JAKARTA - Perusahaan tambang terbesar di Indonesia memiliki peranan penting dalam mendukung berbagai aspek kehidupan nasional.
Industri ini bertugas memproduksi dan mengelola sumber daya alam, termasuk bahan bakar, mineral logam, serta batuan yang bernilai ekonomis.
Kegiatan dalam sektor ini mencakup tahapan seperti penyelidikan awal, riset, pengolahan, eksplorasi, studi kelayakan, pemurnian, distribusi, hingga pemasaran hasil tambang.
Seluruh proses ini dijalankan oleh industri pertambangan sebagai bagian dari pengelolaan sumber daya alam secara menyeluruh.
Tak hanya sebatas eksploitasi, sektor ini juga memperhatikan aspek pasca-penambangan melalui kegiatan pemantauan dan pelestarian lingkungan yang dilaksanakan secara terus-menerus.
Prosedur operasional dalam industri pertambangan diterapkan sesuai dengan kaidah dan standar keilmuan yang berlaku di bidang tersebut.
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, kegiatan pertambangan di Indonesia dibagi menjadi beberapa kategori, yakni pertambangan mineral logam, mineral radioaktif, mineral bukan logam, serta batuan.
Kelompok mineral dan batuan ini diklasifikasikan menjadi lima jenis komoditas utama, yaitu mineral radioaktif, logam, non-logam, bebatuan, serta batubara.
Hingga kini, terdapat ratusan entitas pertambangan yang beroperasi di berbagai wilayah Indonesia, masing-masing memberikan kontribusi terhadap kemajuan ekonomi nasional.
Mulai dari perusahaan pengelola batubara, nikel, hingga emas, semuanya menjadi bagian penting dari struktur industri pertambangan di tanah air.
Inilah ulasan terkait beberapa contoh dari perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang turut mendorong pertumbuhan sektor energi dan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Daftar Perusahaan Tambang Terbesar di Indonesia
Berikut ini adalah daftar perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang berperan penting dalam mendukung sektor energi dan pembangunan nasional.
1. PT Pertamina (Persero)
PT Pertamina (Persero) merupakan perusahaan energi milik negara yang produknya sangat dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia, mencakup bahan bakar minyak, pelumas, gas, dan lainnya.
Perusahaan ini berdiri sejak 10 Desember 1957 dan berkantor pusat di Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta.
Awalnya dikenal sebagai PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional, Pertamina pernah menjadi satu-satunya pihak yang diperbolehkan membangun SPBU di Indonesia hingga tahun 2000.
Sebagai perusahaan tambang dan energi yang terkemuka, Pertamina mengelola tujuh kilang minyak dengan kapasitas produksi gabungan sebesar 1.051,7 MBSD.
Selain itu, mereka juga memiliki fasilitas petrokimia berkapasitas 1.507.950 ton per tahun, serta pabrik LPG dengan output mencapai 102,3 juta ton per tahun.
Produk yang dihasilkan mencakup bahan bakar minyak, bahan bakar non-minyak, gas, pelumas, dan produk petrokimia lainnya.
Skala operasional Pertamina yang besar tercermin dari banyaknya anak perusahaan yang mereka kelola di berbagai bidang industri energi.
Saat ini, terdapat sekitar 18 anak perusahaan di bawah naungan Pertamina, seperti PT Pertamina EP Cepu, PT Pertamina Drilling Services Indonesia, PT Nusantara Regas, PT Pertamina EP, PT Pertamina Geothermal Energy, PT Pertagas, PT Pertamina Hulu Negeri, PT Pertamina Patra Niaga, PT Pertamina Trans Kontinental, PETRAL, PT Pertamina Retail, PT Tugu Pertamina Indonesia, PT Pertamina Dana Ventura, PT Pertamina Bina Medika, PT Patra Jasa, serta beberapa entitas lainnya.
