Jakarta - Seorang nenek berusia 64 tahun, Ni Wayan Mara, meninggal dunia setelah mengalami luka bakar parah akibat ledakan kompor gas di rumahnya di Banjar Pungutan, Desa Tri Eka Bhuana, Kecamatan Sidemen, Karangasem. Korban sempat mendapatkan perawatan di RSUD Klungkung sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir pada Jumat, 14 Maret 2025.
Jenazahnya telah dimakamkan pada Sabtu, 15 Maret 2025, setelah sebelumnya sempat mendapatkan perawatan intensif sejak insiden terjadi pada Selasa, 4 Maret 2025.
Ledakan Kompor Gas Saat Memasak Air
Perbekel Tri Eka Bhuana, I Gede Artayasa, mengungkapkan bahwa korban tinggal sendirian di rumah yang cukup jauh dari tetangga, sementara anak-anaknya berdomisili di Denpasar, Selasa, 18 Maret 2025.
“Sekitar pukul 22.00 Wita, korban diduga sedang memasak air saat terjadi kebocoran gas LPG 3 kg. Bocornya gas menyebabkan ledakan yang mengakibatkan luka bakar parah di tubuh dan wajah korban,” ujar Artayasa, Senin, 17 Maret 2025.
Ledakan tersebut terdengar oleh tetangga terdekat yang langsung mendatangi rumah korban. Saat ditemukan, Ni Wayan Mara tergeletak dengan tubuh penuh luka bakar. Selain itu, kompor gas dan tabung LPG 3 kg terlihat gosong, sementara atap dapur mengalami kerusakan parah akibat ledakan.
Korban segera dilarikan ke RSUD Klungkung untuk mendapatkan pertolongan medis. Setelah beberapa hari menjalani perawatan, kondisinya sempat membaik hingga diperbolehkan pulang pada Selasa, 11 Maret 2025. Namun, pada Kamis, 13 Maret 2025, korban kembali ke rumah sakit untuk kontrol. Sehari setelahnya, ia mengeluhkan sakit perut dan kembali dilarikan ke RSUD Klungkung sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada pukul 16.30 Wita, Jumat, 14 Maret 2025.
Penanganan Darurat dan Bantuan BPJS Kesehatan
Saat kejadian, I Gede Artayasa mengaku langsung berkoordinasi dengan perangkat desa serta staf Kecamatan Sidemen untuk memastikan korban mendapat pertolongan.
“Saya menerima telepon warga sekitar pukul 00.05 Wita, Rabu, 5 Maret 2025. Saya langsung mengurus korban ke RSUD Klungkung, meskipun saat itu tidak membawa identitas. Agar bisa mendapatkan layanan BPJS Kesehatan, saya sebagai Perbekel menjadi penjamin dengan menyerahkan KTP saya,” jelasnya.
Korban mengalami luka bakar cukup serius, terutama di bagian wajah yang kulitnya terkelupas akibat paparan api.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, Ida Ketut Arimbawa, menyatakan bahwa pihaknya telah menerima laporan awal terkait insiden ledakan kompor gas tersebut.
“Kami mendapatkan laporan melalui telepon, tetapi kabar bahwa korban meninggal dunia baru saya dengar belakangan ini,” kata Arimbawa.
Sebagai bentuk kepedulian, BPBD Karangasem akan mengupayakan santunan untuk membantu keluarga korban dalam proses upacara adat.
“Saya masih menunggu laporan tertulis dari Perbekel Tri Eka Bhuana sebagai dasar pengajuan santunan ke Provinsi Bali,” imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Karangasem, I Nyoman Soko Wijaya. Ia menegaskan bahwa pihaknya akan melengkapi administrasi yang dibutuhkan agar bantuan bisa segera dicairkan.
“Saya awalnya hanya menerima laporan terkait ledakan kompor gas. Terkait meninggalnya korban, saya masih menunggu laporan tertulis dari Perbekel Tri Eka Bhuana untuk melengkapi syarat administrasi guna mendapatkan bantuan dari pemerintah provinsi,” ungkapnya.
Peringatan Bahaya Kebocoran Gas
Insiden ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat untuk lebih waspada dalam menggunakan tabung gas LPG, terutama dalam memastikan kondisi selang dan regulator dalam keadaan baik. Pemerintah daerah pun mengimbau warga untuk selalu mengecek peralatan memasak guna menghindari kejadian serupa di masa mendatang.
Peristiwa tragis yang menimpa Ni Wayan Mara menjadi pelajaran penting tentang pentingnya keselamatan dalam penggunaan gas LPG. Pemerintah desa bersama BPBD Karangasem berkomitmen untuk terus memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai langkah-langkah pencegahan kebakaran akibat kebocoran gas.