Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) terus memperlihatkan komitmennya dalam mendukung upaya pengurangan emisi dan ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan program mandatori B40. Sejak diberlakukan per 1 Januari 2025, program ini telah menyalurkan sebanyak 1.473.764 kiloliter bahan bakar B40 hingga Februari 2025.
Penyaluran ini mencakup sekitar 9,4 persen dari total alokasi nasional yang ditetapkan sebesar 15.616.586 kiloliter untuk tahun ini. Dirjen EBTKE, Eniya Listiani Dewi, menyatakan bahwa program pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis Biodiesel/FAME sebesar 40 persen ke dalam 60 persen Bahan Bakar Minyak jenis Minyak Solar (B40) berjalan sesuai harapan. "Untuk pencapaian target penyaluran yang telah ditetapkan, kegiatan pengawasan dan monitoring akan tetap dilaksanakan secara maksimal," ujar Eniya dalam pernyataannya hari ini, Senin, 24 Februari 2025.
Dari total penyaluran tersebut, sebanyak 767.283 kiloliter berasal dari Penugasan Pelayanan Sosial (PSO), yang mencapai 10,6 persen dari alokasi PSO sebesar 7.554.000 kiloliter. Sementara itu, penyaluran non-PSO mencapai 706.481 kiloliter atau 8,8 persen dari alokasi non-PSO sebesar 8.062.586 kiloliter.
Sebanyak 79 dari 88 titik serah, atau Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM), kini telah mengimplementasikan pencampuran biodiesel 40 persen atau BioGasoil (B40). Satu titik serah saat ini sedang dalam tahap peningkatan fasilitas untuk mendukung implementasi penuh program ini. Sementara delapan titik serah lainnya sedang dipersiapkan. Untuk menunjang kelancaran transisi ini, pemerintah memberikan kebijakan relaksasi berupa penyaluran B35 di titik serah yang masih menyesuaikan sarana dan prasarana hingga 28 Februari 2025.
Tahun 2025 menjadi tahun penting bagi Kementerian ESDM dengan menetapkan total alokasi biodiesel sebesar 15,6 juta kiloliter. Alokasi ini terbagi atas 7,55 juta kiloliter untuk PSO dan 8,07 juta kiloliter untuk non-PSO. Implementasi program didukung oleh 24 Badan Usaha BBN yang akan menyalurkan biodiesel, 2 Badan Usaha BBM yang akan mendistribusikan B40 untuk PSO dan non-PSO, serta 28 Badan Usaha BBM untuk penyaluran B40 khusus non-PSO.
Diperkirakan, program B40 ini akan memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian dan lingkungan Indonesia. Dengan total alokasi 15,6 juta kiloliter, program ini berpotensi menghemat devisa hingga 9,33 miliar dolar AS atau setara Rp147,5 triliun, meningkatkan nilai tambah Crude Palm Oil (CPO) ke biodiesel sekitar Rp20,90 triliun, serta menciptakan lapangan kerja bagi lebih dari 14.000 orang secara off-farm dan 1,95 juta orang secara on-farm. Selain itu, program ini juga diproyeksikan mampu mengurangi emisi hingga 41,46 juta ton CO2e.
Eniya menegaskan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak untuk memastikan kelancaran program ini. *"Kemajuan program B40 ini tak lepas dari kerjasama semua pihak, termasuk Badan Usaha BBN dan BBM yang telah berperan aktif mendukung penyaluran dan implementasi program ini,"* tambah Eniya.
Dengan perkembangan yang terjadi, optimisme menyambut capaian target yang lebih besar semakin menguat. Program B40 bukan hanya langkah konkret menuju transisi energi terbarukan, tetapi juga dorongan penting menuju kedaulatan energi nasional serta kontribusi nyata dalam menanggulangi perubahan iklim secara global.
Kementerian ESDM dan pihak terkait akan terus mengawasi pelaksanaan program ini agar manfaatnya dapat dirasakan tidak hanya oleh industri energi, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Proses pemantauan dan evaluasi akan dijalankan secara berkelanjutan untuk menjamin keberlanjutan program ini dalam jangka panjang.
Dengan terus mendorong sektor energi terbarukan dan konservasi energi, Indonesia berkomitmen menjadi pelopor dalam usaha global mengurangi penggunaan bahan bakar fosil serta beralih menuju energi bersih dan berkelanjutan.