2. PT Kaltim Prima Coal
Salah satu pemain utama dalam industri batubara nasional adalah PT Kaltim Prima Coal. Perusahaan ini termasuk yang paling awal berdiri dan berkontribusi besar dalam sektor pertambangan batubara di Indonesia.
Berkantor pusat di Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur, perusahaan ini telah beroperasi sejak 1982 dan mengelola area tambang seluas 84.938 hektar.
Pada tahun 2003, kepemilikan penuh atas perusahaan ini diambil alih oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
PT Kaltim Prima Coal mempekerjakan sekitar 4.500 tenaga kerja langsung dan lebih dari 20.000 pekerja dari pihak kontraktor.
Mereka juga mengoperasikan pembangkit listrik sendiri, yakni PLTU berkapasitas 3×15 MW dan 2×5 MW, serta tambahan PLTU sebesar 18 MW yang diserahkan kepada PLN untuk mendukung kebutuhan listrik masyarakat sekitar wilayah Sangatta.
Perusahaan ini menunjukkan kinerja produksi yang meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2018, mereka mencatat produksi sebesar 58 juta ton batubara, dan pada tahun 2019 meningkat menjadi 62 juta ton.
Produksi batubara diperkirakan terus mengalami peningkatan seiring waktu.
3. PT Freeport Indonesia
Nama PT Freeport Indonesia tentu sudah sangat dikenal sebagai salah satu perusahaan tambang emas terbesar di Indonesia.
Perusahaan ini mengelola tambang Grasberg di Papua, yang dikenal sebagai tambang emas terbesar di dunia dan tambang tembaga ketiga terbesar secara global.
Diresmikan sejak 7 April 1967, kehadiran Freeport telah membawa perusahaan ini ke panggung industri tambang internasional. Pemerintah Indonesia kini memegang 51% saham Freeport, yang diakuisisi dengan nilai Rp 56,1 triliun.
Sebelumnya, pemerintah telah menjalin kontrak kerja sama dengan Freeport, dimulai dari tahun 1967 dengan kepemilikan saham Indonesia sebesar 9,36%, dan kemudian diperbarui pada kontrak kedua di tahun 1991.
Selain aktivitas penambangan, PT Freeport Indonesia turut serta dalam pembangunan di Papua.
Pada tahun 2012, perusahaan ini menginvestasikan USD 110,9 juta untuk infrastruktur wilayah, mengalokasikan USD 68,14 juta untuk program pengembangan sosial, serta menyalurkan USD 39,26 juta untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Ditambah lagi, Freeport juga mengucurkan dana USD 600 juta untuk membangun fasilitas sosial seperti sekolah, rumah sakit, dan asrama siswa.
PT Freeport Indonesia menjadi perusahaan impian banyak lulusan teknik di Indonesia. Tak heran jika banyak yang menanti pembukaan lowongan kerja di perusahaan tambang internasional ini.
4. PT Agincourt Resources
Perusahaan berikutnya yang layak diperhitungkan di industri tambang nasional adalah PT Agincourt Resources.
Perusahaan ini fokus pada sektor pertambangan mineral, dan berperan dalam memenuhi kebutuhan mineral domestik serta menjalankan berbagai program CSR dan produktivitas yang unggul.
PT Agincourt Resources mengelola tambang emas Martabe yang terletak di pesisir barat Provinsi Sumatera Utara, dengan area konsesi seluas 130.300 hektar.
Kantor pusatnya berada di kawasan Pondok Indah, Jakarta. Dari wilayah tambangnya, perusahaan ini menghasilkan emas batangan serta perak dalam jumlah besar.
Cadangan sumber daya alam yang dikelola perusahaan ini mencapai 7,8 juta ounce emas dan 64 juta ounce perak.
Kapasitas operasional tambang Martabe sanggup mengolah lebih dari 5,5 juta ton bijih setiap tahunnya, dengan hasil produksi mencapai sekitar 350.000 ounce emas dan 2–3 juta ounce perak per tahun.
