BMKG

BMKG Jelaskan Kabut Tebal yang Sempat Selimuti Palembang

BMKG Jelaskan Kabut Tebal yang Sempat Selimuti Palembang
BMKG Jelaskan Kabut Tebal yang Sempat Selimuti Palembang

JAKARTA — Warga Palembang dikejutkan dengan kondisi cuaca yang tak biasa pada Senin pagi. Langit kota mendadak terlihat suram diselimuti kabut tebal. Fenomena ini menimbulkan berbagai pertanyaan dan kekhawatiran, terutama soal kemungkinan kabut asap yang biasa muncul saat musim kemarau dan kebakaran hutan. Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan cepat merespons dan memberikan penjelasan ilmiah terkait kabut yang menyelimuti wilayah tersebut.

Melalui Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, BMKG menyampaikan bahwa kabut yang terjadi bukan disebabkan oleh asap kebakaran hutan atau lahan, melainkan murni merupakan kabut alami yang terjadi akibat kondisi cuaca tertentu. Penjelasan ini diberikan untuk menenangkan warga dan menghindari kesimpangsiuran informasi di tengah masyarakat.

Fenomena Kabut Alami

Menurut Kepala Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Wandayantolis, kabut tersebut terbentuk karena adanya kandungan uap air yang cukup tinggi di udara. Ditambah lagi dengan kondisi suhu yang relatif dingin pada pagi hari, serta kecepatan angin yang rendah, maka terbentuklah kabut yang menyelimuti kawasan tersebut.

“Fenomena kabut ini terjadi karena suhu permukaan yang cukup dingin, kelembapan tinggi, dan angin yang tenang. Kombinasi ketiga faktor itu menciptakan kondensasi yang membentuk kabut,” jelas Wandayantolis dalam keterangannya.

Ia menambahkan bahwa fenomena kabut biasanya terjadi pada pagi hari menjelang matahari terbit, saat permukaan bumi masih relatif dingin karena radiasi malam hari. Kondisi ini kerap muncul pada musim kemarau, terutama jika tidak ada aktivitas hujan beberapa hari sebelumnya.

Bukan Kabut Asap

Wandayantolis menekankan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir kabut ini merupakan asap dari kebakaran hutan dan lahan. BMKG telah memantau citra satelit dan tidak menemukan adanya hotspot atau titik panas yang signifikan di sekitar wilayah Sumatera Selatan, khususnya Palembang.

“Dari hasil pantauan kami, tidak ada indikasi kabut asap. Ini murni fenomena kabut karena kondisi meteorologis,” ujarnya.

Klarifikasi dari BMKG menjadi penting mengingat Palembang dan wilayah sekitarnya kerap mengalami kabut asap akibat kebakaran hutan, terutama pada musim kemarau seperti sekarang ini. Namun, dalam kasus ini, fenomena kabut dinyatakan tidak berbahaya dan hanya bersifat sementara.

Durasi Kabut Relatif Singkat

Kabut yang menyelimuti Palembang pada Senin pagi tersebut hanya berlangsung dalam waktu singkat. BMKG mencatat bahwa kabut mulai muncul sekitar pukul 05.00 WIB dan perlahan menghilang setelah matahari terbit sekitar pukul 07.00 hingga 08.00 WIB.

Kondisi ini dipengaruhi oleh meningkatnya suhu udara dan intensitas sinar matahari yang menyebabkan uap air di atmosfer kembali menguap. Dengan demikian, visibilitas pun kembali normal.

“Begitu matahari mulai bersinar dan suhu meningkat, kabut akan menghilang secara perlahan. Ini hal yang normal terjadi,” tutur Wandayantolis.

Dampak Terbatas pada Aktivitas Warga

Meski sempat menimbulkan kekhawatiran, kabut tersebut tidak berdampak signifikan terhadap aktivitas masyarakat maupun operasional transportasi. Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang tetap beroperasi seperti biasa karena jarak pandang (visibility) masih dalam kategori aman untuk penerbangan.

BMKG mencatat bahwa jarak pandang saat itu berada di kisaran 1.000 meter, masih dalam ambang batas aman untuk penerbangan. Pihak otoritas bandara juga telah melakukan koordinasi dengan BMKG untuk memastikan operasional penerbangan berjalan normal.

“Kami selalu berkoordinasi dengan otoritas penerbangan untuk memastikan keselamatan. Dalam kasus ini, tidak ada gangguan terhadap aktivitas penerbangan,” ujar Wandayantolis.

Prakiraan Cuaca Tetap Kering

BMKG memprakirakan bahwa cuaca di wilayah Palembang dan sebagian besar Sumatera Selatan akan tetap kering dalam beberapa hari ke depan. Hal ini sesuai dengan pola musim kemarau yang saat ini tengah berlangsung. Meski begitu, potensi kabut di pagi hari masih mungkin terjadi jika kondisi suhu dan kelembapan udara mendukung.

“Musim kemarau masih akan berlangsung hingga Agustus. Namun, potensi kabut pagi bisa saja terjadi, terutama jika hujan tidak turun dan kelembapan tetap tinggi,” jelas Wandayantolis.

Ia mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca, meski saat ini kondisi masih tergolong normal. BMKG juga mengajak masyarakat untuk aktif memantau informasi resmi dari BMKG guna menghindari hoaks atau informasi keliru terkait fenomena cuaca.

Edukasi Publik Penting

Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya literasi masyarakat terhadap fenomena cuaca. BMKG menilai, semakin cepat dan akurat informasi disampaikan ke publik, maka potensi kepanikan bisa diminimalisir. Terlebih dalam konteks Indonesia yang memiliki iklim tropis dengan berbagai variasi cuaca ekstrem, komunikasi cuaca yang baik menjadi kebutuhan utama.

Dengan kejelasan dari BMKG, masyarakat diharapkan lebih tenang dan memahami bahwa tidak semua kabut harus diidentikkan dengan kebakaran hutan. Dalam kasus Palembang, fenomena kabut ini adalah hal alami yang lazim terjadi di musim kemarau, dan bukan sebuah pertanda bencana.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index