JAKARTA - Pengertian Consumer Price Index (CPI) atau Indeks Harga Konsumen adalah ukuran untuk melacak perubahan harga barang dan jasa yang dibeli konsumen.
Indeks ini sangat penting bagi para trader karena diterbitkan setiap bulan oleh Bureau of Labor Statistics (BLS) di Amerika Serikat dan berfungsi sebagai indikator utama dalam menentukan tingkat inflasi.
Menurut Investopedia, CPI juga berguna untuk mengukur perubahan biaya barang dan jasa dalam perekonomian dengan cara yang konsisten.
Dengan menggunakan CPI, kita dapat mengetahui tingkat harga rata-rata dari produk dan layanan yang sering dibeli oleh konsumen, yang disebut sebagai kelompok perwakilan.
Secara keseluruhan, pengertian Consumer Price Index ini membantu kita dalam memahami bagaimana harga barang dan jasa bergerak seiring waktu, serta bagaimana dampaknya terhadap ekonomi.
Pengertian Consumer Price Index (CPI)
Pengertian Consumer Price Index (CPI) adalah alat ukur yang digunakan untuk menilai perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang penting bagi konsumen.
CPI dihitung dengan memantau pergerakan harga barang dan diterbitkan setiap bulan berdasarkan penilaian bulan sebelumnya.
Data CPI ini kemudian digunakan untuk mengukur tingkat inflasi tahunan. Beberapa negara memilih untuk merilis data ini setiap tiga bulan, seperti Australia dan Selandia Baru.
Inflasi yang terukur melalui CPI dapat mempengaruhi kebijakan fiskal di suatu negara. Selain CPI, negara-negara juga menggunakan indikator ekonomi lainnya seperti indeks konsumsi individu, harga produsen, dan biaya unit buruh.
Di Amerika Serikat, misalnya, alat ukur tambahan yang digunakan adalah Personal Consumption Expenditures (PCE), sedangkan di Eropa, banyak negara mengandalkan Harmonized Index of Consumer Prices (HICP) untuk menilai inflasi.
Tipe-tipe Consumer Price Index (CPI)
Ada dua tipe umum yang digunakan untuk mengukur Consumer Price Index (CPI), yaitu CPI-U (Indeks Harga Konsumen untuk Semua Konsumen Perkotaan) dan CPI-W (Indeks Harga Konsumen untuk Pekerja Perkotaan dan Pekerja Klerikal).
Berikut penjelasan kedua tipe CPI tersebut:
CPI-U (Consumer Price Index for All Urban Consumers)
CPI-U adalah indeks harga konsumen yang mencakup seluruh keluarga atau individu yang tinggal di daerah perkotaan.
Indeks ini mencerminkan sekitar 88% dari populasi Amerika Serikat dan memberikan gambaran yang lebih representatif mengenai masyarakat umum.
Pada tahun 1978, Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat memperbarui pengukuran CPI dengan memperluas cakupan populasi target.
CPI-U didasarkan pada pengeluaran mayoritas penduduk yang tinggal di daerah kota atau metropolitan, dan juga mencakup berbagai profesi, termasuk tenaga profesional, wiraswasta, serta mereka yang menganggur atau pensiunan.
CPI-W (Consumer Price Index for Urban Wage Earners and Clerical Workers)
CPI-W adalah indeks harga konsumen yang difokuskan pada penerima upah di daerah perkotaan serta pekerja klerikal.
Pengukuran CPI berdasarkan kelompok pekerja ini telah menjadi perhatian utama Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat sejak tahun 1913 hingga 1977.
CPI-W menghitung rumah tangga yang pendapatannya berasal lebih dari setengahnya dari pekerjaan administratif dan mencakup kelompok yang salah satu anggotanya telah bekerja selama minimal 37 minggu dalam 12 bulan terakhir.
Indeks ini digunakan untuk mengukur perubahan biaya hidup yang mempengaruhi manfaat yang dibayarkan kepada penerima Jaminan Sosial. CPI-W mencakup sekitar 28% dari populasi Amerika Serikat.
Cara Mengukur Consumer Price Index (CPI)
Consumer Price Index (CPI) pada dasarnya mengukur perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen.
Di Amerika Serikat, pengukuran CPI dibagi menjadi dua kelompok populasi utama, yaitu CPI-U (CPI untuk Konsumen Perkotaan) yang mewakili keluarga atau individu perkotaan, dan CPI-W yang mencakup pekerja kantoran.
Bureau of Labor Statistics (BLS) atau Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat menjadi acuan utama dalam melakukan perbandingan harga menggunakan fluktuasi rata-rata harga selama 36 bulan terakhir.
Acuan dasar yang digunakan untuk perbandingan ini adalah angka 100. Dengan rumus yang mengacu pada angka dasar ini, jika nilai CPI adalah 110, itu berarti terjadi kenaikan harga rata-rata sebesar 10%.
Sebaliknya, jika CPI menunjukkan nilai 90, berarti ada penurunan harga rata-rata sebanyak 10%.
Meskipun hasil pengukuran ini tidak memberikan rincian data yang sangat mendalam, hasil tersebut cukup mewakili perubahan tingkat harga yang terjadi pada dua kelompok populasi besar di Amerika Serikat, yaitu keluarga (CPI-U) dan pekerja kantoran (CPI-W).
