Jakarta Melangkah Maju Menuju Kota Global Berkelanjutan

Minggu, 22 Juni 2025 | 15:27:10 WIB
Jakarta Melangkah Maju Menuju Kota Global Berkelanjutan

JAKARTA - Jakarta kini tengah menatap masa depan dengan ambisi besar menjadi kota global yang berbudaya dan berkelanjutan. Ambisi ini tertuang secara resmi melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2024 tentang Daerah Khusus Jakarta (DKJ), yang menegaskan posisi Jakarta sebagai pusat perekonomian nasional sekaligus kota global, meski sudah tidak lagi berstatus ibu kota negara. Visi besar ini menuntut Jakarta untuk mampu bersaing secara internasional, menarik investasi, sumber daya manusia berkualitas, dan inovasi untuk membangun kota yang maju dan ramah lingkungan.

Visi Jakarta sebagai Kota Global Berkelanjutan

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2025, pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan visi menjadi kota global yang “maju, berdaya saing, dan berkelanjutan.” Enam indikator utama dijadikan acuan pencapaian visi tersebut, salah satunya adalah menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman, dan berkelanjutan bagi seluruh warga.

Untuk mewujudkan visi tersebut, pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah konkret, termasuk memperkuat koordinasi kawasan aglomerasi Jabodetabekjur (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur). UU DKJ secara eksplisit mengatur pentingnya sinergi antarwilayah dalam pengelolaan isu lingkungan seperti banjir, pengelolaan sampah, energi, dan air bersih. Hal ini penting karena persoalan lingkungan Jakarta tidak bisa diselesaikan secara parsial tanpa melibatkan kota-kota penyangga di sekitarnya.

Tantangan Lingkungan dan Perubahan Iklim

Visi Jakarta sebagai kota global juga menjadi momentum penting dalam memperbaiki arah pembangunan kota, yang kini harus tidak hanya mengandalkan kekuatan ekonomi, tetapi juga menitikberatkan pada keberlanjutan ekologis dan ketahanan terhadap perubahan iklim. Jakarta dituntut mampu menjadi pelopor dalam inovasi hijau serta memperkuat komitmen pada agenda iklim internasional.

Kota global cenderung lebih aktif mengambil peran dalam aksi iklim dibandingkan pemerintah pusat. Artinya, jika Jakarta mampu meningkatkan kualitas lingkungan dan mengambil peran proaktif dalam aksi iklim lokal, bukan tidak mungkin kota ini akan lebih cepat mendapatkan pengakuan global sebagai kota yang berkelanjutan dan inovatif.

Realitas Peringkat Jakarta di Kancah Global

Namun, perjalanan Jakarta menuju status kota global yang berkelanjutan masih panjang dan penuh tantangan. Dalam The Global Cities Report 2024 yang dikeluarkan oleh konsultan internasional Kearney, Jakarta menempati posisi ke-74 dari 156 kota yang dinilai. Data lain dari Oxford Economics Global Cities Index 2025 menempatkan Jakarta di peringkat ke-159, jauh di bawah Singapura (peringkat 21) dan Kuala Lumpur (peringkat 79).

Meski Jakarta memiliki keunggulan di sektor ekonomi dan sumber daya manusia, namun dalam hal kualitas kehidupan, lingkungan, dan tata kelola, posisi Jakarta jauh tertinggal, berada pada peringkat ke-400 dunia. Kondisi ini menunjukkan bahwa meski menjadi pusat ekonomi Indonesia, kualitas lingkungan dan tata kelola Jakarta masih belum cukup untuk mendukung ambisi menjadi kota global yang berkelanjutan.

Masalah Kualitas Lingkungan yang Mendesak

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Jakarta adalah kualitas lingkungan yang terus memburuk akibat pembangunan masif. Data dari berbagai lembaga menunjukkan bahwa sekitar 97,9 persen lahan Jakarta kini sudah menjadi lahan terbangun, dengan ruang terbuka hijau (RTH) yang sangat minim. Padahal, pada 1982, lahan terbangun Jakarta baru mencapai 78,5 persen.

Alih fungsi lahan resapan air menjadi permukiman dan kawasan bisnis memperlemah daya dukung lingkungan Jakarta. Contohnya, wilayah Jakarta Selatan yang sebelumnya berfungsi sebagai area resapan air kini dipenuhi perumahan dan gedung perkantoran sehingga meningkatkan risiko banjir kronis. Data menunjukkan lebih dari 50 persen banjir di Jakarta disebabkan oleh hujan lokal, bukan kiriman air dari hulu seperti Bogor.

Ahli limnologi dari BRIN, Muhammad Fakhrudin, menjelaskan, “Kondisi tanah di Jakarta saat ini sudah tidak mampu menyerap air secara efektif, sehingga banjir menjadi masalah yang kerap terjadi.” Selain itu, fenomena urban heat island (UHI) juga semakin terasa akibat dominasi lahan terbangun tanpa penghijauan yang memadai. Dari 2004 hingga 2020, suhu rata-rata Jakarta naik dari 27,9 derajat Celsius menjadi 28,7 derajat Celsius.

Dampak Kualitas Lingkungan Terhadap Citra Global Jakarta

Kondisi lingkungan yang buruk ini turut menurunkan daya saing Jakarta sebagai kota global. Jakarta berada di peringkat ke-45 dari 48 kota dan menempati posisi kedua terburuk dalam kategori lingkungan, hanya di atas Kairo. Hal ini menunjukkan bahwa masalah lingkungan menjadi hambatan besar dalam meningkatkan reputasi Jakarta di kancah internasional.

Pembangunan ekonomi dan infrastruktur memang penting, namun Jakarta kini menghadapi tantangan agar pembangunan tidak merusak lingkungan. Penataan ruang harus mengedepankan fungsi ekologi, termasuk pengembalian ruang terbuka hijau sebagai alat pengendali iklim mikro kota. Program penghijauan dan pengembangan transportasi massal yang ramah lingkungan juga perlu menjadi prioritas.

Tantangan Transportasi dan Mobilitas Kota

Selain kualitas lingkungan, aspek transportasi dan mobilitas menjadi salah satu kelemahan Jakarta dalam persaingan global. Dalam Cities in Motion Index (CIMI) 2024, Jakarta berada di peringkat ke-177, yang merupakan salah satu posisi terendah. Hal ini menunjukkan bahwa sistem transportasi umum dan kemudahan mobilitas masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah kota.

Perlu Keberanian Politik dan Kolaborasi

Transformasi Jakarta menjadi kota global yang hijau dan berkelanjutan memerlukan keberanian politik dan inovasi kebijakan. Selain itu, partisipasi aktif masyarakat dan keterlibatan sektor swasta serta akademisi menjadi kunci sukses pengelolaan lingkungan yang holistik dan berkelanjutan.

Dengan pendekatan kolaboratif dan komitmen bersama, Jakarta dapat mengatasi berbagai tantangan dan mewujudkan impiannya sebagai kota global yang tidak hanya maju dan berdaya saing, tetapi juga ramah lingkungan dan layak huni bagi generasi mendatang.

Terkini