Menurut profil resmi perusahaan, saat ini mereka mempekerjakan lebih dari 3.000 orang, termasuk tenaga kontrak.
Menariknya, sekitar 99% dari jumlah tersebut adalah warga negara Indonesia, dan lebih dari 70% berasal dari komunitas lokal di sekitar wilayah tambang.
5. PT Vale Indonesia Tbk
PT Vale Indonesia Tbk merupakan perusahaan tambang yang berfokus pada sektor nikel dan telah beroperasi berdasarkan kontrak karya yang diperbarui pada 17 Oktober 2014, dengan masa berlaku hingga 28 Desember 2025.
Perusahaan ini beroperasi melalui penanaman modal asing dengan total wilayah operasional mencapai 118.017 hektare yang tersebar di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
Seluruh hasil tambang nikel dari perusahaan ini diekspor ke Jepang berdasarkan kerja sama antarnegara.
Selain aktivitas penambangan, PT Vale Indonesia juga menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan dengan melakukan reklamasi dan rehabilitasi di wilayah bekas tambang guna menjaga ekosistem dan memberikan rasa aman bagi masyarakat sekitar lokasi tambang.
6. Adaro Indonesia
Adaro Indonesia adalah salah satu perusahaan batu bara terkemuka di tanah air yang sudah berdiri sejak tahun 1966. Perusahaan ini menerima konsesi dari pemerintah untuk mengelola tambang di Kalimantan Selatan.
Tiga lokasi tambangnya meliputi Tutupan, Paringin, dan Wara yang semuanya berada dalam wilayah konsesi tersebut. Berdasarkan data pada tahun 2019, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) berhasil memproduksi 58,03 juta ton batu bara.
Dalam tahun yang sama, pendapatan perusahaan tercatat sebesar 3,46 miliar dolar AS, yang mengalami penurunan sebesar 4,42% dibandingkan pendapatan pada tahun 2018 yang mencapai 3,62 miliar dolar AS.
Adaro Indonesia merupakan perusahaan publik yang berkantor pusat di Jakarta. Sebagian besar sahamnya, yakni 43%, dimiliki oleh PT Adaro Strategic Investments.
Sisanya dimiliki oleh masyarakat dan pengusaha Garibaldi Thohir, yang juga dikenal sebagai saudara dari tokoh nasional Erick Thohir.
7. PT Berau Coal
Salah satu perusahaan tambang batu bara besar lainnya adalah PT Berau Coal yang berbasis di Kalimantan Timur. Perusahaan ini mulai beroperasi sejak tahun 1983 dan berkantor di kawasan Berau.
Nama awal perusahaan ini adalah PT Risco sebelum kemudian diubah menjadi Berau Coal pada tahun 2010.
Perusahaan ini fokus dalam sektor eksplorasi dan perdagangan batu bara, dan memiliki wilayah konsesi seluas 118.400 hektare di Kabupaten Berau dan sekitar wilayah Samarinda.
Kepemilikan PT Berau Coal sebagian besar dikuasai oleh Vallar Investment UK Limited, sementara sisanya dimiliki oleh Sinarmas Group melalui Asia Resource Minerals Plc.
Di tahun 2016, perusahaan ini mencatatkan total produksi mencapai 26 juta metrik ton batu bara.
8. Kideco Jaya Agung
Kideco Jaya Agung juga tergolong dalam jajaran perusahaan batu bara terbesar di Indonesia.
Mayoritas kepemilikannya dipegang oleh PT Indika Energy Tbk sejak tahun 2017, dengan porsi saham mencapai 91%, sementara sisa saham lainnya dikuasai oleh Samtan Co., Ltd.
Perusahaan ini memiliki konsesi tambang batu bara seluas 47.500 hektare yang berada di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.
