JAKARTA – Di tengah arus digitalisasi yang terus berkembang pesat, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia menghadapi tantangan sekaligus peluang besar. Transformasi digital kini menjadi kunci utama bagi pelaku UMKM untuk meningkatkan daya saing, baik di pasar domestik maupun global.
UMKM telah lama menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM di Indonesia mencapai lebih dari 64 juta unit usaha. Kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional juga sangat signifikan, yakni sekitar 60%. Namun, di balik angka besar tersebut, masih banyak pelaku UMKM yang belum mampu mengadopsi teknologi digital secara optimal.
Digitalisasi membuka peluang baru dalam berbagai aspek usaha UMKM, mulai dari efisiensi operasional, strategi pemasaran yang lebih efektif, hingga akses ke pasar yang lebih luas. Platform seperti e-commerce, media sosial, dan layanan keuangan digital menjadi alat penting dalam menunjang perkembangan UMKM di era modern.
Namun, tantangan dalam mengadopsi teknologi digital tidaklah kecil. Banyak UMKM di daerah masih terkendala infrastruktur yang belum memadai, keterbatasan literasi digital, hingga persoalan modal usaha. Tanpa dukungan yang kuat dan berkelanjutan, digitalisasi UMKM dikhawatirkan akan berjalan lambat dan tidak merata.
Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Rudiantara, dalam seminar nasional UMKM Digital 2024 menyampaikan bahwa transformasi digital bukan lagi sekadar pilihan, tetapi keharusan. "Transformasi digital bukan sekadar tren, tapi keharusan. UMKM yang tidak bertransformasi akan tertinggal dan sulit bersaing, bahkan di pasar lokal," tegas Rudiantara.
Menurutnya, agar transformasi digital dapat berlangsung efektif dan inklusif, diperlukan sinergi dari berbagai pihak—pemerintah, sektor swasta, hingga akademisi. Kolaborasi lintas sektor dibutuhkan untuk membentuk ekosistem digital yang sehat, inklusif, dan berkelanjutan bagi UMKM di seluruh Indonesia.
Contoh keberhasilan transformasi digital UMKM ditunjukkan oleh Siti Nurhayati, pemilik usaha kerajinan rotan asal Cirebon. Melalui pemanfaatan media sosial dan marketplace, Siti berhasil meningkatkan omzet usaha lebih dari 50% dalam kurun waktu enam bulan. "Awalnya saya ragu masuk ke digital karena gap teknologi. Tapi setelah ikut pelatihan dari Dinas Koperasi, saya mulai paham dan sekarang produk saya dikirim sampai ke luar negeri," ungkap Siti dalam wawancara dengan Kompas, Mei 2025.
Kisah sukses seperti yang dialami Siti menunjukkan bahwa pelatihan dan pendampingan digitalisasi sangat penting untuk mendorong UMKM naik kelas. Pemerintah daerah, dinas terkait, serta lembaga pelatihan digital perlu memperluas cakupan program-program peningkatan kapasitas digital agar lebih banyak UMKM dapat mengakses manfaat dari era transformasi digital ini.
Di sisi lain, peran platform digital juga makin signifikan. Berbagai e-commerce besar seperti Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak telah membuka ruang khusus untuk pelaku UMKM memasarkan produk-produk mereka. Bahkan beberapa di antaranya juga menyediakan layanan logistik, pelatihan digital, hingga pendanaan berbasis teknologi yang mempermudah UMKM dalam mengembangkan usaha mereka.
Tak hanya itu, layanan keuangan digital seperti fintech juga turut membantu pelaku UMKM yang kesulitan mendapatkan pembiayaan dari lembaga keuangan konvensional. Lewat layanan peer-to-peer lending dan dompet digital, pelaku UMKM kini memiliki lebih banyak pilihan dalam mengakses modal usaha secara cepat dan efisien.
Meski demikian, pemerintah tetap memegang peranan sentral dalam membangun fondasi digital yang kuat untuk UMKM. Akses internet yang merata, terutama di wilayah pelosok, harus menjadi prioritas utama. Selain itu, penyediaan pelatihan literasi digital berbasis komunitas dan pemberdayaan lokal menjadi penting agar program digitalisasi tidak hanya terpusat di kota-kota besar.
Kementerian Koperasi dan UKM sendiri telah meluncurkan berbagai program digitalisasi untuk UMKM, seperti "UMKM Go Digital" dan "Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia", yang menggandeng berbagai mitra dari sektor swasta. Tujuannya tak lain adalah mendorong UMKM agar lebih adaptif terhadap teknologi dan mampu bersaing di era global.
Selain itu, edukasi digital yang menyasar pelaku UMKM perempuan, anak muda, dan masyarakat desa juga menjadi sorotan penting. Sebab, keberhasilan transformasi digital harus mampu menjangkau seluruh lapisan pelaku usaha kecil agar tidak menimbulkan kesenjangan baru di sektor ekonomi.
Rudiantara juga menambahkan bahwa inklusivitas menjadi faktor penentu keberhasilan digitalisasi UMKM. "UMKM perlu dipastikan memiliki akses yang setara terhadap teknologi, bukan hanya yang di kota besar tapi juga di desa-desa," tegasnya.
Dari sisi konsumen, adanya UMKM digital juga memberikan nilai tambah dalam hal keberagaman produk dan kemudahan bertransaksi. Produk-produk lokal kini lebih mudah diakses oleh konsumen dari berbagai daerah hingga mancanegara, sehingga membuka peluang ekspor dan peningkatan daya saing nasional.
Dengan digitalisasi, UMKM Indonesia kini memiliki peluang besar untuk naik kelas dan ikut dalam arus globalisasi ekonomi. Namun, agar potensi ini bisa terwujud maksimal, dibutuhkan upaya kolaboratif yang menyeluruh dan konsisten dari semua pemangku kepentingan.
Transformasi digital bukan sekadar tren sementara. Bagi UMKM Indonesia, ini adalah jalan menuju masa depan yang lebih kuat, inklusif, dan berdaya saing tinggi. Jika dilakukan secara merata dan terstruktur, digitalisasi akan menjadi mesin penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.