pengertian Ekonomi Biru

Pengertian Ekonomi Biru, Cara Membangun, dan Manfaatnya

Pengertian Ekonomi Biru, Cara Membangun, dan Manfaatnya
pengertian Ekonomi Biru

JAKARTA - Pengertian Ekonomi Biru merujuk pada konsep ekonomi yang memanfaatkan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk mendukung pembangunan ramah lingkungan.

Indonesia sebagai negara maritim, dengan wilayah perairan yang lebih luas dibandingkan daratannya, memiliki peluang besar untuk mengembangkan ekonomi biru ini. 

Meskipun istilah ekonomi biru sudah mulai dikenal, banyak orang yang belum sepenuhnya memahami maknanya. 

Oleh karena itu, pemahaman tentang ekonomi biru penting agar kita bisa memanfaatkan kekayaan laut untuk keberlanjutan ekonomi, tanpa merusak ekosistem. 

Pengertian Ekonomi Biru pada akhirnya akan mencakup cara-cara untuk memaksimalkan potensi laut secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Pengertian Ekonomi Biru

Pengertian Ekonomi Biru merujuk pada konsep ekonomi yang berfokus pada pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk mendukung pembangunan yang ramah lingkungan. 

Konsep ini sudah ada sejak beberapa puluh tahun lalu, namun istilah ini mungkin masih terasa asing bagi sebagian orang. 

Secara sederhana, ekonomi biru mencakup kegiatan yang menghasilkan keuntungan yang dapat dimiliki dan dikelola oleh masyarakat setempat, dan tidak terbatas hanya pada sektor sumber daya alam. 

Misalnya, ekonomi biru tidak hanya berfokus pada sektor perikanan atau budidaya laut, namun juga dapat berkembang ke sektor pariwisata, transportasi, dan bahkan pertambangan. 

Namun, penekanan utama ekonomi biru adalah pada skala lokal, dengan tujuan agar manfaat langsung dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar.

Meskipun begitu, ekonomi biru tidak hanya terbatas pada ekonomi lokal, karena negara bisa tetap melakukan ekspor, pengembangan berbasis teknologi, dan investasi yang lebih besar. 

Setiap negara dapat mengartikan ekonomi biru secara berbeda, dan ada negara yang tidak mengelola sumber daya lautnya dengan cara yang berkelanjutan. 

Dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 mengenai Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, ekonomi biru didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang berlangsung di wilayah pesisir atau pulau-pulau kecil. 

Menurut Bank Dunia, ekonomi biru adalah pemanfaatan sumber daya laut yang bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, serta pelestarian ekosistem laut. 

Ekonomi biru melibatkan berbagai sektor, mulai dari perikanan, energi terbarukan, pariwisata, transportasi air, pengelolaan limbah, hingga mitigasi perubahan iklim. 

Jika sektor-sektor tersebut dikelola dengan pendekatan berkelanjutan, mereka akan mendukung terciptanya negara yang lebih sejahtera.

Cara Membangun Ekonomi Biru setelah Pandemi Covid-19

Seperti yang kita ketahui, hampir tidak ada sektor ekonomi yang dapat bertahan dari dampak krisis Covid-19. 

Banyak sektor besar seperti maskapai penerbangan, restoran, dan olahraga yang sering dibahas mengalami kerugian besar akibat pandemi ini. Selain itu, ekonomi biru juga turut terpengaruh oleh Covid-19. 

Salah satunya dapat dilihat dari penurunan sebesar 30 persen dalam aktivitas logistik maritim akibat pandemi. 

Di sisi lain, kegiatan penangkapan ikan di wilayah Cina dan Afrika Barat mengalami penurunan drastis hingga 80 persen karena lockdown dan berkurangnya permintaan produk laut.

Negara-negara yang sangat bergantung pada sektor kelautan dan pariwisata pesisir juga terpaksa menutup perbatasan mereka. 

Secara keseluruhan, Covid-19 menyebabkan kerugian sekitar 7,4 miliar dolar AS pada industri pariwisata dan mengancam sekitar 75 juta lapangan pekerjaan. 

Meskipun demikian, seiring berjalannya waktu, paket stimulus Covid-19 telah dirancang untuk membantu pemulihan industri berbasis lahan, dan masyarakat pun mencari cara untuk melakukan transisi menuju mekanisme operasional yang lebih ramah lingkungan. 

