Minyak

Harga Minyak Dunia Naik 3 Persen Dipicu Lonjakan Permintaan dan Pelemahan Dolar AS

Harga Minyak Dunia Naik 3 Persen Dipicu Lonjakan Permintaan dan Pelemahan Dolar AS
Harga Minyak Dunia Naik 3 Persen Dipicu Lonjakan Permintaan dan Pelemahan Dolar AS

JAKARTA - Harga minyak dunia melonjak signifikan pada perdagangan, dipicu oleh meningkatnya permintaan bahan bakar selama libur panjang di Tiongkok serta pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat. Kondisi ini memberikan dorongan baru pada pasar energi global yang sebelumnya sempat stagnan akibat ketidakpastian ekonomi.

Menurut laporan Reuters, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2025 naik sebesar US$1,96 atau sekitar 3,4 persen, dan ditutup di level US$59,09 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, harga minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman bulan yang sama juga mengalami kenaikan sebesar US$1,92 atau 3,2 persen, menjadi US$62,15 per barel di London ICE Futures Exchange.

Lonjakan Permintaan BBM di Tiongkok

Pendorong utama kenaikan harga minyak kali ini adalah lonjakan permintaan bahan bakar di Tiongkok selama perayaan May Day, yang berlangsung dalam periode libur panjang nasional. Data resmi dari Kementerian Transportasi Tiongkok mencatat bahwa selama libur tersebut, terjadi 1,467 miliar perjalanan lintas daerah, dengan rata-rata 293 juta perjalanan per hari. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 8 persen dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year).

Kenaikan mobilitas tersebut berdampak langsung pada konsumsi bahan bakar minyak (BBM), terutama bensin dan solar, yang digunakan untuk keperluan transportasi massal dan pribadi. Analis energi menyebut bahwa lonjakan ini memberikan sinyal kuat tentang pemulihan konsumsi energi di negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

"Libur panjang di Tiongkok selalu menjadi indikator penting bagi tren permintaan musiman minyak. Data transportasi menunjukkan mobilitas tinggi yang mendorong konsumsi BBM, dan ini tercermin langsung dalam harga minyak global," ujar analis energi dari Reuters, John Kemp.

Faktor Tambahan: Dolar AS Melemah

Selain faktor permintaan, pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) turut memberikan kontribusi terhadap penguatan harga minyak. Seperti diketahui, harga minyak dunia sebagian besar diperdagangkan dalam denominasi dolar. Ketika nilai tukar dolar melemah, maka komoditas ini menjadi lebih murah bagi pembeli dari luar Amerika Serikat yang menggunakan mata uang lain, sehingga mendorong peningkatan pembelian.

“Pelemahan dolar AS menjadi angin segar bagi pasar komoditas. Ini menciptakan kondisi yang lebih menarik bagi investor global untuk membeli minyak mentah,” ujar Kemp lebih lanjut.

Implikasi Global dan Prospek Jangka Pendek

Kenaikan harga minyak ini membawa dampak langsung terhadap negara-negara pengimpor energi yang bergantung pada pasokan global, termasuk Indonesia. Di sisi lain, bagi negara pengekspor minyak, momentum ini menjadi peluang untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor migas.

Beberapa analis memperkirakan harga minyak akan terus menunjukkan tren positif selama beberapa minggu ke depan jika permintaan global tetap tinggi dan tidak terjadi gangguan pasokan. Namun, mereka juga mengingatkan adanya potensi ketidakpastian yang bisa datang dari faktor geopolitik maupun kebijakan suku bunga global yang masih berubah-ubah.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index