Jakarta - Holding BUMN Industri Pertambangan, baru-baru ini membahas perbedaan dalam proses produksi emas yang dilakukan oleh dua anggotanya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Freeport Indonesia (PTFI). Diskusi ini berlangsung seiring dengan pengumuman bahwa PTFI telah memulai produksi emas melalui fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) di Kawasan Industri JIIPE, Gresik, Jawa Timur.
Dilo Seno Widagdo, Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, menjelaskan bahwa meskipun kedua perusahaan beroperasi dalam produksi emas, metode yang digunakan memiliki perbedaan signifikan. "Emas dari PTFI dihasilkan dari lumpur anoda yang diperoleh dari konsentrat tembaga yang dimurnikan. Berbeda dengan Antam, yang mendapatkan emasnya dari bijih di tambang," ungkap Dilo dalam wawancaranya di program Cuap Cuap Cuan CNBC Indonesia, Senin, 24 Februari 2025.
Dilo menambahkan, "Antam sudah memproduksi emas batangan, tetapi bahan bakunya berbeda. Bila Freeport menggunakan konsentrat tembaga untuk menghasilkan lumpur anoda yang kemudian diolah, Antam memulai dari emas dalam bentuk bijih yang dilebur menjadi batangan."
Produksi emas PTFI melalui fasilitas PMR di Gresik diperkirakan dapat mencapai 2 ton per bulan, meskipun terdapat kendala produksi sebelumnya, termasuk insiden kebakaran pada Oktober 2024. Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, menyatakan bahwa kebakaran tersebut tidak memengaruhi produksi emas di fasilitas PMR. Ia menegaskan, "Kami sedang mencapai produksi sekitar 2 ton per bulan, namun ini tergantung pada pasokan lumpur anoda dari PT Smelting."
Tony juga memaparkan bahwa sejak 30 Desember 2024, fasilitas ini telah rutin memurnikan emas dan perak. "Kami telah mengirimkan 125 kilogram emas murni kepada PT Antam dan berencana untuk terus bekerja sama dengan Antam untuk memasok hingga 30 ton emas per tahun," jelas Tony dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI.
Langkah kolaborasi antara Antam dan PTFI ini telah menunjukkan hasil nyata dengan pengiriman perdana 125 kilogram emas dengan tingkat kemurnian 99,99% ke Antam pada Rabu, 12 Februari 2025. Adapun nilai emas tersebut mencapai Rp 207 miliar. Direktur Utama Antam, Nico Kanter, mengungkapkan komitmen perusahaan untuk menampung hingga 30 ton produksi emas dari PTFI.
"Kami sudah menerima 125 kilogram emas dari PTFI berdasarkan kesepakatan produksi tahunan mereka sebesar 30 ton. Insiden kebakaran sempat mengganggu, namun Alhamdulillah, PTFI berhasil mengirimkan 125 kg awal bulan ini. Apa pun produksi PTFI, kami Insya Allah akan menyerapnya," tegas Nico saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta.
Ke depan, Dilo Seno Widagdo mengungkapkan, MIND ID akan terus mendorong program hilirisasi di dalam negeri guna meningkatkan nilai tambah. "Proses produksinya berbeda, namun strategi hilirisasi ini sudah dimulai oleh Antam, meskipun kapasitasnya masih kecil. Kami berharap setiap lini produksi mampu melakukan hilirisasi lebih lanjut," jelasnya.
Langkah berkelanjutan dari kedua perusahaan ini tidak hanya bertujuan untuk memperkuat sinergi antara BUMN, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam industri pertambangan global. Dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya mineral secara optimal dan mendorong hilirisasi, bukan hanya meningkatkan nilai tambah bagi negara, tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian secara keseluruhan.
Dengan strategi cerdas dan kolaborasi yang intensif, Indonesia diharapkan mampu bersaing lebih kuat di industri pertambangan internasional, sekaligus memastikan keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih merata.