Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia menargetkan pencapaian investasi pada program hilirisasi sektor energi dan sumber daya mineral sebesar US$ 168 miliar. Target ambisius ini diungkapkan oleh Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, yang menyatakan bahwa program hilirisasi ini diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi signifikan bagi Indonesia serta meningkatkan nilai tambah dalam negeri, terutama di wilayah-wilayah daerah, Senin, 24 Februari 2025.
“Kita mengharapkan akan terjadi investasi sekitar US$ 168 miliar,” ungkap Yuliot dalam sesi Rapat Kerja dengan Komite II Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), Senin (24/2). Ia menegaskan bahwa inisiatif ini tidak hanya berfungsi sebagai penggerak ekonomi domestik, tetapi juga sebagai pendorong kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Menurutnya, program hilirisasi ini diharapkan bisa menyumbang sekitar US$ 235,9 miliar terhadap PDB dan memperkuat sektor ekspor Indonesia hingga mencapai US$ 857,9 miliar.
Dalam pembagian alokasi investasi tersebut, Yuliot menjelaskan bahwa sekitar 80% akan difokuskan pada sektor mineral dan batubara. Sementara itu, sebesar 10% diarahkan pada sektor minyak dan gas (migas), dan sisanya akan disalurkan ke sektor lain seperti perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan. “Jadi kita mengharapkan seluruh program hilirisasi ini juga akan lebih mendorong peningkatan nilai tambah di dalam negeri, terutama yang ada di daerah-daerah,” tambah Yuliot.
Presiden Prabowo Subianto turut memperkuat komitmen pemerintah dalam melanjutkan program hilirisasi ini dalam pidatonya pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-17 Partai Gerindra di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 15 Februari 2025. Prabowo dengan tegas menyampaikan bahwa pemerintah akan segera merealisasikan program ini demi mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat.
“Hilirisasi kita akan teruskan, kita wujudkan. Kita akan mulai tahun ini. Tahun ini minimal 15 megaproyek yang miliar-miliar dolar (nilainya). Kita mulai tanpa kita minta-minta investasi dari luar negeri,” tegas Prabowo. Ia menekankan pentingnya hilirisasi sebagai langkah strategis untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam Indonesia dan meningkatkan kemandirian ekonomi tanpa harus bergantung pada investasi asing. Presiden pun menyatakan bahwa pemerintah tetap akan membuka diri untuk investor dari berbagai negara namun dengan catatan bahwa Indonesia tidak akan “mengemis” investasi.
“Kita tidak akan minta-minta. Ada yang datang dari luar, silakan. Anda mau masuk ke Indonesia, kami terbuka. Tapi kami tidak akan mengemis. Kita akan bangkit dengan kekuatan-kekuatan kita sendiri,” tambah Prabowo dengan penuh optimisme.
Melihat besarnya potensi yang dapat dihasilkan dari program hilirisasi ini, dukungan terhadap pengembangan sektor hilir dipandang sebagai prioritas utama pemerintah. Dengan pendekatan yang menitikberatkan pada peningkatan nilai tambah dan inovasi teknologi, diharapkan sektor industri hilir dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.
Sektor-sektor industri lainnya yang seperti perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan diharapkan juga dapat mengambil peran dalam mendorong keberhasilan program ini. Dengan kolaborasi lintas sektor yang solid, program ini berpotensi menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan bagi Indonesia.
Sebagai langkah strategis ekonomi bangsa, upaya hilirisasi ini diharapkan dapat menjadi barometer keberhasilan pemerintah dalam mempersiapkan perekonomian yang lebih mandiri dan tahan terhadap guncangan ekonomi eksternal. Dengan adanya dukungan dari pihak eksekutif hingga legislatif, diharapkan implementasi program ini dapat berjalan lancar dan memberikan dampak positif jangka panjang bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.