JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan masyarakat Aceh untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem, khususnya angin kencang yang dapat terjadi hingga Jumat, 13 Juni 2025. Peringatan ini dikeluarkan menyusul kondisi atmosfer di wilayah Sumatera bagian utara yang masih menunjukkan ketidakstabilan, berisiko menimbulkan bencana hidrometeorologi.
Menurut prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda Banda Aceh, Amat Komi, kondisi cuaca yang tidak menentu ini disebabkan oleh sejumlah fenomena atmosfer yang tengah aktif, seperti gelombang Rossby Ekuatorial dan Kelvin, serta sirkulasi siklonik di wilayah selatan perairan Aceh. Selain itu, adanya daerah konvergensi atau pertemuan angin di wilayah barat dan utara Aceh juga memicu terjadinya belokan angin (shearline), yang menjadi penyebab utama terbentuknya awan-awan hujan. “Pola angin di wilayah perairan Aceh umumnya bertiup dari arah selatan hingga barat dengan kecepatan mencapai 50 kilometer per jam. Ini masih berpotensi terjadinya angin kencang di wilayah Aceh,” ujar Amat Komi pada Selasa, 11 Juni 2025.
BMKG mencatat, beberapa wilayah yang berpotensi mengalami cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai petir dan angin kencang meliputi Aceh Utara, Bireuen, Aceh Timur, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Dengan intensitas curah hujan yang tinggi serta angin kencang yang menyertainya, masyarakat diminta untuk berhati-hati dan mengantisipasi berbagai kemungkinan bencana seperti banjir bandang, tanah longsor, hingga pohon tumbang.
Amat Komi menegaskan bahwa kondisi atmosfer saat ini bisa berkembang secara cepat dan dinamis, sehingga potensi bencana dapat muncul sewaktu-waktu, terutama di kawasan yang memiliki kontur tanah curam atau berada di sepanjang aliran sungai. “Kami mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan pohon tumbang yang bisa terjadi akibat cuaca ekstrem,” kata Amat.
Selain daratan, peringatan juga dikeluarkan BMKG untuk kawasan perairan. BMKG memproyeksikan terjadinya gelombang tinggi di sejumlah titik perairan Aceh, yang membahayakan aktivitas pelayaran dan nelayan tradisional. Gelombang setinggi 2,5 hingga 4 meter diperkirakan akan terjadi di wilayah perairan Aceh Besar hingga Meulaboh serta perairan Sabang hingga Banda Aceh. Sementara itu, gelombang dengan ketinggian 1,25 hingga 2,5 meter berpotensi terjadi di perairan Selatan Simeulue, Aceh Singkil hingga Pulau Banyak, serta Aceh Barat Daya hingga Simeulue. “Kami mengimbau nelayan dan penyedia jasa penyeberangan untuk tidak memaksakan berlayar atau melaut jika kondisi cuaca tidak memungkinkan dan gelombang tinggi. Keselamatan harus menjadi prioritas,” tambah Amat Komi.
BMKG menekankan pentingnya memperhatikan perkembangan informasi cuaca yang rutin diperbarui. Informasi tersebut dapat diakses melalui situs resmi BMKG, aplikasi Info BMKG, maupun media sosial resmi BMKG untuk mendapatkan update terkini.
Sebagai bentuk pencegahan dini, masyarakat yang tinggal di daerah lereng atau bantaran sungai juga diingatkan agar lebih waspada saat mendapati tanda-tanda cuaca ekstrem seperti awan hitam pekat atau hujan deras mendadak. Terlebih di kawasan pegunungan yang rentan mengalami longsor dan banjir bandang. “Kepada masyarakat, kami imbau untuk waspada terhadap gelombang yang tinggi, terutama untuk wilayah yang memiliki potensi gelombang tinggi. Selalu waspada dan selalu jaga kesehatan karena kondisi cuaca yang sering berubah-ubah akibat faktor lokal dari daerah Aceh yang kuat,” tegas Amat Komi.
Kondisi atmosfer yang dinamis ini juga dipengaruhi oleh perubahan musim serta intensitas aktivitas lokal di wilayah Aceh, yang kerap menjadi pemicu utama pembentukan awan hujan dalam jumlah besar. Menurut BMKG, situasi ini berpotensi terus berlanjut hingga pertengahan Juni 2025.
Dalam rangka meminimalkan risiko, pemerintah daerah dan instansi terkait diminta untuk meningkatkan kesiapsiagaan, termasuk melalui edukasi kepada masyarakat mengenai langkah-langkah menghadapi cuaca ekstrem. Penyedia layanan transportasi laut juga diminta memantau secara berkala informasi prakiraan cuaca dan gelombang sebelum melakukan perjalanan.
BMKG juga mengingatkan agar aktivitas luar ruangan seperti pertanian, nelayan, hingga kegiatan masyarakat yang bersifat keramaian, turut menyesuaikan diri dengan kondisi cuaca terkini. Ketidakhati-hatian dalam menghadapi potensi angin kencang dan hujan lebat dapat menimbulkan kerugian material dan korban jiwa.
Penting pula untuk memperkuat koordinasi antarinstansi, baik BPBD, dinas perhubungan, maupun aparat keamanan agar dapat merespons cepat apabila terjadi bencana yang membutuhkan evakuasi atau penanganan darurat.
Sebagai tambahan, BMKG Malikussaleh juga turut mengingatkan masyarakat akan potensi angin kencang yang bisa mencapai 37 kilometer per jam di beberapa wilayah lainnya di Aceh. Hal ini menandakan bahwa tekanan atmosfer yang kuat masih berlanjut di sebagian besar wilayah provinsi tersebut.
Kondisi ini menuntut kesiapsiagaan maksimal, baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat. Terlebih, cuaca ekstrem kerap datang tanpa tanda-tanda yang jelas, sehingga kewaspadaan dan kehati-hatian merupakan langkah terbaik dalam menghadapinya.
BMKG mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama memantau kondisi cuaca dan segera melaporkan kepada pihak berwenang apabila terjadi situasi darurat. Sikap proaktif masyarakat dalam mengikuti arahan BMKG akan sangat membantu meminimalisir dampak dari bencana yang bisa saja terjadi.