JAKARTA – Perempuan kini semakin menunjukkan peran penting dalam dunia usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia. Data terbaru yang dikeluarkan oleh Kementerian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menyebutkan bahwa sekitar 64 persen dari total 65 juta UMKM di Indonesia dikelola dan dimiliki oleh perempuan. Angka ini menunjukkan betapa signifikan kontribusi perempuan dalam perekonomian Indonesia, khususnya di sektor UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional.
UMKM: Pilar Ekonomi Indonesia
Sektor UMKM di Indonesia memang dikenal sebagai pendorong utama perekonomian, dengan kontribusi yang sangat besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) negara. Salah satu faktor utama yang mendukung pertumbuhan sektor ini adalah peran aktif perempuan dalam menjalankan berbagai usaha. Dari mulai pedagang kaki lima, pengrajin, hingga pemilik usaha skala kecil dan menengah, perempuan semakin banyak yang terlibat dalam berbagai lini UMKM.
Seperti yang terlihat di Desa Kadokan, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah, para pembatik perempuan dengan penuh dedikasi menyelesaikan proses pembuatan batik teknik coletan. Tradisi ini menjadi contoh nyata betapa peran perempuan dalam sektor UMKM tidak hanya terbatas pada skala kecil, tetapi juga mampu mempertahankan dan mengembangkan industri kreatif yang memiliki nilai seni dan budaya yang tinggi.
Data yang Mendorong Kesadaran
Menurut data dari Kementerian UMKM, terdapat sekitar 65 juta UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia, dan lebih dari 64 persen di antaranya dikelola oleh perempuan. Angka ini semakin menegaskan bahwa perempuan bukan hanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai penggerak utama di dunia usaha. Sejumlah usaha yang dijalankan oleh perempuan di sektor UMKM sangat beragam, mulai dari kuliner, kerajinan tangan, fashion, hingga usaha di sektor digital.
"Perempuan memiliki ketangguhan dan kreativitas yang tinggi dalam menjalankan bisnis. Mereka tidak hanya mampu mengelola usaha kecil dan menengah dengan baik, tetapi juga mampu mengembangkan usaha tersebut dengan inovasi dan ketekunan," ujar salah satu pengusaha perempuan di sektor kerajinan batik, Nani, yang turut serta dalam pembuatan batik coletan di Sukoharjo.
Tantangan yang Dihadapi Perempuan dalam UMKM
Namun, meskipun peran perempuan dalam UMKM sangat besar, mereka juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah keterbatasan akses terhadap modal usaha dan pemasaran. Banyak perempuan yang memulai usaha dengan modal terbatas dan kesulitan dalam mengakses pinjaman atau bantuan finansial dari lembaga perbankan. Selain itu, mereka juga seringkali terhambat oleh stereotip sosial yang menganggap peran perempuan lebih terbatas di ranah domestik.
Selain itu, perempuan juga menghadapi tantangan dalam hal pemberdayaan keterampilan digital yang kini semakin penting dalam dunia bisnis. Meskipun banyak perempuan yang memiliki potensi besar, kurangnya literasi digital menjadi salah satu hambatan bagi mereka untuk mengembangkan usaha UMKM mereka lebih lanjut.
Pemberdayaan dan Dukungan Pemerintah
Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah Indonesia melalui Kementerian UMKM terus berupaya meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam sektor UMKM. Berbagai program pelatihan dan pendampingan diselenggarakan untuk membantu perempuan memperoleh keterampilan yang lebih baik, termasuk di bidang digitalisasi. Selain itu, pemerintah juga memberikan berbagai kemudahan dalam akses pembiayaan usaha melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan bantuan lainnya yang ditujukan untuk perempuan pengusaha UMKM.
"Sebagai pemerintah, kami sangat mendukung perempuan untuk lebih berdaya dalam sektor UMKM. Oleh karena itu, kami terus berupaya untuk memberikan fasilitas pelatihan, akses pembiayaan, serta memperkuat jaringan pemasaran untuk produk-produk yang dihasilkan oleh perempuan," kata Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, dalam sebuah kesempatan.
Peran Perempuan dalam Meningkatkan Ekonomi Lokal
Keberhasilan perempuan dalam mengelola UMKM bukan hanya berdampak positif bagi mereka secara pribadi, tetapi juga berkontribusi pada penguatan ekonomi lokal. Produk-produk yang dihasilkan oleh perempuan, seperti batik yang diproduksi di Desa Kadokan, kini mulai dikenal lebih luas, bahkan sampai ke mancanegara. Hal ini semakin menunjukkan bahwa perempuan memiliki potensi besar untuk mengembangkan usaha dan turut andil dalam memajukan perekonomian nasional.
"Melalui produk-produk yang kami hasilkan, kami berharap dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan meningkatkan kesejahteraan keluarga," ujar Nani, seorang pembatik perempuan yang berperan dalam pelestarian seni batik teknik coletan.