Jakarta - PT Bank BCA Syariah (BCA Syariah), anak usaha dari Bank Central Asia (BCA), berhasil mencatatkan pertumbuhan keuangan yang mengesankan sepanjang tahun 2024. Beberapa indikator utama, termasuk aset, pembiayaan, laba, dan dana pihak ketiga (DPK), semuanya menunjukkan pertumbuhan double digit. Tren positif ini menunjukkan daya saing dan komitmen bank dalam mengembangkan layanan perbankan syariah di Indonesia, Jumat, 28 Februari 2025.
Pada periode Desember 2024, BCA Syariah mengumumkan laba bersih sebesar Rp183,7 miliar, mengalami peningkatan sebesar 19,5% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat Rp153,8 miliar. Pertumbuhan ini dapat dikaitkan dengan berbagai strategi efektif yang diterapkan oleh bank dalam mengelola aset dan meningkatkan basis nasabah.
BCA Syariah melaporkan total aset sebanyak Rp16,6 triliun, mencerminkan pertumbuhan sebesar 15,0%. Peningkatan aset ini sebagian besar didorong oleh penyaluran pembiayaan yang mencapai Rp10,7 triliun, naik 18,9%. Selain itu, DPK juga mengalami lonjakan, tumbuh sebesar 20,3% menjadi Rp13,2 triliun, yang mencakup peningkatan tabungan, giro, serta deposito.
Presiden Direktur BCA Syariah, Yuli Melati Suryaningrum, dalam pernyataannya di Jakarta pada 28 Februari 2025, menegaskan, “BCA Syariah meluncurkan aplikasi mobile banking baru, BSya, pada Agustus 2024 sebagai upaya strategis dalam menghimpun CASA. Kami sangat menekankan pengembangan fitur sesuai masukan nasabah.”
Untuk rincian lebih lanjut, tabungan di BCA Syariah meningkat 21,0% mencapai Rp2.471,6 triliun, dan giro naik 17,9% menjadi Rp2.511,1 triliun. Kombinasi dari peningkatan ini menghasilkan pertumbuhan CASA sebesar 19,4% atau Rp4.982,6 triliun. Sementara itu, deposito juga mengalami pertumbuhan signifikan, naik 21,0% menjadi Rp8.193,6 triliun.
Yuli juga menambahkan bahwa pertumbuhan yang solid ini didukung oleh akselerasi teknologi dan layanan, serta pengelolaan sumber daya manusia dan manajemen risiko yang baik. "Kemampuan kami untuk meningkatkan layanan melalui teknologi dan menjaga manajemen risiko yang baik menjadi kunci dari pencapaian ini," ujarnya.
Selain itu, BCA Syariah berhasil mempertahankan rasio keuangan yang stabil. Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) tercatat di angka 81,3%, sedikit meningkat dari tahun sebelumnya 82,3%. Sedangkan, efisiensi operasional bank yang diukur melalui rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) mencapai 79,6%, meningkat dari 78,6% pada tahun sebelumnya. Sementara itu, Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) bank masing-masing berada di level 1,6% dan 5,9%.
Namun demikian, tantangan tetap ada pada kualitas pembiayaan. Terjadi peningkatan pada rasio pembiayaan bermasalah atau NPF Gross sebesar 1,54% dari posisi tahun sebelumnya 1,04%. NPF Nett juga naik menjadi 0,33% dari sebelumnya 0,01%.
Untuk tahun 2025, BCA Syariah menargetkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 13% hingga 15%. Fokus utama akan tetap pada pembiayaan konsumer seperti KPR iB, KKB iB, dan Emas iB, yang pada 2024 mengalami pertumbuhan tertinggi. Pembiayaan emas iB, misalnya, naik hingga 198,6% mencapai Rp153 miliar, sementara KPR iB tumbuh 73,4% mencapai Rp1,2 triliun.
“Kami tetap berkomitmen untuk menumbuhkan pembiayaan konsumer, namun tanpa mengabaikan potensi di sektor pembiayaan komersial dan SME. Keseimbangan dalam penyaluran pembiayaan adalah prioritas kami,” tutup Yuli.
Keberhasilan BCA Syariah dalam mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan ini memberikan sinyal positif bagi industri perbankan syariah di Indonesia, serta memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam sektor ini. Dengan strategi yang berfokus pada inovasi dan layanan pelanggan, BCA Syariah siap menghadapi tantangan dan peluang di tahun mendatang.