Jakarta - Harga minyak global mengalami pelemahan pada Kamis, 13 Maret 2025, setelah lonjakan yang terjadi pada hari sebelumnya. Penurunan ini dipengaruhi oleh kekhawatiran pasar terhadap dampak perang tarif yang semakin intensif terhadap pertumbuhan ekonomi global, meskipun ada sentimen positif yang berasal dari penurunan stok bensin Amerika Serikat (AS) yang lebih besar dari yang diperkirakan, Kamis, 13 Maret 2025.
Pada pukul 09.00 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2025 tercatat turun 7 sen atau 0,1% menjadi US$ 70,88 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman April 2025 melemah 11 sen atau 0,2% menjadi US$ 67,57 per barel. Meskipun demikian, kedua patokan harga minyak tersebut sempat mengalami kenaikan sekitar 2% pada hari Rabu, dipicu oleh data pemerintah AS yang menunjukkan persediaan minyak dan bahan bakar yang lebih ketat dari perkiraan.
Penurunan Stok Bensin AS Didorong oleh Permintaan Musiman yang Tinggi
Menurut data terbaru dari Badan Informasi Energi AS (EIA), stok minyak mentah AS mengalami kenaikan 1,4 juta barel pada minggu terakhir, meskipun lebih rendah dari perkiraan kenaikan sebesar 2 juta barel yang diharapkan oleh para analis. Meskipun demikian, penurunan yang jauh lebih signifikan terjadi pada stok bensin AS, yang turun 5,7 juta barel, jauh melampaui perkiraan penurunan sebesar 1,9 juta barel. Selain itu, stok sulingan juga mengalami penurunan lebih besar dari yang diantisipasi.
Hiroyuki Kikukawa, Kepala Strategi di Nissan Securities Investment, mengungkapkan bahwa penurunan stok bensin AS memperkuat ekspektasi peningkatan permintaan musiman menjelang musim semi. Namun, dia menekankan bahwa kekhawatiran terkait dampak ekonomi global dari perang tarif yang semakin sengit tetap membebani pasar. "Penurunan stok bensin AS meningkatkan ekspektasi untuk peningkatan permintaan musiman di musim semi, tetapi kekhawatiran tentang dampak ekonomi global dari perang tarif membebani pasar," ujar Kikukawa.
Menurutnya, kondisi pasar saat ini sulit untuk diprediksi, karena ada faktor-faktor kuat dan lemah yang berkembang secara bersamaan, sehingga pasar menjadi terombang-ambing dan sulit untuk condong ke satu arah yang jelas.
Dampak Perang Tarif AS-Eropa Terhadap Ekonomi Global
Ketegangan perdagangan yang melibatkan Amerika Serikat dan Uni Eropa juga semakin mempengaruhi sentimen pasar. Pada hari Rabu, Presiden AS Donald Trump mengancam untuk meningkatkan perang dagang global dengan memberlakukan tarif lebih lanjut pada barang-barang dari Uni Eropa. Ancaman ini datang setelah mitra dagang utama AS menyatakan akan membalas hambatan perdagangan yang telah ditetapkan oleh Trump.
Fokus Trump pada tarif dan kebijakan perdagangan proteksionis telah mengguncang kepercayaan investor, konsumen, dan dunia bisnis. Selain itu, kebijakan tersebut juga meningkatkan kekhawatiran akan kemungkinan resesi ekonomi di AS, yang turut berdampak pada prospek ekonomi global secara keseluruhan.
Produksi OPEC+ dan Tantangan dalam Kepatuhan terhadap Target Produksi
Di sisi lain, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengungkapkan dalam laporan bulanan bahwa produksi minyak mentah dari negara-negara anggota OPEC+ meningkat pada bulan Februari 2025. Kazakhstan memimpin lonjakan besar dalam produksi minyak mentah, yang merupakan tantangan bagi kelompok produsen untuk menegakkan kepatuhan terhadap target produksi yang telah disepakati bersama.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa OPEC+—yang terdiri dari OPEC, Rusia, dan sekutunya—meningkatkan produksi mereka sebesar 363.000 barel per hari pada bulan Februari, sehingga total produksi mereka mencapai 41,01 juta barel per hari. Meskipun ada lonjakan produksi ini, OPEC+ mempertahankan perkiraan mereka untuk pertumbuhan permintaan minyak global yang relatif kuat pada tahun 2025.
Volatilitas Pasar Minyak Diperkirakan Berlanjut
OPEC memperkirakan bahwa kekhawatiran perdagangan, yang terus berkembang seiring dengan kebijakan tarif yang diumumkan, akan berkontribusi terhadap volatilitas pasar minyak. Namun, organisasi tersebut juga mengungkapkan bahwa ekonomi global diperkirakan akan menyesuaikan diri seiring waktu, meskipun ada tantangan dari kebijakan perdagangan dan ketegangan geopolitik yang masih berlangsung.
Dengan faktor-faktor global yang saling bertolak belakang—penurunan stok bahan bakar di AS yang dapat memicu peningkatan permintaan energi, namun di sisi lain, ketegangan perdagangan yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi—harga minyak diperkirakan akan tetap volatil. Pasar energi global akan terus bergulat dengan berbagai faktor yang dapat memengaruhi prospek harga minyak dalam jangka pendek hingga menengah.
Prospek Harga Minyak ke Depan
Secara keseluruhan, meskipun ada beberapa faktor yang mendukung, seperti penurunan stok bensin AS, ketegangan perdagangan yang terjadi antara AS dan mitra dagang utamanya, termasuk Uni Eropa, dan lonjakan produksi OPEC+, membuat pasar energi global dipenuhi ketidakpastian. Volatilitas harga minyak dapat terus berlanjut, dan investor serta pengamat pasar energi harus tetap waspada terhadap perkembangan yang bisa mempengaruhi harga minyak dalam beberapa minggu dan bulan mendatang.