Jakarta — Maskapai nasional Garuda Indonesia mengumumkan rencana ekspansi armada besar-besaran dengan menargetkan pengoperasian 100 unit pesawat pada akhir tahun 2025. Langkah ini menjadi bagian dari strategi perusahaan dalam memperkuat kapasitas produksi di tengah tren pemulihan industri penerbangan pascapandemi, Selasa, 8 April 2025.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, menyatakan bahwa peningkatan jumlah armada ini akan dilakukan secara bertahap, dengan tetap mengedepankan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG) dan mempertimbangkan permintaan pasar.
Strategi Pertumbuhan Di Tengah Tantangan Global
Ekspansi ini tidak lepas dari geliat positif sektor penerbangan, terutama setelah pelonggaran pembatasan mobilitas global. Menurut Wamildan, tren jumlah penumpang yang terus menunjukkan peningkatan menjadi indikator kuat bahwa pasar domestik dan internasional telah kembali pulih.
Namun demikian, ia juga menyoroti pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebagai tantangan yang tidak bisa diabaikan. Pasalnya, sebagian besar biaya operasional pesawat, termasuk sewa, dihitung dalam mata uang asing.
Skema Pengadaan Fleksibel: Wet Lease hingga Dry Lease
Untuk merealisasikan target tersebut, Garuda Indonesia saat ini tengah membuka berbagai opsi skema pengadaan pesawat. Skema tersebut mencakup penyewaan penuh dengan kru (wet lease atau ACMI) dan penyewaan tanpa kru (dry lease), guna menyesuaikan dengan kebutuhan operasional dan efisiensi biaya.
Sebagai gambaran, biaya sewa satu unit pesawat per bulan berada di kisaran US$300.000, atau setara dengan lebih dari Rp4,8 miliar (kurs Rp16.000 per dolar AS). Kenaikan nilai tukar tentunya akan berdampak langsung terhadap struktur biaya perusahaan.
Realisasi Penambahan Armada dan Capaian Operasional
Mengutip data dari Bisnis.com, sejak akhir 2024 hingga kuartal pertama 2025, Garuda Indonesia telah menerima dua pesawat narrow body jenis Boeing 737-800NG, yaitu dengan registrasi PK-GUF dan PK-GUG. Dua unit tambahan dengan tipe serupa, PK-GUH dan PK-GUI, direncanakan mulai beroperasi pada kuartal II 2025 setelah menyelesaikan tahapan perawatan teknis.
Langkah ini menjadi sinyal bahwa maskapai pelat merah tersebut serius dalam meningkatkan daya saing dan menjawab kebutuhan pasar yang terus berkembang.
Kinerja Positif: Penumpang Naik, Frekuensi Terbang Meningkat
Garuda Group menunjukkan kinerja positif sepanjang tahun 2024. Total jumlah penumpang yang diangkut mencapai 23,67 juta orang, tumbuh 18,54% dibandingkan dengan 2023 yang mencatat 19,97 juta penumpang. Dari total tersebut, Garuda Indonesia sebagai induk menyumbang 11,39 juta penumpang, sementara anak usahanya, Citilink, berkontribusi 12,28 juta penumpang.
Frekuensi penerbangan grup juga mengalami peningkatan sebesar 12,21%, dari 145.500 penerbangan pada 2023 menjadi 163.271 penerbangan pada 2024. Hal ini mencerminkan adanya pemulihan yang cukup solid di sektor penerbangan, baik di rute domestik maupun internasional.
Fokus Pada Efisiensi dan Peluang Pasar
Meski menunjukkan tren pertumbuhan yang menjanjikan, Garuda tetap akan bersikap hati-hati dan strategis dalam ekspansi. Selain menjaga efisiensi biaya, perusahaan juga akan terus memantau situasi global, termasuk geopolitik dan harga avtur, yang kerap memengaruhi biaya operasional.
Rencana ekspansi ini dinilai sebagai bagian dari upaya transformasi Garuda pascakrisis pandemi dan restrukturisasi utang. Dengan pendekatan yang lebih adaptif dan fleksibel, perusahaan berharap dapat memperkuat posisinya sebagai maskapai nasional yang kompetitif di kawasan Asia Tenggara.