posisi strategis di Garuda Indonesia. Salah satu jabatan yang disebutkan adalah CEO Office Specialist, dengan gaji berkisar antara Rp52 juta hingga Rp117 juta per bulan. Selain itu, terdapat juga jabatan Senior Lead Professional dengan gaji Rp31,2 juta, Protokol Direktur Utama dengan remunerasi bulanan yang sama, dan Protokol Ibu Direktur Utama yang mendapat Rp25 juta per bulan.
Menanggapi isu ini, Direktur Human Capital & Corporate Service Garuda Indonesia, Enny Kristiani, mengungkapkan bahwa pihaknya menyadari adanya perhatian publik yang meningkat akibat beredarnya informasi tersebut. Enny mengkonfirmasi bahwa nama-nama yang disebut memang saat ini menjabat berbagai posisi penting di Garuda Indonesia, mulai dari CEO Office Specialist hingga Lead Professional.
"Pegawai-pegawai tersebut memiliki tugas mendukung Wamildan Tsani dalam pelaksanaan fungsi strategis sesuai keahlian masing-masing, yang meliputi perencanaan pengembangan bisnis, operasional, komersial, pengembangan jaringan, hingga dukungan dalam lingkup general affairs," jelas Enny Kristiani dalam konfirmasi kepada VOI pada Rabu, 5 Maret.
Ia menambahkan bahwa proses penerimaan para pegawai ini telah dilakukan sesuai dengan ketentuan rekrutmen perusahaan yang berlaku. "Seluruh pegawai tersebut diterima melalui proses rekrutmen pro hire dan berstatus sebagai pegawai dengan kontrak kerja waktu tertentu," tegasnya.
Meski demikian, Enny mengingatkan bahwa informasi yang tersebar di media sosial terkait tugas, fungsi, dan remunerasi para pegawai ini tidak sepenuhnya akurat. "Kami sangat menyayangkan penyebarluasan informasi yang tidak sesuai dengan kondisi faktual. Oleh karena itu, kami mengajak publik untuk lebih bijak dalam menerima dan menyebarluaskan informasi yang validitasnya belum dapat dipertanggungjawabkan," imbuh Enny.
Langkah rekrutmen ini tampaknya merupakan bagian dari strategi Garuda Indonesia di bawah kepemimpinan Wamildan Tsani untuk mendorong perubahan dan inovasi dalam rangka memperkuat posisi kompetitif perusahaan di tengah industri penerbangan yang penuh tantangan. Dengan melibatkan profesional bertalenta dari perusahaan lain, diharapkan Garuda Indonesia dapat meningkatkan kinerjanya baik dari segi operasional maupun komersial.
Di sisi lain, isu ini menyoroti tantangan dalam hal transparansi dan komunikasi yang efektif dari perusahaan kepada publik. Dalam era digital saat ini, penyebaran informasi yang tidak akurat dapat dengan cepat mempengaruhi persepsi dan kepercayaan publik. Oleh karenanya, perusahaan dituntut untuk lebih aktif memberikan klarifikasi dan memastikan bahwa informasi yang beredar sejalan dengan fakta yang ada.
Perkembangan lebih lanjut mengenai kebijakan rekrutmen dan struktur organisasi di Garuda Indonesia akan terus diikuti oleh publik, terlebih dengan situasi industri penerbangan yang terus berkembang pesat. Semua pihak berharap agar langkah-langkah yang diambil, termasuk dengan melibatkan tenaga kerja berpengalaman, dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan Garuda Indonesia sebagai maskapai kebanggaan nasional.