Namun, konsep operasional yang lebih berkelanjutan dan berbasis ekonomi biru belum banyak dipertimbangkan, padahal banyak peluang besar yang dapat dimanfaatkan di kawasan pesisir dan lautan.

Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk membangun kembali ekonomi biru yang terdampak Covid-19 agar dapat pulih secara berkelanjutan. Berikut beberapa cara yang dapat diterapkan:

Mengembangkan Pariwisata Biru yang Lebih Berkelanjutan

Sebelum pandemi, pariwisata laut secara global diperkirakan bernilai 390 miliar dolar AS dan memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB negara-negara terkait. 

Jutaan orang bergantung pada sektor ini, dan kesehatan ekosistem laut tidak dapat diabaikan selama pandemi. 

Dana pemulihan dapat digunakan untuk membuka lapangan pekerjaan baru dan memulihkan ekosistem pesisir, seperti terumbu karang dan hutan mangrove, yang memberikan imbal hasil tinggi untuk pariwisata biru. 

Program lapangan kerja berbasis alam seperti ini telah terbukti efektif selama Depresi Besar di AS melalui Civilian Conservation Corps, yang juga dapat menciptakan peluang serupa, seperti renovasi hotel untuk meningkatkan standar berkelanjutan, pengurangan sampah plastik, serta sistem pengelolaan air yang lebih efisien.

Mengurangi Emisi dari Sektor Logistik

Logistik maritim mengangkut sekitar 90 persen kargo global, namun juga menjadi salah satu penghasil terbesar emisi karbon dan polusi udara. 

Organisasi Maritim Internasional telah menetapkan target untuk mengurangi emisi sektor ini hingga 50 persen pada tahun 2050. 

Penurunan frekuensi aktivitas logistik selama pandemi memberikan peluang untuk mencapai target tersebut. Kapal yang tidak beroperasi dapat dimodernisasi untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar dan mengurangi emisi. 

Seiring dengan sepinya galangan kapal, ada peluang besar untuk memperbarui armada kapal dengan kapal yang lebih ramah lingkungan. 

Hal ini terutama dapat dilakukan di Asia, yang mewakili lebih dari 95 persen industri pembuatan kapal dunia, termasuk di Cina, Korea Selatan, dan Jepang. 

Bantuan yang dikhususkan untuk mempercepat dekarbonisasi industri logistik maritim juga harus melibatkan pengembangan pelabuhan dengan sistem listrik dan bahan bakar ramah lingkungan.

Hindari Penangkapan Ikan Berlebihan Pasca-Covid-19

Berbeda dengan banyak jenis investasi lainnya, sektor kelautan justru mengalami peningkatan yang signifikan selama masa krisis. 

Sebagai contoh, pada saat Perang Dunia II, banyak kapal penangkap ikan yang berhenti beroperasi, yang justru membantu peningkatan populasi ikan, seperti ikan Kod. 

Begitu juga pada masa pandemi Covid-19, sektor perikanan memperoleh manfaat tak terduga. Ketika aktivitas penangkapan ikan dapat dikendalikan dan tidak berlebihan, dampak positif yang signifikan dapat dirasakan. 

Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk memanfaatkan ilmu perikanan dalam merancang protokol penangkapan ikan yang lebih cerdas, guna memastikan manfaat jangka panjang dari sumber daya laut yang mulai pulih.

Memberikan Dukungan kepada Pelaut

Industri perkapalan dan kelautan menghadapi tantangan besar selama pandemi, terutama bagi para pelaut yang bekerja di sektor logistik dan perikanan. 

Mereka memiliki peran penting dalam mendukung ekonomi biru dan masyarakat secara keseluruhan. 

Salah satu langkah yang dapat diambil untuk mendukung sektor ini adalah dengan melakukan rapid test dan swab test bagi awak kapal, sehingga mereka dapat pulang dengan lebih aman setelah berbulan-bulan bekerja. 

Selain itu, memberikan akses komunikasi yang aman bagi pelaut juga sangat penting agar mereka bisa tetap terhubung dengan keluarga mereka. 

Peningkatan komunikasi ini juga sangat berguna dalam memerangi perbudakan di laut, khususnya di sektor perikanan.

Mempertahankan Keberadaan Tanaman Laut

Saat ini, hanya sekitar 7,4 persen lautan yang terlindungi, padahal keberadaan taman laut sangat penting untuk keberagaman hayati laut dan juga untuk meningkatkan populasi ikan ternak. 

