Perlu diperhatikan bahwa beberapa perusahaan tercatat lebih dari sekali dalam S&P 500. Sebagai contoh, induk dari Google, Alphabet, muncul dua kali dalam indeks ini.
Hal itu terjadi karena Alphabet dan beberapa perusahaan lainnya memiliki lebih dari satu kelas saham dengan kapitalisasi pasar yang signifikan.
Karena itu, meskipun indeks S&P 500 hanya melacak 500 perusahaan, jumlah saham yang terdapat dalam indeks ini bisa lebih dari 500.
Bobot indeks dalam S&P 500 sangat penting karena menggambarkan kontribusi masing-masing perusahaan terhadap kinerja keseluruhan indeks.
Indeks ini menggunakan metode berbobot kapitalisasi pasar, yang berarti perusahaan-perusahaan dengan nilai pasar yang lebih tinggi memiliki dampak lebih besar terhadap pergerakan indeks.
Cara Menghitung S&P 500
Nilai S&P 500 dihitung dengan cara mengalikan kapitalisasi pasar setiap perusahaan konstituen dengan total jumlah saham yang beredar.
Kapitalisasi pasar sendiri dihitung dengan mengalikan harga saham setiap perusahaan dengan total jumlah saham yang beredar.
Saham yang beredar adalah saham yang dimiliki oleh para pemegang saham, dan tidak termasuk saham yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri.
Oleh karena itu, setiap perusahaan dalam S&P 500 memiliki bobot yang berbeda.
Bobot masing-masing perusahaan ditentukan berdasarkan kapitalisasi pasar, yang berarti perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang lebih besar akan memiliki bobot yang lebih tinggi.
Dalam hal ini, semakin besar bobot saham, semakin besar pula pengaruhnya terhadap perubahan harga saham terhadap nilai keseluruhan indeks.
Syarat Masuk ke Indeks S&P 500
Untuk menjadi bagian dari indeks, sebuah saham harus memenuhi kriteria, termasuk memiliki kapitalisasi pasar sebesar $14.500.000.000 atau lebih.
Persyaratan penting lainnya agar sebuah perusahaan dapat ditambahkan adalah sebagai berikut:
-Harus memiliki listing utama di bursa Amerika Serikat yang memenuhi syarat
-Harus tunduk pada undang-undang sekuritas Amerika Serikat
-Mendapatkan 50% atau lebih dari pendapatannya di Amerika Serikat
-Memiliki float publik minimal 10%. “Float” mengacu pada saham yang tersedia untuk diperdagangkan oleh publik, tidak termasuk saham yang dimiliki oleh orang dalam, misalnya pejabat dan direktur perusahaan
-Memiliki setidaknya 250.000 saham yang diperdagangkan dalam masing-masing enam bulan terakhir
-Pentingnya likuiditas dalam memasukkan sebuah perusahaan ke dalam indeks S&P 500 tidak dapat diabaikan.
Likuiditas mengacu pada seberapa mudah suatu saham dapat diperdagangkan tanpa menyebabkan perubahan signifikan dalam harga.
Perusahaan dengan likuiditas yang tinggi memungkinkan investor untuk membeli dan menjual saham dengan cepat, yang dapat membantu menciptakan pasar yang lebih stabil dan efisien.
Hal itu sangat penting bagi indeks seperti S&P 500, yang melibatkan banyak investor institusi dan individu yang bertransaksi dalam jumlah besar.
Perbandingan S&P 500 dengan Indeks Lainnya
S&P 500 adalah salah satu indeks ekuitas utama yang digunakan untuk menilai kinerja pasar saham Amerika Serikat.
Berikut ini adalah perbandingannya dengan dua indeks saham lainnya yang cukup dikenal.
1. S&P 500 vs. Dow Jones Industrial Average
Dow Jones Industrial Average, atau biasa dikenal dengan sebutan Dow atau DJIA, melacak jumlah perusahaan yang lebih sedikit dibandingkan S&P 500.
Indeks DJIA hanya mencakup 30 saham blue chip, yang dianggap sebagai perusahaan terbesar dan paling stabil di industri mereka.