Aktivitas pertambangan Kideco dimulai sejak tahun 1982. Target produksi perusahaan pada tahun 2021 mencapai sekitar 30 juta ton batu bara.
9. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
PT Indo Tambangraya Megah Tbk atau ITMG merupakan salah satu perusahaan batu bara raksasa di Indonesia. Pada Maret 2020, nilai kapitalisasi pasar perusahaan ini mencapai angka Rp 11 triliun.
Mayoritas saham, yakni 65%, dimiliki oleh Banpu Mineral Private Ltd yang berbasis di Singapura, sedangkan sisanya diperjualbelikan kepada publik.
Perusahaan ini dikenal royal dalam pembagian dividen, sehingga menjadi salah satu daya tarik bagi para investor yang tertarik dengan imbal hasil yang besar dari kepemilikan saham.
10. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
Awalnya dikenal dengan nama PN TABA, perusahaan ini kemudian bertransformasi menjadi PT Bukit Asam Tbk setelah berubah menjadi perseroan terbatas.
Pada tahun 2002, perusahaan ini resmi terdaftar di bursa saham sebagai emiten. PTBA beroperasi di sektor pertambangan batu bara dan memiliki sejumlah anak perusahaan seperti PT Bukit Pembangkit Innovative, PT Bukit Asam Prima, dan PT Bukit Energi Investama.
Mayoritas saham perusahaan, yakni sekitar 65,93%, dimiliki oleh Inalum, sementara 30,37% lainnya dimiliki oleh publik. Nilai kapitalisasi pasar perusahaan pada Maret 2020 mencapai Rp 28 triliun.
Meskipun pada tahun 2019 pasar batu bara mengalami perlambatan, PTBA tetap mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 4 triliun.
11. PT Aneka Tambang Tbk (Antam)
PT Aneka Tambang Tbk atau yang lebih dikenal sebagai Antam merupakan perusahaan tambang yang sangat familiar di kalangan masyarakat Indonesia, terutama mereka yang memiliki minat dalam investasi emas.
Perusahaan ini adalah anak usaha dari BUMN pertambangan Inalum dan didirikan pada tanggal 5 Juli 1968.
Aktivitas bisnis Antam mencakup berbagai tahapan seperti eksplorasi, penambangan, pengolahan, hingga pemasaran berbagai sumber daya mineral.
Sumber pemasukan utama perusahaan berasal dari kegiatan eksplorasi dan identifikasi cadangan mineral, kemudian dilakukan proses pengolahan yang efisien secara ekonomi, lalu hasilnya dijual kepada pelanggan jangka panjang yang tersebar di benua Eropa dan Asia.
Aktivitas tersebut telah dijalankan sejak perusahaan mulai beroperasi pada tahun 1968.
Komoditas utama yang dikelola oleh Antam mencakup bijih nikel berkadar rendah (limonit), bijih nikel berkadar tinggi (saprolit), feronikel, emas, perak, serta bauksit.
Selain itu, Antam juga menyediakan layanan pemurnian dan pengolahan logam mulia, serta jasa geologi.
12. PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT)
PT Amman Mineral Nusa Tenggara adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan penambangan di tambang Batu Hijau.
Selain itu, perusahaan ini juga memiliki sejumlah wilayah prospektif lain yang menjanjikan di area konsesi emas dan tembaga yang terletak di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
Tambang Batu Hijau sendiri dikenal sebagai tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia dan termasuk salah satu aset pertambangan berkelas dunia.
Sejauh ini, perusahaan telah berhasil memproduksi sekitar 3,6 juta ton tembaga dan sekitar 8 juta ons emas. Produksi tersebut berasal dari masa operasional tambang yang aktif, serta dari pemrosesan persediaan cadangan jangka panjang.
