Harga Minyak Melonjak 2% Lebih pada Rabu, 13 Maret 2025, Dipicu Data Persediaan Minyak AS yang Lebih Ketat dari Perkiraan

Kamis, 13 Maret 2025 | 12:53:23 WIB
Harga Minyak Melonjak 2% Lebih pada Rabu, 13 Maret 2025, Dipicu Data Persediaan Minyak AS yang Lebih Ketat dari Perkiraan

Jakarta - Harga minyak global mengalami lonjakan signifikan pada Rabu, 12 Maret 2025, dengan harga minyak Brent dan West Texas Intermediate (WTI) masing-masing mencatatkan kenaikan lebih dari 2%. Kenaikan ini dipicu oleh data terbaru dari pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan bahwa persediaan minyak dan bahan bakar di AS lebih ketat dari yang diperkirakan oleh para analis.

Mengutip laporan dari Reuters, harga minyak Brent ditutup naik US$ 1,39 atau sekitar 2%, menjadi US$ 70,95 per barel, sementara harga minyak mentah WTI AS tercatat naik US$ 1,43 atau 2,2%, mencapai US$ 67,68 per barel. Lonjakan harga ini mencerminkan pergerakan pasar yang didorong oleh penurunan persediaan minyak yang lebih kecil dari perkiraan, Kamis, 13 Maret 2025.

Data Pemerintah AS Tunjukkan Penurunan Persediaan Bensin yang Signifikan

Laporan yang dirilis oleh Departemen Energi AS menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS meningkat 1,4 juta barel selama sepekan terakhir, namun angka ini lebih rendah dari perkiraan para analis yang memperkirakan kenaikan sebesar 2 juta barel. Meski ada peningkatan persediaan minyak mentah, penurunan signifikan terjadi pada stok bensin dan distilat, yang mencerminkan permintaan yang lebih kuat di pasar.

Stok bensin AS turun 5,7 juta barel, jauh lebih besar dari ekspektasi penurunan yang hanya 1,9 juta barel. Persediaan distilat, yang termasuk bahan bakar diesel, juga mengalami penurunan yang lebih besar dari yang diperkirakan.

Permintaan yang Lebih Kuat Dorong Kenaikan Harga Minyak

Josh Young, Chief Investment Officer di Bison Interests, menyebutkan bahwa penurunan persediaan yang lebih besar dari ekspektasi ini menunjukkan adanya permintaan yang lebih kuat dari yang diperkirakan sebelumnya. "Peningkatan stok minyak yang lebih kecil dari ekspektasi, serta penurunan signifikan dalam stok bensin dan diesel, mencerminkan permintaan yang lebih kuat. Hal ini dapat mendorong harga minyak naik lebih lanjut," kata Young, menanggapi lonjakan harga minyak yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

Lonjakan harga minyak ini juga tidak hanya dipengaruhi oleh faktor persediaan, tetapi juga oleh pergerakan mata uang global, terutama dolar AS. Giovanni Staunovo, analis dari UBS, menambahkan bahwa pelemahan dolar AS turut berperan dalam kenaikan harga minyak. "Harga minyak dalam beberapa hari terakhir juga terdorong oleh pelemahan dolar AS dan perubahan pandangan dari Energy Information Administration (EIA) yang kini tidak lagi memperkirakan adanya kelebihan pasokan minyak yang besar tahun ini," ungkap Staunovo.

Dolar AS Melemah, Membuat Minyak Lebih Terjangkau bagi Pembeli Global

Indeks dolar (DXY) pada hari Selasa, 11 Maret 2025, tercatat turun 0,5% dan berada di level terendah dalam lima bulan terakhir terhadap mata uang utama lainnya. Penurunan ini terjadi setelah pasar mencerna kebijakan tarif balasan antara AS dan Uni Eropa (UE) serta potensi terjadinya gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina. Pelemahan dolar AS ini membuat harga minyak menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, sehingga meningkatkan permintaan dari negara-negara konsumen minyak utama.

Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi Global Masih Membayangi

Meskipun harga minyak mengalami kenaikan, para investor tetap memperhatikan risiko perlambatan ekonomi, terutama di AS, yang dapat membatasi permintaan energi global. Selain itu, dampak tarif dan ketegangan geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina juga masih menjadi perhatian utama pasar energi global. Kekhawatiran ini terus membayangi prospek pertumbuhan ekonomi global, yang bisa mempengaruhi stabilitas harga minyak dalam jangka panjang.

Analis dan pelaku pasar terus memantau perkembangan terkait kebijakan tarif dan ketegangan geopolitik yang dapat mempengaruhi harga energi. Meskipun harga minyak telah naik tajam, faktor-faktor eksternal seperti kebijakan ekonomi global dan ketegangan geopolitik tetap menjadi faktor penentu yang bisa menyebabkan fluktuasi harga.

Prospek Harga Minyak ke Depan

Dengan data persediaan yang lebih ketat dari perkiraan dan melemahnya dolar AS, harga minyak diperkirakan akan tetap volatile dalam beberapa minggu mendatang. Kenaikan harga minyak ini memberikan tantangan tersendiri bagi negara-negara konsumen energi, terutama yang sangat bergantung pada impor minyak. Namun, dengan adanya pemulihan permintaan yang didorong oleh penguatan ekonomi di beberapa wilayah, pasar energi global akan terus mengalami dinamika.

Di sisi lain, kekhawatiran akan perlambatan ekonomi di AS dan dampak jangka panjang dari tarif serta ketegangan geopolitik masih bisa membayangi tren kenaikan harga minyak. Oleh karena itu, para pelaku pasar harus tetap waspada terhadap perkembangan situasi ekonomi global yang bisa mempengaruhi prospek harga minyak dalam jangka pendek hingga menengah.

Dengan kondisi pasar yang fluktuatif ini, para investor dan pihak terkait di sektor energi akan terus memantau perkembangan yang terjadi, baik dari sisi permintaan maupun pasokan energi global.

Terkini

Pemain Badminton Indonesia Bersiap Tampil di Hong Kong Open

Selasa, 09 September 2025 | 17:10:20 WIB

Real Madrid Siap Perkuat Pertahanan Jelang Musim Baru

Selasa, 09 September 2025 | 17:10:19 WIB

Barcelona Konfirmasi Rashford Akan Bertahan Sepanjang Musim

Selasa, 09 September 2025 | 17:10:18 WIB

4 Shio Besok Diprediksi Nikmati Hari dengan Energi Positif

Selasa, 09 September 2025 | 17:10:15 WIB