Jakarta - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencatat penurunan signifikan sebesar 11,43% sepanjang tahun 2025 menjadi perhatian serius Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Penurunan ini mencerminkan gejolak yang sedang melanda pasar modal Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global. Merespons situasi ini, OJK mengambil langkah tegas dengan menunda penerapan short selling saham, serta mempertimbangkan beberapa strategi lain untuk menjaga stabilitas dan perlindungan terhadap investor, Rabu, 5 Maret 2025.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menjelaskan bahwa langkah penundaan ini sejalan dengan upaya OJK untuk memantau dinamika pasar saham Indonesia dengan seksama. "Mempertimbangkan kondisi pasar terkini, dan sebagai upaya menjaga stabilitas di pasar modal dengan tetap memperhatikan perlindungan investor, OJK melakukan monitoring pasar," ujar Inarno dalam konferensi pers di Jakarta, kemarin.
Dalam menghadapi kondisi pasar yang bergejolak, OJK mempertimbangkan berbagai langkah, salah satunya menunda peluncuran fasilitas short selling yang direncanakan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk kuartal kedua tahun ini. Short selling yang memungkinkan investor mendapatkan keuntungan dari penurunan harga saham dianggap bisa berdampak signifikan dalam kondisi pasar yang sedang tidak stabil. Menurut Inarno, "Short selling sebenarnya dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada investor agar mampu mengoptimalkan profitabilitas mereka. Namun, dengan kondisi IHSG saat ini, peluncuran ini akan ditunda."
Selain penundaan short selling, OJK juga mengkaji kemungkinan pelaksanaan pembelian kembali saham (buyback) tanpa melalui rapat umum pemegang saham (RUPS). Langkah ini diharapkan dapat memberikan fleksibilitas lebih bagi emiten dalam menjaga stabilitas harga saham mereka. Otoritas juga terus membuka dialog dengan pelaku pasar untuk memastikan kebijakan yang diambil dapat diterapkan dengan optimal.
Di tengah penurunan IHSG, sejumlah pelaku industri tetap melihat adanya peluang. Direktur Utama PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), Garibaldi Thohir atau yang akrab disapa Boy Thohir, menilai bahwa kondisi saat ini justru bisa menjadi momen yang tepat untuk membeli saham. "Secara fundamental, perusahaan-perusahaan tercatat di pasar modal Indonesia masih cenderung bagus. Saya lihat memang dari sisi value-nya itu murah. Jadi, it's time to buy menurut saya," jelas Boy.
Menurutnya, kapitalisasi pasar perusahaan di Indonesia saat ini terbilang masih rendah, terutama dipengaruhi oleh sentimen dari ketidakpastian global, bukan karena masalah fundamental dalam negeri. "Fundamentalnya nggak ada yang terlalu mengkhawatirkan menurut saya, karena ini cuma eksternal problem aja," lanjut Boy.
Menanggapi langkah OJK yang ingin mendorong buyback saham tanpa RUPS, Boy menyatakan kesiapan perusahaannya untuk mengikuti kebijakan tersebut. "Kita tunggu ini nih, tunggu OJK. Kalau OJK-nya menyatakan segera dibuka, kita siap," ujarnya.
Keputusan OJK untuk menunda short selling dan mempersiapkan mekanisme buyback menunjukkan langkah proaktif untuk menjaga integritas pasar modal Indonesia. Langkah ini diharapkan dapat meredam gejolak dan memberikan rasa aman bagi investor di tengah ketidakpastian global yang sedang berlangsung. OJK sendiri berkomitmen untuk terus melakukan komunikasi intensif dengan pelaku pasar guna memastikan bahwa kebijakan yang diambil tidak hanya menjaga stabilitas, tetapi juga mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.