JAKARTA – Menjelang pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk tahun buku 2024, emiten-emiten perbankan daerah menunjukkan daya tarik kuat bagi para investor. Salah satu faktornya adalah kebijakan pembagian dividen yang memberikan hasil (yield) lebih tinggi dibandingkan bunga deposito perbankan. Ini menjadikan sejumlah bank daerah sebagai opsi investasi menjanjikan dengan risiko yang terukur.
Fenomena ini memperkuat peran bank pembangunan daerah (BPD) di pasar modal Indonesia. Bank-bank seperti Bank Jatim dan Bank BJB tidak hanya mencatatkan kinerja positif, tetapi juga menarik perhatian investor dengan komitmen membagikan dividen besar dari laba bersih tahunan. Kondisi ini semakin memperjelas tren bahwa investor mulai melirik instrumen saham yang menjanjikan pendapatan tetap dan stabil di tengah fluktuasi pasar yang dinamis.
Dividen Bank Jatim Capai Rp 54,39 per Saham
Bank Jatim (kode saham: BJTM) menjadi salah satu sorotan utama dalam tren ini. Berdasarkan laporan keuangan terakhir, emiten milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur ini menetapkan dividend payout ratio sebesar 55,55 persen dari laba bersih tahun buku 2023. Dari kebijakan tersebut, perseroan akan membagikan dividen tunai sebesar Rp 54,39 per saham kepada para pemegang saham.
Jika dibandingkan dengan harga saham BJTM yang berada pada level Rp 565 per lembar, maka dividend yield yang ditawarkan mencapai sekitar 9,62 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan bunga deposito bank umum yang rata-rata hanya berkisar antara 3 hingga 4 persen per tahun.
Direktur Utama Bank Jatim, Budi Sutarwijono, menegaskan bahwa perusahaan selalu mengedepankan keseimbangan antara ekspansi bisnis dan komitmen kepada pemegang saham. “Kami menjaga rasio pembayaran dividen tetap kompetitif untuk memberikan nilai tambah kepada investor tanpa mengorbankan strategi pertumbuhan jangka panjang,” ujarnya.
Bank BJB Tawarkan Dividend Yield Kompetitif
Tidak hanya Bank Jatim, Bank BJB (BJBR) juga menampilkan performa yang solid dalam hal pembagian dividen. Untuk tahun buku 2023, manajemen bank asal Jawa Barat tersebut juga diketahui akan mengalokasikan sebagian besar laba bersih untuk dividen kepada pemegang saham.
Meski angka pastinya belum diumumkan secara terbuka karena masih menanti keputusan final RUPS, namun berdasarkan kebijakan tahun-tahun sebelumnya, dividend yield Bank BJB kerap berada di kisaran 7 hingga 9 persen. Angka ini tetap lebih tinggi dibandingkan dengan imbal hasil dari obligasi negara jangka pendek maupun instrumen pasar uang lainnya.
Direktur Keuangan Bank BJB, Nia Kania, mengungkapkan bahwa strategi distribusi laba perusahaan sangat memperhatikan keberlanjutan bisnis jangka panjang dan optimalisasi keuntungan investor. “Dividen adalah bentuk apresiasi kami kepada pemegang saham yang telah mempercayai kinerja BJB. Kami ingin tetap menjaga daya tarik saham bank kami di tengah ketatnya persaingan pasar modal,” katanya.
Daya Tarik Bank Daerah di Mata Investor
Tingginya yield dividen yang ditawarkan bank-bank daerah ini membuat emiten BPD menjadi instrumen favorit investor ritel maupun institusi yang mencari pendapatan pasif stabil. Terlebih lagi, karakteristik saham perbankan daerah yang cenderung defensif dan memiliki basis pasar yang kuat di wilayah masing-masing memberikan rasa aman bagi investor.
Menurut analis pasar modal dari PT Sucor Sekuritas, Aditya Gunawan, tren ini menunjukkan bahwa bank daerah bukan hanya sebagai entitas finansial daerah, tetapi telah menjadi aset investasi strategis. “Dividen besar yang dibagikan menunjukkan kinerja sehat dan arus kas yang kuat. Ini menjadi insentif menarik, apalagi ketika bunga deposito rendah. Banyak investor yang mulai beralih ke saham-saham bank daerah untuk mendapatkan yield yang lebih tinggi,” ujarnya.
Aditya menambahkan bahwa yield tinggi dari saham perbankan daerah bahkan bisa menjadi “alternatif pendapatan tetap” bagi investor konservatif. Risiko yang relatif rendah serta stabilitas operasional menjadi alasan mengapa sektor ini semakin dilirik.
Kinerja Keuangan Jadi Fondasi Kuat
Bank Jatim mencatat laba bersih mencapai Rp 1,75 triliun sepanjang tahun 2023. Angka ini cukup stabil jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit dan efisiensi operasional menjadi pendorong utama dari capaian ini. Selain itu, rasio kecukupan modal (CAR) Bank Jatim juga tercatat kuat di atas standar minimum, menandakan kemampuan ekspansi jangka panjang tetap terjaga.
Bank BJB juga mencatatkan pertumbuhan aset dan laba yang konsisten. Per Desember 2023, total aset BJB menembus Rp 180 triliun, dengan pertumbuhan kredit berada di kisaran 10 persen. Kinerja ini menunjukkan fundamental yang sehat dan berkelanjutan, sehingga pembagian dividen bisa tetap dilakukan tanpa mengganggu pengembangan usaha.
Prospek Saham Bank Daerah ke Depan
Seiring dengan semakin dekatnya pelaksanaan RUPS 2024, investor akan lebih fokus pada arah kebijakan strategis dan proyeksi kinerja keuangan bank daerah untuk tahun berjalan. Jika tren pertumbuhan kredit dan efisiensi tetap terjaga, maka pembagian dividen besar masih bisa dilanjutkan untuk tahun-tahun mendatang.
Beberapa pengamat memproyeksikan bahwa jika suku bunga acuan Bank Indonesia mulai menurun, maka investor yang mencari imbal hasil lebih tinggi akan semakin agresif masuk ke saham-saham bank daerah. Dengan demikian, harga saham pun berpeluang naik, memberikan capital gain tambahan selain dividen.
“Bank daerah dengan fundamental kuat, fokus pada efisiensi, dan basis nasabah lokal yang loyal sangat potensial untuk terus tumbuh. Mereka adalah pilihan strategis jangka menengah,” ujar Felicia Widjaja, analis dari Mirae Asset Sekuritas.
Tingginya dividend yield yang ditawarkan bank-bank daerah seperti Bank Jatim dan Bank BJB menjadi bukti bahwa emiten lokal pun mampu bersaing di pasar modal nasional. Dalam iklim ekonomi yang menantang, strategi ini bukan hanya memperkuat kepercayaan investor, tetapi juga memberikan nilai tambah nyata bagi pemegang saham. Ke depan, bank-bank daerah berpeluang besar menjadi tulang punggung investasi stabil di sektor keuangan nasional.