Fasilitas yang dimiliki AMNT sangat lengkap, mencakup peralatan tambang berskala besar, pembangkit listrik tenaga batu bara berkapasitas 112 MW, pelabuhan yang dilengkapi terminal kapal feri, layanan penerbangan, pabrik pengolahan dengan kapasitas produksi harian sebesar 120.000 ton, serta kawasan pemukiman perusahaan yang terorganisir dengan baik.
13. PT Arutmin Indonesia
PT Arutmin Indonesia termasuk dalam deretan perusahaan pertambangan batubara yang menonjol di tanah air, terutama pada tahun 2019.
Perusahaan ini memfokuskan kegiatan pada produksi batubara untuk kebutuhan pembangkit listrik serta sektor industri lainnya.
Produk utamanya meliputi batubara sub-bituminous, batubara bituminous, dan berbagai jenis produk batubara lainnya.
Arutmin Indonesia mengelola sejumlah lokasi tambang seperti Senakin, Satui, Mulia, Asam-Asam, serta Batulicin semuanya berlokasi di Kalimantan Selatan.
Didirikan pada tahun 1981, kantor pusat perusahaan berada di Jakarta. Saat ini Arutmin Indonesia beroperasi sebagai anak usaha dari PT Bumi Resources Tbk.
Arutmin termasuk salah satu pemain besar dalam hal produksi dan ekspor batubara di Indonesia.
Perusahaan ini mengikat kontrak pertambangan dengan pemerintah Indonesia sejak 1981 melalui skema Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara atau PKP2B.
14. PT J Resources Asia Pasifik Tbk
Selanjutnya ada PT J Resources Asia Pasifik Tbk, sebuah perusahaan tambang yang fokus pada eksplorasi dan produksi emas di Indonesia.
Perusahaan ini tidak hanya mengelola tambang emas dalam negeri, tetapi juga terlibat dalam usaha logam mulia di wilayah Australia.
Beberapa tambang yang dikelola saat ini sudah aktif berproduksi, sedangkan lainnya masih dalam tahap eksplorasi atau pengembangan.
Lokasi pertambangan emas milik perusahaan ini antara lain berada di Penjom, Malaysia dan Lanut di Sulawesi Utara, Indonesia.
Tambang-tambang lainnya yang tengah dieksplorasi berada di Bulagidun, Bolangitang, dan Tembaga, seluruhnya juga berlokasi di Sulawesi Utara.
Selain kegiatan pertambangan, PT J Resources Asia Pasifik Tbk juga melebarkan sayap ke berbagai bidang lain seperti layanan katering, perdagangan umum, transportasi, serta bisnis perumahan.
Anak perusahaan utamanya yaitu PT J Resources Nusantara berperan dalam bidang perdagangan dan penyediaan jasa.
15. PT Timah Tbk
PT Timah Tbk merupakan perusahaan milik negara yang berdiri pada 2 Agustus 1976 dan berfokus pada sektor pertambangan timah. Perusahaan ini telah menjadi entitas publik di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1995.
Sebagai produsen sekaligus eksportir timah, PT Timah memiliki kegiatan usaha yang terintegrasi dari hulu ke hilir, dimulai dari eksplorasi, penambangan, pengolahan, hingga penjualan produk timah.
Ruang lingkup bisnis perusahaan tidak hanya terbatas pada pertambangan, namun juga meliputi kegiatan industri, perdagangan, transportasi, dan layanan jasa lainnya.
Sebagai induk usaha, PT Timah menjalankan operasional utama dalam penambangan timah serta menangani pemasaran untuk seluruh unit bisnisnya.
Pada tahun 2019, perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar Rp 19,30 triliun, naik signifikan sebesar 75,13% dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp 11,02 triliun.
Capaian tersebut menjadikan PT Timah sebagai produsen timah olahan terbesar di dunia, menggeser posisi yang sebelumnya ditempati oleh Yunnan Tin.
Sebagai penutup, itulah beberapa nama yang masuk dalam deretan perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang kiprahnya tak hanya dikenal di dalam negeri, tetapi juga di pasar global.