Berbeda dengan S&P 500, Dow menggunakan metode bobot harga, bukan bobot kapitalisasi pasar.
Artinya, bobot sebuah perusahaan dalam indeks berbanding lurus dengan harga sahamnya. Saham dengan harga yang lebih tinggi akan memiliki bobot lebih besar dalam indeks.
Metode ini memiliki beberapa implikasi penting, seperti:
-Pengaruh yang tidak sebanding: Perusahaan dengan harga saham lebih tinggi akan memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap indeks, meskipun kapitalisasi pasar mereka mungkin lebih kecil. Sebaliknya, perusahaan dengan saham yang lebih murah namun kapitalisasi pasar lebih besar akan berperan lebih kecil dalam mempengaruhi pergerakan Dow.
-Volatilitas yang lebih tinggi: Indeks Dow bisa lebih volatil dibandingkan S&P 500 karena bobot harga saham. Misalnya, jika harga saham perusahaan XYZ adalah $200 dan turun $1, maka penurunan tersebut akan memiliki dampak yang lebih besar pada DJIA dibandingkan jika penurunan yang sama terjadi pada perusahaan dengan harga saham yang lebih rendah. Ini terjadi meskipun persentase penurunan $1 dari harga saham yang lebih rendah lebih besar.
-Meskipun demikian, dalam jangka panjang, S&P 500 sedikit lebih unggul dibandingkan Dow.
Berdasarkan data Morningstar Direct, S&P 500 mencatatkan kenaikan sebesar 6% dibandingkan dengan 5,58% untuk DJIA antara Februari 2028 hingga 31 Juli tahun ini.
Dalam hal total return (yang juga mencakup dividen), S&P 500 juga menunjukkan kinerja yang lebih baik dengan 7,7% dibandingkan 0,58% untuk DJIA sejak Oktober 1987.
2. S&P 500 vs. Nasdaq 100
Nasdaq 100 melacak 100 sekuritas domestik dan internasional terbesar, yang tidak termasuk sektor keuangan, dan paling aktif diperdagangkan di Pasar Saham Nasdaq.
Seperti halnya S&P 500, Nasdaq 100 juga menggunakan metode berbobot kapitalisasi pasar, meskipun terdapat faktor lain yang mempengaruhi inklusi saham dalam indeks ini.
Untuk bisa masuk ke dalam Nasdaq 100, saham harus memenuhi syarat, seperti memiliki volume perdagangan harian minimum sebesar 100.000 saham dan telah diperdagangkan di Nasdaq selama minimal dua tahun.
Berbeda dengan S&P 500 dan Dow, Nasdaq 100 mencakup beberapa perusahaan asing dan lebih banyak perusahaan yang berfokus pada sektor teknologi.
Oleh karena itu, indeks ini tidak mencerminkan kondisi keseluruhan pasar saham AS, melainkan lebih menyoroti sentimen investor terhadap sektor teknologi.
Selama 10 tahun terakhir, Nasdaq 100 telah memberikan pengembalian tahunan rata-rata sebesar 42,6%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan S&P 500 yang memberikan pengembalian rata-rata sebesar 11,2%.
Namun, perlu dicatat bahwa pengembalian yang tinggi ini sebagian besar dipengaruhi oleh dominasi sektor teknologi dalam indeks tersebut.
Cara Berinvestasi di S&P 500
Karena S&P 500 berfungsi sebagai indikator yang efektif untuk menggambarkan kondisi pasar saham Amerika Serikat secara keseluruhan, banyak ahli, termasuk pendiri Vanguard Jack Bogle dan investor legendaris Warren Buffett, mendorong masyarakat untuk berinvestasi dalam dana indeks S&P 500.
Buffett bahkan memberikan instruksi agar 90% dari warisannya diinvestasikan dalam dana S&P 500 setelah kematiannya. “Tidak ada taruhan yang lebih baik daripada Amerika,” ujarnya dalam wawancara dengan CNBC’s Squawk Box.
