Perbankan

Perbankan Indonesia Tetap Menarik di Tengah Tantangan Ekonomi Global

Perbankan Indonesia Tetap Menarik di Tengah Tantangan Ekonomi Global
Perbankan Indonesia Tetap Menarik di Tengah Tantangan Ekonomi Global

JAKARTA - Industri perbankan Indonesia terus menunjukkan daya tarik yang kuat bagi investor, baik domestik maupun asing, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan ekonomi global. Dengan pertumbuhan kredit yang solid, stabilitas sistem keuangan yang terjaga, dan potensi pasar yang besar, sektor perbankan nasional tetap menjadi pilar utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pertumbuhan Kredit yang Konsisten

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa pada November 2024, pertumbuhan kredit perbankan mencapai 10,92% secara tahunan (year-on-year/yoy), dengan total penyaluran kredit sebesar Rp7.717 triliun. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7,54% yoy, mencapai Rp8.835,9 triliun. Tingkat kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross tercatat di angka 2,19%, menunjukkan profil risiko yang terjaga.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, optimistis bahwa kinerja sektor keuangan Indonesia akan terus menunjukkan perkembangan positif pada 2025. OJK memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan sebesar 9,0% hingga 11,0%, didorong oleh pertumbuhan DPK yang diprediksi berada di kisaran 6,0% sampai 8,0%. 

Dominasi di Pasar Modal

Sektor perbankan masih mendominasi pasar modal Indonesia, dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp11.461 triliun, di mana 35% di antaranya berasal dari sektor perbankan. Lima saham perbankan, seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), menempati posisi teratas dalam indeks IDX80. 

Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, mencatat bahwa pertumbuhan kredit tahunan sebesar 9% dan rasio kredit terhadap deposito yang stabil di 92% menandakan likuiditas yang memadai untuk ekspansi lebih lanjut. Peningkatan laba bersih sektor perbankan sebesar 15% dan penurunan rasio kredit bermasalah dari 2,9% menjadi 2,5% menunjukkan kinerja yang kuat dan peningkatan kualitas aset.

Ketertarikan Bank Asing

OJK menyampaikan bahwa saat ini ada sejumlah bank asing yang tengah mempertimbangkan ekspansi bisnis dan masuk ke Indonesia. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menilai bahwa industri perbankan Indonesia menawarkan potensi yang menjanjikan bagi bank-bank asing, disebabkan oleh pangsa pasar yang luas karena populasi masyarakat Indonesia lebih dari 270 juta jiwa. 

Hingga Desember 2024, pangsa pasar bank asing dan kantor cabang bank asing di perbankan Indonesia mencapai 24,96%, meningkat dari 24,70% secara tahunan dibandingkan Desember 2023. Kontribusi bank asing pada penyaluran kredit mencapai Rp1.724,48 triliun atau 22,03% dari total penyaluran kredit perbankan Indonesia. Sementara, DPK bank asing mencapai sebesar Rp1.920,58 triliun atau 21,73% dari total penghimpunan DPK perbankan nasional. 

Tantangan yang Dihadapi

Meskipun menunjukkan kinerja positif, sektor perbankan Indonesia tidak lepas dari tantangan. Peneliti senior Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Etikah Karyani, menilai bahwa sektor perbankan Indonesia pada 2025 masih memiliki peluang pertumbuhan meskipun dibayangi tantangan seperti pelemahan daya beli dan ketidakpastian global yang bisa memicu risiko kredit. Tantangan utama mencakup likuiditas yang mengetat, potensi kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL), dan tekanan margin. 

Selain itu, era suku bunga tinggi mempengaruhi profitabilitas perbankan. Data OJK per Februari 2024 mencatat bahwa jumlah laba bersih bank umum mencapai Rp39,36 triliun, menurun 1,77% secara tahunan dari Rp40,07 triliun pada Februari 2023. Sementara itu, beban bunga dari DPK bank umum mencapai Rp39,2 triliun, naik 34,29% secara tahunan dari Rp29,21 triliun. 

Upaya Penguatan Sektor Keuangan

Pemerintah berupaya melakukan reformasi sektor jasa keuangan di Indonesia melalui penerbitan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK). Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menekankan bahwa transformasi ini bertujuan untuk mengatasi tantangan sektor keuangan melalui lima pilar, yakni meningkatkan akses layanan keuangan, mempromosikan sumber keuangan jangka panjang, meningkatkan daya saing dan efisiensi, pengembangan instrumen dan penguatan mitigasi risiko, serta penguatan perlindungan investor dan konsumen. 

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, menyoroti bahwa kedalaman sektor keuangan Indonesia masih relatif dangkal, yang hanya didominasi oleh sektor perbankan. Berdasarkan data tahun 2022, sektor perbankan Indonesia ukuran terhadap aset bank per PDB masih sekitar 59,5 persen. Kemudian, sektor non-bank seperti dana pensiun sebesar 6,9 persen dari PDB, dan aset industri asuransi per PDB sebesar 5,8 persen.

Sektor perbankan Indonesia tetap menjadi pilar utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan pertumbuhan kredit yang solid, dominasi di pasar modal, dan ketertarikan investor asing, industri perbankan menunjukkan daya tarik yang kuat. Namun, tantangan seperti tekanan ekonomi global, suku bunga tinggi, dan kedalaman sektor keuangan yang masih dangkal perlu diatasi melalui reformasi dan penguatan sektor keuangan secara menyeluruh.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index