Ini tidak hanya memberikan manfaat bagi sektor perikanan, tetapi juga bagi sektor pariwisata dan penyerapan emisi karbon. 

Meskipun beberapa pihak berpendapat untuk membuka taman laut bagi industri penangkapan ikan pasca Covid-19, hal ini bukanlah keputusan yang bijaksana. 

Taman laut merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan waktu puluhan tahun untuk berkembang dan dapat dengan mudah rusak dalam waktu singkat. 

Jika taman laut dibuka untuk penangkapan ikan, hal ini tidak hanya merusak masa depan nelayan, tetapi juga dapat menjadi pukulan besar bagi pariwisata biru yang berkelanjutan.

Memanfaatkan Laut untuk Pemenuhan Kebutuhan Pangan Dunia

Para ilmuwan memperkirakan bahwa krisis pangan bisa terjadi jika stok makanan laut menurun, yang dapat semakin memperburuk situasi di tengah pandemi Covid-19. 

Salah satu tantangan yang muncul adalah gangguan terhadap perdagangan makanan laut dan rantai pasokan. 

Untuk mengurangi dampak Covid-19 terhadap sistem keamanan pangan, dana stimulus bisa diarahkan untuk mengembangkan akuakultur atau pertanian laut. 

Pendekatan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi masyarakat rentan dan meminimalkan dampak lingkungan. 

Investasi pada sektor ini mirip dengan sektor pertanian yang ramah lingkungan dan mampu meningkatkan status gizi masyarakat.

Melakukan Digitalisasi Lautan

Untuk mempercepat pemulihan ekonomi biru pasca pandemi, salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah berinvestasi dalam teknologi kelautan. 

Digitalisasi lautan dapat membantu kita memantau dan memahami kondisi laut secara lebih efisien dan efektif. 

Contohnya, program pengamatan perikanan dapat mendukung industri kelautan dengan pengumpulan data penting yang bisa meningkatkan hasil tangkapan, penegakan hukum, serta melindungi spesies yang terancam punah selama pandemi. 

Sistem pemantauan elektronik berbasis kecerdasan buatan juga dapat membantu pengumpulan data secara lebih tepat. 

Selain itu, peluang lain seperti pemanfaatan data satelit, pembelajaran mesin, dan penggunaan drone canggih bisa membantu mengurangi aktivitas penangkapan ikan ilegal, terutama di wilayah yang patroli laut konvensionalnya terbatas akibat pandemi. 

Aplikasi juga bisa menghubungkan nelayan dengan konsumen melalui praktik berkelanjutan, meskipun restoran dan pasar sedang tutup.

Manfaat Melakukan Pengembangan Ekonomi Biru

Setelah memahami langkah-langkah dalam membangun kembali ekonomi biru pasca pandemi Covid-19, penting untuk menyadari berbagai manfaat yang akan diperoleh dari pengembangan sektor ini. 

Salah satu manfaat utama adalah kelestarian keanekaragaman hayati laut, ekosistem pesisir, serta keberlanjutan mata pencaharian masyarakat pesisir.

Indonesia memiliki potensi besar untuk memulihkan ekonomi biru setelah masa pandemi. Selain itu, transisi dari kegiatan ekstraktif dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan produktivitas. 

Ekonomi biru membuka peluang untuk berbagai inovasi dan kreativitas, baik di sektor yang sudah ada maupun yang sedang berkembang.

Keberadaan ekonomi biru bisa menjadi motor penggerak bagi peningkatan kesejahteraan yang lebih inklusif. 

Transisi menuju ekonomi biru di Indonesia diharapkan menjadi model pengembangan industri kelautan yang berkelanjutan serta mengurangi ketergantungan pada sektor ekstraktif. 

Penyusunan kerangka pembangunan ekonomi biru diharapkan dapat mendukung pendekatan yang lebih terintegrasi dan komprehensif, sehingga meningkatkan sektor ini yang melibatkan berbagai sektor dan perilaku.

Karena itu, pengembangan ekonomi biru memerlukan sinergi antara berbagai pihak dan sektor agar dapat memanfaatkan peluang dan menghadapi tantangan. 

Tujuan akhirnya adalah menciptakan keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir, sehingga tercipta kesejahteraan yang berkelanjutan dan inklusif.

Sebagai penutup, dengan memahami pengertian Ekonomi Biru, kita dapat melihat bagaimana potensi sumber daya laut dapat dikelola secara berkelanjutan untuk mendukung kesejahteraan global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index