Pasar Otomotif Indonesia 2025: Gempuran Mobil Listrik China dan Peluang Bisnis Pembiayaan

Jumat, 07 Maret 2025 | 19:45:51 WIB
Pasar Otomotif Indonesia 2025: Gempuran Mobil Listrik China dan Peluang Bisnis Pembiayaan

Jakarta - Memasuki tahun 2025, pasar otomotif di Indonesia tengah mengalami transformasi besar dengan kehadiran banyak manufaktur otomotif baru asal China yang mulai memasarkan berbagai jenis mobil listrik. Dengan segmen harga yang kompetitif, mobil listrik asal negeri Tirai Bambu ini perlahan namun pasti mulai menarik minat konsumen di tanah air, Jumat, 7 Maret 2025.

Platform jual beli dan kredit mobil, Seva, melihat potensi besar dalam pembiayaan sektor mobil listrik ini. Dengan semakin beragamnya pilihan mobil listrik di pasaran, serta variasi rentang harga, Seva optimis bisa memanfaatkan tren ini untuk menggenjot penjualan. "Secara performa, kita belum bisa bilang cukup baik, kita baru mulai. Tetapi persentase penjualan mobil listrik memang semakin meningkat," ungkap David Thamrin, Product and Growth Division Head Seva, saat ditemui di Jakarta, Kamis, 6 Maret 2025.

Seva sendiri baru saja memulai kerja sama strategis dengan dua brand besar asal Tiongkok, BYD dan Wuling, untuk pembiayaan mobil listrik di Indonesia. BYD, sebagai salah satu pendatang baru di pasar ini, menawarkan lima model Electric Vehicle (EV) yaitu Dolphin, Atto 3, Seal, M6, dan Sealion 7. Selain itu, mereka juga menghadirkan MPV (Multi Purpose Vehicle) Denza D9 dengan harga yang bersaing, sekitar Rp 950 jutaan on the road Jakarta.

David Thamrin menambahkan bahwa di masa depan, Seva tidak menutup kemungkinan untuk menggandeng lebih banyak merek mobil listrik lainnya. "Ke depannya Seva punya rencana untuk semakin memperlengkap line up produk-produknya. Ada beberapa brand yang memang belum kerja sama, kita sedang penjajakan," tegasnya.

Sebelumnya, Seva mencatat pertumbuhan penjualan mobil yang signifikan sepanjang tahun 2024 dibandingkan 2023, dengan mencapai angka 17.400 BSTK (Berita Serah Terima Kendaraan). Meskipun pertumbuhan ini dihadapkan dengan berbagai tantangan, seperti kenaikan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) menjadi 12% dan opsen di sejumlah daerah luar Jakarta, permintaan terhadap mobil listrik tetap menunjukkan tren positif.

Menariknya, sejauh ini, mobil-mobil LCGC (low cost green car) masih menjadi primadona di kalangan konsumen Seva. Sebagian besar pelanggan yang memilih opsi ini adalah first car buyer, atau mereka yang baru pertama kali membeli kendaraan. "Ini adalah pasar yang menjanjikan, dan kami melihat potensi besar untuk memperkenalkan mobil listrik di segmen ini," kata David.

Tahun ini, Seva juga mengandalkan momen lebaran yang kerap dijadikan sebagai waktu pembelian mobil bagi masyarakat Indonesia, sebagai strategi untuk mendongkrak angka penjualan pada 2025. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan keuntungan beralih ke kendaraan ramah lingkungan, diharapkan bahwa penjualan mobil listrik akan semakin meningkat.

Melihat tren global dan kebijakan pemerintah yang mulai memprioritaskan kendaraan berteknologi bersih, pasar otomotif Indonesia berpotensi menjadi pemain kunci dalam industri kendaraan listrik. Dengan dukungan pembiayaan dari platform seperti Seva, konsumen lebih mudah mengakses dan memiliki mobil listrik, yang pada gilirannya akan turut mendorong perubahan menuju transportasi berkelanjutan di Indonesia.

Dalam beberapa tahun ke depan, kemitraan strategis dan penawaran produk yang lebih bervariasi diperkirakan akan membuat persaingan di pasar otomotif semakin ketat. Seva, dengan langkah-langkah strategis yang sudah dan akan diambil, berusaha menjadi pemain utama dalam memfasilitasi peralihan ke era mobilitas baru ini.

Terkini