IHSG Anjlok 9,19 Persen Usai Libur Panjang, BEI Aktifkan Trading Halt

Selasa, 08 April 2025 | 13:40:09 WIB
IHSG Anjlok 9,19 Persen Usai Libur Panjang, BEI Aktifkan Trading Halt

Jakarta - Pasar saham Indonesia dibuka dengan kejutan besar setelah libur panjang Hari Raya Nyepi dan Idulfitri 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung terjun bebas hingga 9,19 persen ke level 5.912,06 pada sesi pembukaan perdagangan Selasa pagi, turun tajam dari posisi penutupan sebelumnya di level 6.510,62.

Pelemahan tajam ini mendorong PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan tindakan tegas dengan mengaktifkan trading halt atau penghentian sementara perdagangan tepat pada pukul 09:00:00 WIB, berdasarkan waktu sistem perdagangan Jakarta Automated Trading System (JATS). Hal ini sesuai prosedur yang berlaku ketika IHSG terkoreksi lebih dari 5 persen dalam waktu singkat, Selasa, 8 April 2025.

"BEI melakukan upaya ini dalam rangka menjaga perdagangan saham agar senantiasa teratur, wajar, dan efisien," ujar Kautsar Primadi Nurahmad, Sekretaris Perusahaan BEI, dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa, 8 April 2025.

Kautsar menjelaskan bahwa kebijakan tersebut mengacu pada Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas, yang diperkuat dengan Surat Keputusan Direksi BEI nomor Kep-00002/BEI/04-2025.

Setelah 30 menit dihentikan, perdagangan kembali dilanjutkan pada pukul 09:30:00 WIB tanpa perubahan jadwal.

Semua Sektor Terkoreksi, Teknologi Paling Parah

Penurunan IHSG terjadi secara menyeluruh, dengan seluruh sektor utama di pasar modal mengalami koreksi signifikan. Sektor teknologi menjadi yang paling terpukul, dengan penurunan mencapai 10,38 persen, disusul sektor keuangan yang melemah 7,56 persen.

Kondisi ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap volatilitas pasar global dan potensi tekanan eksternal yang meningkat pasca libur panjang.

Saham Perbankan Bluechip Berguguran

Saham-saham unggulan sektor perbankan, khususnya kelompok bluechip, mengalami penurunan tajam. Salah satu saham paling terpukul adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang ambles hingga 12,94 persen ke harga Rp7.500 per lembar saham.

Tak hanya BBCA, bank-bank pelat merah juga ikut terguncang:

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI): turun 14,56 persen ke level Rp3.460

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI): terkoreksi 13,46 persen ke harga Rp4.500

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI): melemah 13,21 persen ke posisi Rp3.680

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN): jatuh 10,73 persen ke harga Rp790

Bank Digital dan Syariah Tak Luput dari Koreksi

Selain bank konvensional, saham-saham bank digital dan syariah juga tidak mampu menghindari tekanan pasar. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mengalami penurunan tajam 12,39 persen ke level Rp2.050, sementara saham bank digital seperti PT Bank Jago Tbk (ARTO) jatuh lebih dalam, yakni 14,68 persen ke posisi Rp1.250.

Analis: Investor Cemas, Sentimen Global Jadi Pemicu

Sejumlah analis pasar modal menilai penurunan tajam IHSG kali ini dipicu oleh kombinasi faktor domestik dan eksternal. Pasar tampaknya bereaksi negatif terhadap ketidakpastian global seperti kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed, ketegangan geopolitik, serta potensi perlambatan ekonomi global.

“Investor masih menunggu arah kebijakan ekonomi baru pasca Lebaran. Sementara itu, tekanan global belum mereda, dan hal ini membuat pelaku pasar memilih wait and see atau melakukan aksi ambil untung,” ungkap seorang analis senior pasar modal yang enggan disebutkan namanya.

Langkah Selanjutnya: BEI dan Regulator Waspada

BEI menegaskan akan terus memantau kondisi pasar secara ketat dan siap mengambil langkah lanjutan apabila diperlukan. Selain itu, regulator dan otoritas pasar keuangan diharapkan bisa memberikan sinyal stabilitas untuk menenangkan pasar.

Dalam jangka pendek, investor disarankan untuk lebih selektif dalam memilih saham dan memperhatikan fundamental emiten.

Terkini