Untuk berinvestasi dalam indeks seperti S&P 500, kamu bisa membeli saham dana indeks atau ETF yang dirancang untuk mengikuti kinerja indeks tersebut.
ETF dan dana indeks S&P 500 merupakan pilihan investasi dengan biaya rendah dan memberikan keuntungan berupa diversifikasi.
Dengan membeli hanya satu saham dana S&P 500, kamu sudah memperoleh kepemilikan tidak langsung atas 500 perusahaan besar di Amerika Serikat.
Pesaing dan Alternatif Investasi S&P 500
Sebagai alternatif investasi selain S&P 500, terdapat beberapa indeks lain yang juga dapat dipertimbangkan, seperti DJIA, Nasdaq, dan indeks Russell.
Berikut ini adalah ulasan tentang masing-masing indeks tersebut.
1. S&P 500 vs. Dow Jones Industrial Average (DJIA)
Dow Jones Industrial Average (DJIA) adalah salah satu tolok ukur pasar saham AS yang paling dikenal. S&P 500 sering dipilih oleh investor institusi karena lebih luas dan mendalam.
Secara historis, DJIA lebih sering menjadi acuan bagi investor ritel.
Sementara investor institusi menganggap S&P 500 lebih representatif terhadap pasar saham AS karena mencakup lebih banyak saham dari berbagai sektor, yakni 500 saham dibandingkan dengan hanya 30 saham pada DJIA.
S&P 500 menggunakan metode berbobot kapitalisasi pasar, memberikan bobot lebih besar pada perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang lebih besar.
Sebaliknya, DJIA menggunakan bobot harga, yang berarti perusahaan dengan harga saham lebih tinggi memiliki bobot yang lebih besar dalam indeks.
2. S&P 500 vs. Nasdaq
Nasdaq adalah pasar elektronik global yang digunakan untuk perdagangan sekuritas, dengan banyak indeks pasar ekuitas yang mencakup saham yang diperdagangkan di Nasdaq.
Saham yang termasuk dalam Indeks S&P 500 juga bisa masuk ke satu atau lebih indeks Nasdaq.
Beberapa indeks Nasdaq yang paling sering diperhatikan antara lain:
-Nasdaq 100 Index: Mencakup 100 saham terbesar dan paling aktif diperdagangkan di Nasdaq.
-Nasdaq Composite Index: Menyertakan lebih dari 2.500 saham yang diperdagangkan di Nasdaq.
-Nasdaq Global Equity Index (NQGI): Menyertakan saham internasional.
-PHLX Semiconductor Sector Index (SOX): Menjadi barometer utama untuk saham industri semikonduktor.
-OMX Stockholm 30 Index (OMXS30): Mencakup 30 saham yang diperdagangkan di Bursa Saham Stockholm.
3. S&P 500 vs. Indeks Russell
S&P 500 adalah bagian dari sekumpulan indeks yang disusun oleh Standard & Poor's, yang mirip dengan keluarga indeks Russell.
Kedua keluarga indeks ini menggunakan bobot kapitalisasi pasar, kecuali jika dinyatakan sebaliknya, seperti pada indeks berbobot sama.
Terdapat dua perbedaan signifikan dalam cara konstruk indeks S&P dan Russell.
Standard & Poor's memilih konstituen perusahaan melalui komite, sementara indeks Russell menggunakan formula untuk menentukan perusahaan yang akan dimasukkan.
Selain itu, tidak ada tumpang tindih nama dalam indeks gaya S&P, seperti antara pertumbuhan dan nilai, sementara indeks Russell bisa memasukkan perusahaan yang sama dalam indeks gaya nilai dan pertumbuhan.
Sebagai penutup, memahami apa itu S&P 500 sangat penting bagi setiap investor yang ingin menilai kinerja pasar saham AS secara keseluruhan dan membuat keputusan investasi yang lebih baik.
Dengan mencakup 500 perusahaan terbesar, indeks ini menjadi salah satu acuan utama dalam mengukur kesehatan ekonomi dan memberikan gambaran tentang perkembangan pasar saham Amerika Serikat.