JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (KemenKopUKM) resmi memulai program ambisius pembentukan holding UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang menargetkan sepuluh sektor strategis. Langkah ini dinilai sebagai upaya transformasi struktural guna memperkuat keterhubungan UMKM dengan rantai pasok industri besar serta meningkatkan kontribusinya terhadap perekonomian nasional.
Sebagai tahap awal, sektor kelautan dan perikanan telah ditetapkan sebagai proyek percontohan (pilot project) dalam skema holding UMKM tersebut. Menteri UMKM Maman Abdurrahman menyatakan bahwa KemenKopUKM telah melakukan kick-off program ini. “Kita akan tuntaskan kurang lebih ada 10 sektor. Sepuluh sektor yang akan kita holding-kan,” kata Maman dalam konferensi pers di Jakarta.
Maman menjelaskan bahwa pemilihan sektor dilakukan secara cermat berdasarkan potensi dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat. Dalam hal ini, sektor kelautan dan perikanan menjadi yang pertama karena memiliki nilai strategis terutama dalam kontribusinya terhadap ekspor nasional.
Langkah konkret sudah dimulai. Kementerian UMKM melepas ekspor perdana produk perikanan tangkap senilai sekitar US$75.000 ke Kota Fuzhou, Fujian, China. Ekspor ini dilakukan di bawah kerangka program holding UMKM yang baru saja diluncurkan.
Dorong Konektivitas UMKM dan Industri Besar
Menurut Maman, ide dasar dari pembentukan holding UMKM ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap lemahnya daya ungkit sektor UMKM terhadap sumber daya ekonomi nasional. Ia menilai terdapat ketimpangan struktural yang menyebabkan UMKM sulit berkembang secara berkelanjutan, terutama karena tidak adanya koneksi langsung dengan usaha besar dan industri. “Kita mau membangun connectivity antara usaha besar dengan usaha mikro, kecil, menengah yang selama ini terputus,” ujar Maman.
Lebih lanjut, Maman menyampaikan bahwa holding UMKM akan menjadi alat strategis untuk menyatukan pelaku-pelaku usaha kecil dalam satu ekosistem yang terorganisasi, yang terhubung langsung ke industri besar sebagai off-taker. Harapannya, skema ini mampu memacu efisiensi, memperbesar skala usaha, serta membuka peluang ekspor yang lebih luas.
Identifikasi 10 Sektor Prioritas
Kementerian UMKM melalui Deputi Bidang Usaha Menengah kini tengah mengkaji sembilan sektor lainnya yang akan masuk ke dalam holding UMKM. Pemilihan dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan kontribusi ekonomi, potensi ekspor, keterlibatan pelaku usaha, serta kesiapan infrastruktur penunjang.
Beberapa sektor yang disebut masuk dalam radar prioritas di antaranya adalah:
-Pertanian
-Pertambangan rakyat
-Energi dan perminyakan
-Otomotif
-Kesehatan dan farmasi
-Industri kreatif dan digital
-Tekstil dan fashion lokal
-Pariwisata berbasis komunitas
-Perdagangan dan logistik UMKM
“Sektor-sektor yang lain tentunya itu nanti sambil kita kajikan satu-satu karena 10 sektor ini nggak mudah juga untuk merealisasikannya,” tutur Maman.
Ia mengakui bahwa membentuk holding untuk masing-masing sektor tidaklah sederhana. Prosesnya membutuhkan koordinasi lintas kementerian, penguatan regulasi, dan pendampingan menyeluruh terhadap pelaku usaha di tingkat akar rumput.
Sektor Otomotif Jadi Contoh Terbaik Ekosistem UMKM
Dalam paparannya, Maman juga menyoroti bahwa sektor otomotif dapat dijadikan benchmark pengembangan rantai pasok UMKM karena telah memiliki model kolaborasi yang mapan antara industri besar dengan pelaku usaha kecil-menengah. “Salah satu sektor yang dapat dijadikan benchmark dalam ekosistem rantai pasok UMKM terhadap industri besar yang sudah berjalan adalah sektor otomotif,” ujar Maman.
Ia menambahkan, melalui kemitraan strategis dan konsolidasi kelembagaan seperti holding, UMKM dapat menjadi penopang utama produksi komponen, logistik, hingga layanan purnajual otomotif. Model ini diharapkan bisa direplikasi ke sektor-sektor lain sesuai karakteristik masing-masing.
Perkuat Legalitas dan Infrastruktur Pendukung
Untuk mempercepat realisasi program holding UMKM, KemenKopUKM akan memperkuat dasar hukum dan mempercepat pembangunan infrastruktur pendukung. Hal ini mencakup sistem informasi terpadu, pusat logistik, digitalisasi proses bisnis, serta perluasan akses pembiayaan melalui bank dan lembaga keuangan non-bank.
Holding UMKM juga akan didukung dengan pembentukan manajemen profesional, penguatan sistem pengawasan, serta integrasi pelatihan dan sertifikasi. Tujuannya adalah menciptakan sinergi dan skala ekonomi antar pelaku UMKM agar mampu bersaing di pasar nasional maupun global.
Maman menekankan bahwa evaluasi dan pengembangan program akan terus dilakukan, termasuk terhadap sektor yang sudah menjadi proyek percontohan seperti kelautan dan perikanan. Setiap sektor akan mendapatkan pendampingan berkelanjutan dari kementerian untuk memastikan bahwa target industrialisasi UMKM dapat tercapai secara konkret.
Dampak Jangka Panjang bagi UMKM Nasional
Dengan terbentuknya holding UMKM di sepuluh sektor prioritas, pemerintah berharap akan terjadi transformasi struktural UMKM dari usaha subsisten menjadi pelaku industri produktif yang terintegrasi dalam rantai nilai nasional maupun global.
Program ini juga diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan nilai tambah produk lokal, dan memperkuat kemandirian ekonomi berbasis komunitas.
KemenKopUKM sendiri telah menggandeng berbagai pihak, termasuk BUMN, asosiasi industri, lembaga pembiayaan, dan sektor swasta, dalam rangka mendukung ekosistem holding UMKM ini secara menyeluruh.