JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan (BI Rate) hingga 50 basis poin (bps) pada kuartal II dan III tahun 2025. Prediksi ini muncul berdasarkan survei terbaru yang dilakukan oleh Bloomberg terhadap sejumlah ekonom. Penurunan ini dinilai sebagai langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional di tengah tekanan eksternal dan kebijakan fiskal dalam negeri.
Dikutip dari laporan Bloomberg, Jumat 28 Maret 2025, para ekonom memproyeksikan BI akan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 5,5% pada akhir kuartal II/2025. Penurunan lanjutan sebesar 25 bps juga diperkirakan akan terjadi pada kuartal III/2025, sehingga suku bunga acuan berpotensi mencapai 5,25% sebelum akhir tahun.
Tekanan Ekonomi dan Inflasi yang Melandai
Prediksi pemangkasan suku bunga ini berkaitan erat dengan kondisi inflasi yang terus menunjukkan tren penurunan. Para ekonom yang disurvei memperkirakan inflasi harga konsumen hanya sebesar 1,15% pada kuartal pertama tahun ini, lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya yang mencapai 1,85%. Dengan tren ini, inflasi sepanjang tahun 2025 diprediksi berada di kisaran 2,1%, masih dalam rentang target BI yang berada pada kisaran 2%-4%.
Keputusan BI untuk memangkas suku bunga juga tidak terlepas dari dinamika nilai tukar rupiah serta perkembangan di pasar saham domestik. Beberapa faktor eksternal seperti kebijakan tarif Amerika Serikat dan ketidakpastian ekonomi global turut menjadi pertimbangan utama dalam kebijakan moneter BI.
Dampak Kebijakan Ekonomi Pemerintahan Prabowo
Selain faktor eksternal, kebijakan ekonomi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto juga menjadi perhatian utama dalam pergerakan BI Rate. Para analis menyoroti beberapa aspek kebijakan fiskal yang diterapkan, termasuk pengelolaan defisit anggaran dan program stimulus ekonomi yang berpotensi meningkatkan tekanan terhadap stabilitas moneter.
Dalam beberapa bulan terakhir, BI telah mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75%, meskipun tekanan terhadap nilai tukar rupiah terus meningkat. Namun, dengan proyeksi inflasi yang lebih terkendali dan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemangkasan BI Rate menjadi langkah yang dipandang sebagai respons yang wajar.
Reaksi Pasar dan Prospek Suku Bunga ke Depan
Sejumlah pelaku pasar menyambut baik kemungkinan pemangkasan suku bunga ini, mengingat langkah tersebut dapat meningkatkan daya beli masyarakat serta memperkuat daya saing sektor usaha. "Jika BI benar-benar memangkas suku bunga sebesar 50 bps hingga akhir tahun, kita bisa melihat peningkatan aktivitas ekonomi yang lebih solid, terutama di sektor riil dan investasi," ujar seorang ekonom senior yang diwawancarai oleh Bloomberg.
Meski demikian, masih terdapat sejumlah tantangan yang perlu diwaspadai. Penguatan dolar AS, kebijakan moneter bank sentral global, serta kondisi geopolitik dunia dapat mempengaruhi stabilitas rupiah dan kebijakan suku bunga di dalam negeri.
Dengan berbagai faktor tersebut, keputusan final mengenai kebijakan BI Rate masih akan bergantung pada perkembangan ekonomi domestik dan global dalam beberapa bulan ke depan. Namun, dengan sinyal yang ada saat ini, pemangkasan suku bunga tampaknya menjadi salah satu opsi utama yang akan dipertimbangkan oleh Bank Indonesia untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional.