Jakarta - Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) terus bergulir dengan berbagai proyek strategis seperti hotel, perkantoran, dan rencana hunian komersial yang sudah mulai berdiri. Namun, hingga kini, belum ada tanda-tanda pengembangan proyek perumahan subsidi di kawasan ini. Lantas, apa yang membuat para pengembang masih menahan langkah untuk menghadirkan opsi rumah subsidi di IKN?
Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI), Joko Suranto, menyatakan bahwa keinginan untuk mendirikan rumah subsidi di IKN tetap ada, namun tidak dalam waktu dekat. “Apakah REI mau bangun rumah subsidi di IKN? Of Course, pasti lah pada saatnya,” tegas Joko dalam acara Diskusi Media 'Menyelisik Kinerja 100 Hari Kementerian PKP' di Bellezza Hotel & Suite, Jakarta Selatan, Jumat, 28 Februari 2025.
Menurut Joko, keputusan untuk membangun rumah subsidi akan lebih realistis ketika populasi di IKN sudah meningkat dan didukung dengan fasilitas umum yang memadai, seperti rumah sakit dan sekolah. Faktor-faktor ini dinilai dapat mendorong masyarakat untuk bertransisi ke IKN. “Tahun 2028 saja baru mau pindah, kalau kita bangun sekarang atau 2026 kita mengikuti jejaknya Roro Jonggrang. Padahal, kita kan pelaku usaha, kita kan bangun untuk masyarakat. Kalau masyarakatnya belum ada, berarti kita bangun FLPP rasa Roro Jonggrang,” jelasnya.
Kesadaran akan pentingnya permintaan pasar juga disuarakan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi), Junaidi Abdillah. Ia menegaskan bahwa pihaknya akan mempertimbangkan pembangunan rumah subsidi berdasarkan prinsip supply and demand. “Pada prinsipnya kami belum bisa jawab karena kami itu bicaranya supply and demand,” tuturnya.
Senada dengan Junaidi, Ketua Umum DPP Asosiasi Pengembang dan Pemasar Rumah Nasional (Asprumnas), M Syawali, juga menekankan pentingnya memantau permintaan pasar sebelum melangkah lebih jauh. Kendati demikian, Asprumnas telah mempersiapkan lahan di Samarinda seluas 350 hektar untuk pembangunan rumah subsidi bila dibutuhkan. “Tentunya kita harus lebih memprioritaskan captive market. Kalau di sana masih sepi sunyi kami dari Asprumnas juga belum memulai (bangun rumah subsidi),” ungkap Syawali.
Pengembangan lahan di IKN juga turut dipikirkan oleh Ketua Umum Aliansi Pengembang Perumahan Nasional Jaya (Apernas Jaya), Andriliwan Mohamad atau lebih dikenal sebagai Andre Bangsawan. Meski lahan dekat titik 0 KM IKN telah dipersiapkan, Andre mengungkapkan bahwa belum ada keinginan untuk membangun dalam waktu dekat. “IKN kami dukung, tapi kalau membangun di sana ya kami dari Apernas Jaya belum ada keinginan, tapi kami sudah menyiapkan lahan,” katanya.
Meski geliat pengembangan rumah subsidi di IKN masih menunggu waktu, persiapan dan strategi para pengembang menunjukkan komitmen mereka untuk mendukung infrastruktur baru di ibu kota mendatang ini. Dengan perlahan berjalannya waktu dan tersedianya fasilitas umum, diharapkan adanya peningkatan populasi dan permintaan yang bisa mendorong terealisasinya proyek rumah subsidi di IKN. Potensi ini tentu membuka peluang signifikan bagi perkembangan sektor properti serta menyediakan opsi hunian terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah di masa depan.
Tren dan dinamika yang terjadi pada pembangunan IKN menunjukkan betapa strategisnya perencanaan dan pengelolaan pembangunan perkotaan dalam konteks yang lebih besar, selaras dengan kebutuhan dan daya beli masyarakat. Sambil menunggu waktunya, para pengembang tetap waspada dan siap untuk mengambil langkah ketika momentum tepat tiba.