JAKARTA – PT Bank Pembangunan Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Bank DKI) telah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham untuk melaksanakan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO). Keputusan penting ini disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada Rabu, menandai langkah besar Bank DKI dalam menuju proses pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Keputusan IPO ini merupakan bagian dari strategi ekspansi Bank DKI untuk memperkuat posisi keuangannya dan memperluas akses permodalan untuk pengembangan bisnis jangka panjang. Dalam keterangan tertulisnya, Direktur Utama Bank DKI, Agus H. Widodo, menjelaskan bahwa para pemegang saham telah memberikan wewenang penuh kepada Direksi dan Dewan Komisaris untuk mempersiapkan berbagai langkah menuju IPO, termasuk melakukan kajian secara menyeluruh yang mempertimbangkan kondisi perekonomian domestik dan global serta keadaan pasar saham yang ada di BEI.
"Kami akan terus memantau kondisi ekonomi baik di dalam negeri maupun pasar internasional untuk memastikan bahwa langkah IPO ini dilakukan pada saat yang tepat. Semua langkah ini akan dipersiapkan dengan cermat demi mencapai hasil yang optimal," ungkap Agus H. Widodo.
Bank DKI Siapkan Pembagian Dividen Senilai Rp 249,3 Miliar
Sebagai bagian dari hasil yang dicapai pada tahun 2024, Bank DKI juga mengumumkan pembagian dividen senilai Rp 249,3 miliar, yang setara dengan 32 persen dari laba bersih perseroan pada tahun 2024 yang tercatat sebesar Rp 779,1 miliar. Pembagian dividen ini melibatkan dua entitas utama sebagai penerima utama, yaitu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang akan menerima sebesar Rp 249,2 miliar dan Perumda Pasar Jaya yang mendapatkan Rp 56 miliar.
"Dividen ini adalah bentuk tanggung jawab kami sebagai perusahaan milik daerah untuk memberikan manfaat langsung kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan entitas terkait lainnya. Sisa laba bersih akan digunakan untuk mendukung pengembangan Bank DKI," jelas Agus.
Menurut Agus, sisa laba bersih sebesar 68 persen atau sekitar Rp 529,7 miliar akan digunakan sebagai saldo laba ditahan, yang direncanakan untuk mendukung pengembangan lebih lanjut dari Bank DKI. Ini adalah langkah strategis untuk memperkuat posisi keuangan dan memastikan bank terus dapat berkembang dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Penambahan Modal dan Penyusunan Direksi Baru
Selain itu, dalam RUPST yang sama, Bank DKI juga menyetujui penambahan modal ditempatkan dan disetor yang berasal dari kredit Hapus Buku eks BPPN. Penambahan ini akan meningkatkan modal disetor Bank DKI dari Rp 6,577 triliun menjadi Rp 6,579 triliun, dengan total penambahan sebesar Rp 2,19 miliar yang disetorkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Penambahan modal ini merupakan bagian dari upaya kami untuk memperkuat struktur permodalan Bank DKI dalam menghadapi tantangan pasar yang semakin kompetitif," kata Agus.
Pada kesempatan yang sama, RUPST juga menetapkan susunan Direksi dan Dewan Komisaris yang baru untuk masa jabatan mendatang. Beberapa perubahan signifikan terjadi di tubuh pengurus Bank DKI, dengan penunjukan Anang Basuki sebagai Komisaris Utama Independen, serta anggota komisaris lainnya, seperti Michael Rolandi C Brata dan Kiryanto. Sedangkan di jajaran Direksi, Agus H. Widodo tetap dipercaya sebagai Direktur Utama, dan beberapa direktur baru turut bergabung, di antaranya Ateng Rivai (Direktur Kepatuhan), Daniel Setiawan Subianto, Basaria Martha Juliana, Dipo Nugroho, dan Prihanto Herbowo.
Langkah Strategis untuk Pertumbuhan Berkelanjutan
Proses IPO ini menjadi bagian dari strategi besar Bank DKI untuk memperkuat daya saing di pasar perbankan dan meningkatkan akses layanan keuangan bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Dengan rencana IPO yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat, Bank DKI berharap dapat menarik minat investor, baik domestik maupun internasional, untuk berpartisipasi dalam perjalanan pertumbuhannya.
Melalui langkah ini, Bank DKI juga berharap dapat memperkuat modal dan meningkatkan kemampuan untuk melakukan ekspansi lebih lanjut dalam menghadapi tantangan di pasar yang semakin dinamis. Langkah IPO ini diyakini akan memberikan dampak positif bagi pengembangan ekonomi DKI Jakarta, mengingat peran penting Bank DKI dalam mendukung berbagai inisiatif pembangunan daerah.