Kategori Barang dan Jasa yang Bisa Diukur Consumer Price Index (CPI)
Dalam Consumer Price Index (CPI), terdapat delapan kategori barang dan jasa yang dapat diukur atau dinilai.
Beberapa kategori tersebut antara lain bahan pokok bangunan perumahan atau tempat tinggal, makanan dan minuman, transportasi, kesehatan, pakaian, hiburan dan rekreasi, pendidikan dan komunikasi, serta berbagai barang dan jasa lainnya.
Jenis Data Inflasi
Berdasarkan penilaian dalam Consumer Price Index (CPI), terdapat dua jenis data inflasi yang ditemukan, yaitu:
Inflasi utama
CPI mencakup berbagai perubahan harga secara keseluruhan, mulai dari harga energi hingga harga barang yang fluktuatif.
Inflasi inti
CPI mengolah informasi yang tidak mencakup harga energi dan makanan yang fluktuatif, menghasilkan gambaran yang lebih jelas mengenai perubahan harga barang tertentu.
Data inflasi utama cenderung lebih fluktuatif karena mencakup semua informasi yang ada dan dapat memberikan gambaran tentang inflasi inti.
Inflasi utama juga sering digunakan sebagai acuan utama dalam memprediksi inflasi, dan sering kali menjadi target dari bank sentral.
Data inflasi yang tercantum dalam CPI dapat memengaruhi pasar dalam jangka pendek, bahkan berpotensi memengaruhi kebijakan moneter yang diterapkan. Oleh karena itu, Bank Sentral biasanya ditugaskan untuk menargetkan inflasi yang terjadi.
CPI memiliki peran penting di pasar uang, mengingat kaitannya yang erat antara pertumbuhan tenaga kerja dan laju inflasi.
Angka inflasi yang tercatat di CPI sangat penting karena menentukan harga yang harus dibayar konsumen untuk produk atau jasa. Jika harga tinggi, maka akan memengaruhi iklim bisnis dan dapat meningkatkan beban biaya.
Pentingnya Consumer Price Index (CPI)
Data Consumer Price Index (CPI) memiliki peranan penting karena menunjukkan seberapa cepat harga barang dan jasa mengalami perubahan.
Ketika harga meningkat, ini menandakan terjadinya inflasi, sedangkan jika harga stabil, berarti deflasi sedang terjadi.
Inflasi yang terukur melalui CPI digunakan oleh bank sentral sebagai acuan untuk menentukan kebijakan, seperti menaikkan, menurunkan, atau mempertahankan suku bunga.
Kebijakan ini bertujuan untuk mendorong atau mengendalikan pengeluaran konsumen, yang pada gilirannya memengaruhi tingkat inflasi.
Fluktuasi besar pada data CPI akan diawasi oleh pihak-pihak terkait, karena perubahan inflasi yang signifikan dapat memengaruhi keputusan bank sentral dalam menetapkan kebijakan moneter.
Saat ini, banyak bank sentral yang menetapkan target inflasi tertentu untuk negara mereka. Untuk mencapai target tersebut, bank sentral menggunakan suku bunga dan kebijakan moneter lainnya untuk mengontrol stabilitas harga di pasar.
Dampak Penerbitan Consumer Price Index (CPI) di Pasar
Ketika data Consumer Price Index (CPI) diumumkan, dampaknya dapat memengaruhi banyak bank, salah satunya adalah kebutuhan untuk menurunkan suku bunga.
Selain itu, beberapa bank juga menghadapi situasi negatif yang membuat mereka perlu menggunakan kebijakan lain, seperti pelonggaran kuantitatif, untuk merangsang pengeluaran konsumen dan mendorong inflasi yang lebih tinggi.
Namun, efek penerbitan data CPI tidak selalu bersifat negatif. Beberapa bank, seperti Bank of Japan dan Bank Sentral Eropa, telah berhasil mencapai target inflasi yang diinginkan.
Dengan demikian, laporan inflasi yang dikeluarkan setiap tiga bulan memberi gambaran jelas tentang adanya kenaikan atau penurunan harga, yang memungkinkan pasar untuk lebih cepat berspekulasi mengenai kebijakan yang akan diterapkan oleh bank sentral.
Bagi pebisnis, kenaikan harga sering kali berarti peningkatan pendapatan, yang pada gilirannya dapat mengangkat harga saham dan meningkatkan kekayaan aset pemodal.
Selain itu, perusahaan yang mengalami lonjakan pendapatan cenderung berada dalam posisi finansial yang lebih sehat.
Namun, inflasi tetap menjadi tantangan yang menakutkan karena berpotensi menciptakan ketidakstabilan ekonomi dan distorsi.
Untuk mengatasi masalah ini, kebijakan yang diterapkan sering kali lebih fokus pada peningkatan volume produksi ketimbang menaikkan harga barang.
Selain itu, perusahaan juga menghadapi ancaman kerugian saat inflasi meningkat, terutama jika supplier memilih untuk menaikkan harga bahan baku.
Beban tambahan juga dapat muncul ketika pekerja menuntut kenaikan gaji untuk menghadapi biaya hidup yang lebih tinggi.
Sebagai penutup, dengan memahami pengertian Consumer Price Index, kita bisa lebih baik dalam menilai fluktuasi harga barang dan jasa yang memengaruhi perekonomian secara keseluruhan.