Pasar Lahan Industri Jabodetabek Tunjukkan Pemulihan

Senin, 25 Agustus 2025 | 09:33:16 WIB
Pasar Lahan Industri Jabodetabek Tunjukkan Pemulihan

JAKARTA - Perkembangan sektor industri di kawasan Jabodetabek menunjukkan arah baru sepanjang semester pertama 2025. Tidak hanya ditandai dengan stabilitas harga dan pasokan yang terus bertambah, tetapi juga mulai muncul tanda pemulihan setelah sempat melambat pada tahun sebelumnya. Pergeseran tren ini tak lepas dari meningkatnya minat investor dan ekspansi ke wilayah-wilayah alternatif di luar pusat industri tradisional.

Laporan riset kuartalan dari Colliers Indonesia pada periode April–Juni 2025 memberikan gambaran bahwa dinamika pasar lahan industri kini semakin beragam. Setiap kawasan memiliki peran tersendiri dalam membentuk peta pengembangan industri yang lebih luas, terutama di sekitar Jakarta.

Menurut Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia, kondisi pasar memang belum sepenuhnya kembali ke level seperti tahun sebelumnya. Namun, sinyal kebangkitan sudah mulai terlihat. “Kendati total penjualan masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, namun tanda-tanda pemulihan mulai terlihat, terutama pada kuartal kedua yang mencatat lonjakan cukup besar,” jelasnya.

Pusat Aktivitas Baru di Jabodetabek

Sejumlah kawasan menonjol sebagai pusat aktivitas industri. Artha Industrial Hill (AIH) dan Modern Cikande menjadi contoh yang paling mencuri perhatian. Lonjakan permintaan dari sektor manufaktur dan energi terbarukan membuat kawasan ini semakin hidup, terlebih dengan masuknya investasi dari perusahaan asal China.

Namun tren tidak berhenti di situ. Daerah Purwakarta dan Subang mulai mencuri perhatian sebagai alternatif baru. Ketersediaan lahan yang masih luas, ditambah percepatan pembangunan infrastruktur—terutama dengan beroperasinya Pelabuhan Patimban—menjadi daya tarik tersendiri bagi investor yang mencari lokasi strategis sekaligus efisien.

Harga Stabil, Pasar Lebih Seimbang

Hal menarik lainnya adalah pergerakan harga lahan industri yang relatif stabil. Stabilitas ini bukan sekadar cermin dari daya tarik pasar, tetapi juga menandakan adanya sikap lebih berhati-hati dari para pengembang. Mereka menjaga agar harga tidak melambung terlalu tinggi, sehingga kawasan tetap kompetitif dan menarik di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian.

Ferry menegaskan bahwa keseimbangan pasar adalah kunci untuk menjaga daya saing. “Stabilitas harga lahan mencerminkan pasar yang relatif seimbang, sekaligus menunjukkan sikap lebih hati-hati para pengembang dalam menjaga daya saing kawasan industri,” ungkapnya.

Strategi Pengembang dalam Menyongsong Perubahan

Dalam kondisi yang terus berubah, pengembang dituntut untuk lebih fleksibel. Ada beberapa langkah penting yang disarankan Colliers agar kawasan industri tetap berkembang.

Pertama, ketika melakukan ekspansi ke wilayah baru seperti Subang atau Purwakarta, pengembang harus memastikan adanya dukungan infrastruktur yang memadai. Hal ini dapat diperkuat dengan insentif investasi maupun penyederhanaan prosedur perizinan agar investor semakin tertarik.

Kedua, menjalin kemitraan dengan sektor-sektor yang sedang naik daun akan menjadi langkah strategis. Industri manufaktur berteknologi tinggi, energi terbarukan, serta logistik diprediksi terus tumbuh dan akan banyak membutuhkan lahan industri yang siap pakai.

“Terakhir, menjaga stabilitas harga sambil tetap responsif terhadap permintaan pasar akan membantu pengembang tetap kompetitif di tengah kenaikan biaya dan ketidakpastian global,” tambah Ferry.

Bekasi dan Karawang Bukan Satu-Satunya Magnet

Selama ini Bekasi dan Karawang dikenal sebagai pusat aktivitas industri di Jabodetabek. Namun keterbatasan pasokan membuat investor mulai melirik wilayah lain. Serang, Purwakarta, dan Subang muncul sebagai opsi baru yang tak kalah potensial.

Colliers mencatat bahwa pasokan lahan industri kini semakin terkonsentrasi di wilayah-wilayah tersebut. Pergeseran ini menandai perubahan signifikan dalam peta pertumbuhan industri, yang tidak lagi hanya terfokus pada kawasan lama tetapi merambah ke daerah baru yang menawarkan banyak keuntungan.

Ferry menambahkan, “Wilayah pengembangan baru ini menawarkan lahan lebih luas, harga lebih kompetitif, serta dukungan infrastruktur yang terus berkembang.”

Prospek ke Depan

Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin pusat gravitasi industri di Jabodetabek akan mengalami pergeseran yang lebih permanen. Masuknya investor besar, terutama dari sektor energi bersih dan manufaktur teknologi tinggi, bisa mempercepat transformasi tersebut.

Selain itu, keberadaan infrastruktur seperti Pelabuhan Patimban, jaringan jalan tol baru, dan pengembangan kawasan logistik modern akan semakin memperkuat daya tarik wilayah timur dan barat Jabodetabek sebagai episentrum baru industri nasional.

Meski tantangan tetap ada—mulai dari biaya produksi yang meningkat hingga ketidakpastian ekonomi global—namun arah positif ini memberi sinyal kuat bahwa sektor industri Indonesia masih memiliki daya tahan. Pemulihan pasar lahan industri di Jabodetabek bukan hanya sekadar rebound sesaat, tetapi bisa menjadi fondasi bagi pertumbuhan jangka panjang.

Terkini