Jakarta — Di awal tahun 2025, kereta api mencatatkan dirinya sebagai moda transportasi andalan di Provinsi Lampung. Berdasarkan data terbaru yang telah diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, kereta api berhasil menguasai 40,94 persen dari total penggunaan moda transportasi di daerah tersebut. Angka ini menjadikan kereta api sebagai moda angkutan terbesar di wilayah Lampung, mengalahkan moda transportasi lainnya, Selasa, 4 Maret 2025.
Menurut Muhammad Ilham Salam, Statistisi Ahli Madya dari BPS Provinsi Lampung, dominasi kereta api ini dapat dilihat dari jumlah penumpang yang berangkat melalui Stasiun Kereta Api Tanjung Karang pada Januari 2025. “Tercatat ada 73.991 orang yang menggunakan jasa kereta api di bulan tersebut,” ujar Ilham Salam. Walaupun begitu, angka ini mengalami penurunan sebesar 7,97 persen dibandingkan dengan jumlah penumpang pada Desember 2024 yang mencapai 80.399 orang.
Penurunan penumpang kereta api ini bisa jadi disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk perubahan kebiasaan masyarakat atau mungkin adanya peningkatan kemudahan akses moda transportasi lain. Namun, meskipun terjadi penurunan, kereta api tetap menjadi pilihan utama bagi masyarakat Lampung.
Tidak hanya kereta api, moda transportasi laut juga menunjukkan perubahan. Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni melaporkan peningkatan jumlah penumpang kapal ferry pada awal tahun ini. “Pada Januari 2025, tercatat 52.875 orang berangkat melalui pelabuhan ini, naik sebesar 1,74 persen dari Desember 2024,” jelas Ilham Salam. Kenaikan ini menunjukkan bahwa transportasi laut juga mulai menarik minat lebih dari masyarakat di awal tahun ini.
Sementara itu, dari sektor angkutan barang, Pelabuhan Panjang mengalami penurunan signifikan dalam volume barang yang dimuat. Pada Januari 2025, volume barang yang dimuat hanya mencapai 2.792.823 ton, turun 12,41 persen dari bulan sebelumnya yang mencapai 3.188.464 ton. Penurunan ini menjadi perhatian penting bagi sektor logistik dan perdagangan di wilayah Lampung.
Volume barang yang dibongkar di Pelabuhan Panjang juga mengalami sedikit penurunan. “Pada Januari 2025, barang yang dibongkar tercatat sebanyak 1.039.753 ton, turun 0,91 persen dibandingkan Desember 2024,” kata Ilham Salam. Faktor ini menandakan adanya tantangan dalam distribusi barang yang mungkin perlu diatasi oleh pihak terkait.
Berbeda dengan moda transportasi lain, transportasi udara di Lampung justru mengalami tantangan lebih besar. Bandara Radin Inten II mencatat penurunan yang cukup mengkhawatirkan pada jumlah penumpangnya. “Penumpang pesawat yang berangkat pada Januari 2025 hanya mencapai 53.868 orang, turun 10,01 persen dibandingkan dengan Desember 2024,” ungkap Ilham Salam. Penurunan juga terjadi pada jumlah penumpang yang tiba, yang mengalami penurunan mencapai 19,41 persen dari bulan sebelumnya.
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kereta api terus memegang peranan penting dalam mobilitas masyarakat Lampung, meskipun ada penurunan di berbagai sektor transportasi lainnya. "Moda kereta api tetap menjadi favorit masyarakat karena kenyamanannya dan aksesibilitas yang ditawarkan," tambah Ilham Salam.
Dengan situasi yang dinamis ini, BPS Provinsi Lampung terus memonitor tren dan perubahan dalam sektor transportasi di wilayah ini untuk memastikan keputusan kebijakan transportasi dapat tepat sasaran dalam meningkatkan kenyamanan dan efisiensi transportasi. Pihak terkait diharapkan dapat mempertimbangkan data ini untuk merencanakan pengembangan dan penyesuaian layanan transportasi guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang.